11. 𝑫𝒊𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑫𝒊𝒆𝒎𝒑𝒂𝒔𝒌𝒂𝒏

1.2K 136 130
                                    

•Juni, MMXXIV•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Juni, MMXXIV•

Happy Reading, Semuanya.
Jangan lupa ☆ dan tinggalkan jejak cinta di kolom komentar, ya.

With Love,

Harumi

◇사랑하다◇


Tidak seperti biasanya, pagi ini Gayatri masih berbaring di atas ranjang. Memandangi langit-langit kamar.

Isi kepalanya ribut bukan main. Ia pikir hanya perlu menghadapi kerasnya hati sang mama, ternyata ada hal yang lebih parah. Menghadapi pertentangan dari calon ibu mertua.

Jika hanya sekadar menjalin hubungan untuk bersenang-senang, sudah dapat dipastikan Gayatri tidak akan memusingkan restu dari kedua mama, namun saat ini hubungan yang tengah dijalani dengan Priyaduta benar-benar serius.

Keduanya ingin rajut kasih berlabuh ke jenjang pernikahan.

Helaan napas berat berembus. Gayatri menarik selimut lebih dalam, gadis itu memilih memejamkan netra.

Ia sudah memutuskan bahwa hari ini tak akan melakukan apa pun. Ia hanya ingin berdiam diri sambil memikirkan cara untuk mengambil hati Bu Laksmi dan juga meluluhkan hati Bu Kinasih, mamanya.

Di dalam keheningan, Arvan kembali menjejakkan kaki di kamar Gayatri -sudah berkali-kali pemuda itu ke luar masuk ke dalam kamar memastikan kondisi sahabatnya.

... dan untuk ke sekian kali di pagi hari ini ia mengembus napas berat.

"Yaya .... Beb, ini seriusan elo? Apaan, sih!? Gak biasanya begini. Biasa juga paling gak betah rebahan." Pemuda itu menyuarakan isi kepala, ia masih berdiri tegak menghadap ranjang.

"Hari ini aja, Van." Gayatri menyahut lirh, "Aku lagi males mau ngapa-ngapain. Besok aku janji bakal nyelesaiin semua kerjaan."

Pelan Arvan melangkah mendekati ranjang. "Sebenernya sih, gak ada yang urgent banget." Pemuda itu menyandarkan tubuh di tiang sisi sebelah kanan tempat tidur. "Jadwal posting konten buat beberapa brand juga masih dua mingguan lagi. Gue cuma heran, lo kenapa?"

Gayatri menggeleng lemah.

"Berantem sama Mama?" Arvan mulai menebak-nebak.

Dan lagi hanya dijawab dengan gelengan kepala.

"Atau berantem sama Mas Mata Abu?"

Gayatri menarik napas panjang, menahannya sebentar, lalu mengembus perlahan. Ia kembali membuka mata, lalu menatap penuh ke arah Arvan.

"Gak berantem. Kita baik-baik aja. Cuma gitu, deh, ternyata bukan cuma Mama yang harus aku hadapi, tapi Mamanya Mas Duta juga."

"Hah? Gimana, gimana?" Usai memburu tanya, Arvan mendaratkan bokong di tepi kasur.

Berani Mencinta, Berani Terluka [TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang