•Juli, MMXXIV•
◇사랑하다◇
Berpuluh pasang mata bukan main terpukaunya tatkala Priyaduta Giandra Prabukusumo memasuki aula Amaranthine Hotel −tempat dilangsungkannya acara resepsi pernikahan Agung Krisna Winarno, putra dari salah seorang menteri.
Di sisi kiri pria itu, Bu Laksmi menggandeng lengan kokohnya dengan begitu erat. Wanita separuh baya itu anggun sekali mengenakan kebaya kutu baru modern berwarna navy dengan bawahan rok batik khas Solo. Senyuman manis terlukis di wajah Indo itu saat menyapa tamu undangan yang dikenalnya.
Sementara Priyaduta menganggukkan kepala pelan seraya tersenyum tipis membalas sapaan tetamu.
Senyuman menggoda dari para perempuan di ruangan itu tak dapat dielak. Terlebih malam ini, pria berdarah Jerman itu mengenakan kemeja batik berwarna hitam berlengan panjang, dipadu celana panjang formal berwarna senada dengan batik yang dikenakannya, rambut si pria rupawan juga ditata begitu rapi dan berkilau berkat bantuan pomade.
Sepasang netra kelabu Priyaduta meliar di seluruh penjuru aula Amaranthine Hotel yang disulap amat megah, namun bukannya mengagumi keindahan dekorasi, perasaan pria itu mendadak tidak tenang. Sebab dari tadi mamanya tampak celingak-celinguk seperti mencari keberadaan seseorang.
... dan benar saja, belum hilang rasa gelisah di hati, seorang perempuan yang kehadirannya sama sekali tidak diinginkan menampakkan batang hidungnya.
Kasandra Devi.
Perempuan itu menampilkan senyuman terbaik. Menyapa Priyaduta dengan begitu ramah, namun ditanggapi biasa saja oleh pria itu.
"Aduh, cantiknya anak Tante. Si paling cantik." Bu Laksmi berseru kegirangan.
Wanita separuh baya itu tak berdusta mengatakan bahwa Kasandra Devi terlihat cantik. Perempuan itu memang cantik. Rambutnya hitam legam, kulit wajahnya putih kemerahan, tubuhnya tinggi semampai, namun sayang, cantik saja tak mampu menggerakkan hati Priyaduta.
Tak pernah sekalipun Priyaduta menaruh hati pada Kasandra, terlebih setelah kejadian beberapa tahun lalu yang berakhir mengenaskan.
Setelah beramah-tamah dengan Bu Laksmi, netra perempuan itu melirik Priyaduta, ia ulas senyuman manis, lalu dengan begitu tulus memuji pria di hadapannya, "As always Priyaduta Prabukusumo look so damn attractive."
Pria yang dipuji tak menanggapi. Ia lebih memilih memalingkan wajah dan mendengkus kasar. Ada rasa muak menjalari diri.
Amarah, kesal, dan geram selalu bergejolak tiap berhadapan dengan Kasandra. Sungguh jika bukan seorang perempuan, mungkin Kasandra sudah babak belur di tangan Priyaduta −atau bahkan kehilangan nyawanya.
Ia lelah berpura-pura baik-baik saja setelah banyak hal yang telah dilakukan Kasandra pada mendiang adik satu-satunya.
Sedangkan Bu Laksmi memilin lengan kemeja Priyaduta, memberi kode pada putra sulungnya agar bersikap baik pada (yang katanya) calon istri pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berani Mencinta, Berani Terluka [TAMAT-LENGKAP]
RomanceBerasal dari keluarga terpandang, berpendidikan tinggi, mandiri secara finansial sejak muda, serta senantiasa bertingkah laku sopan tak membuat restu dari calon ibu mertua dengan gampang diraih. Segala cara, segala usaha senantiasa dicoba untuk melu...