•Juni, MMXXIV•
Happy Reading, Semuanya.
Jangan lupa ☆ dan tinggalkan jejak cinta di kolom komentar, ya.With Love,
Harumi
◇사랑하다◇
"Jadi Duta, Dek?"
Gayatri seketika menghentikan gerakan menyuap sesendok salad sayur ke dalam mulut ketika Pak Dharma -papanya- mengajukan tanya dengan nada menggoda.
Gadis itu segera mengatup mulutnya, lalu menoleh ke arah sang papa. Senyum usil, lirikan jahil tergambar di wajah pria paruh baya itu.
"Mama yang kasih tau Papa kemarin." Pak Dharma kembali bersuara, menjawab tanya yang terpancar dari gurat kebingungan si bungsu.
Refleks Gayatri melirik mamanya, Sabtu kemarin, gadis itu berhasil meraih restu dari Bu Kinasih. Ia sukses meyakinkan sang mama bahwa hubungan yang dijalin dengan Priyaduta akan berjalan baik-baik saja.
"That's good, Dek. Pinter kamu milih pacar."
Aduh, aduh, aduh.
Gayatri tak bisa menahan senyuman lebar. Pipinya sudah bersemu merah, pun kedua telinga gadis itu.
"Duta itu lelaki yang baik, gak pernah bertingkah aneh-aneh. Udah lama banget bahkan gak pernah pacaran dan bukan tipe laki-laki yang suka gonta-ganti cewek."
Kini seluruh pasang mata menatap satu arah, menatap Pak Dharma penuh tanya, penasaran.
"Kok Papa bisa tau?" Chira menyuarakan isi kepala.
"Tau, dong, Papa kan sering kumpul bareng sama Duta, Deva, dan temen-temen komunitas polo yang lain ...." Pak Dharma memberi jeda pada kalimat yang hendak diutarakan, pria paruh baya itu berdeham, lalu menatap penuh si putra sulung. "Gak kayak Masmu yang lebih seneng ngerem di kamar."
Pernyataan yang sungguh menohok, pasalnya yang disampaikan si papa seratus persen fakta, pria berusia 38 tahun itu memang lebih senang menghabiskan waktu luang di dalam kamar.
Ia lebih suka membaca jurnal penelitian, mencari-cari referensi materi untuk membuat penelitian, mencari lokasi untuk pengabdian kepada masyarakat, atau belajar tarian dari lagu-lagu terbaru girl group K-Pop -Favoritnya tentu saja Girls' Generation dan F(x).
Meskipun yang dikatakan sang papa benar adanya, namun Respati lebih memilih memasang telinga budek, tak ambil pusing dengan sindiran papanya.
"Papa udah selesai." Pria paruh baya itu membersihkan sudut mulut menggunakan serbet makan yang sejak tadi bertengger di atas paha, detik berikutnya bangkit dari duduk.
Ia menghampiri Gayatri yang berada di sisi kanan meja makan, lalu membelai rambut si bungsu. "Sesekali ajak Duta main ke rumah, Dek."
"Pasti, Pa." Gayatri menyahuti disertai rona merah di pipi dan lengkungan senyuman manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berani Mencinta, Berani Terluka [TAMAT-LENGKAP]
RomanceBerasal dari keluarga terpandang, berpendidikan tinggi, mandiri secara finansial sejak muda, serta senantiasa bertingkah laku sopan tak membuat restu dari calon ibu mertua dengan gampang diraih. Segala cara, segala usaha senantiasa dicoba untuk melu...