14. 𝑷𝒂𝒑𝒂

1.8K 189 69
                                    

•Juli, MMXXIV•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Juli, MMXXIV•

Happy Reading, Semuanya.
Jangan lupa ☆ dan tinggalkan jejak cinta di kolom komentar, ya.

With Love,

Harumi

◇사랑하다◇

Secepat kilat Gayatri melompat dari atas pangkuan Priyaduta. Kegugupan menyerangnya begitu saja apalagi kala netranya mendapati Pak Dierja masih betah berdiri di depan pintu dengan rahang mengerat.

Gadis itu mendongak tatkala merasakan jemarinya digenggam dengan begitu erat oleh sang kekasih. Gayatri tak menyadari bahwa setelah melompat tadi, Priyaduta segera menyusulnya. Berdiri di sisinya.

Tanpa sadar Gayatri menahan napas, lalu menggigit bibir atasnya saat netranya dan netra Pak Dierja berserobok.

Pria paruh baya itu bergantian menatap putra sulungnya dan Gayatri. Tanpa perlu menerka-nerka, ia tahu betul hubungan spesial telah terjalin di antara Priyaduta dan gadis yang berdiri di sisi putranya.

"Hai, Om. Apa kabar?" Gayatri memberanikan diri menyapa Pak Dierja. Di dalam sana kepala dan hatinya berkecamuk hebat.

Sungguh, ada ketakutan merambati diri. Ia begitu takut Pak Dierja sama seperti Bu Laksmi, menentang hubungan mereka.

Dengan lembut Gayatri melepas genggaman tangan Priyaduta. Ia melangkah mendekati Pak Dierja, gadis itu berusaha keras menyunggingkan senyum ramah.

Saat berdiri tepat di hadapan Pak Dierja, Gayatri mengulurkan tangan. Hendak menyalami papa kekasihnya.

"Baik. Gayatri apa kabar?" tanya pria paruh baya itu setelah membalas uluran tangan Gayatri.

"Baik juga, Om."

Pak Dierja mengangguk pelan sambil tersenyum samar. Samar sekali hampir tak kelihatan.

Pria paruh baya itu memang terkenal pelit senyum, terlampau hemat kata, dan cenderung sulit mengekspresikan diri, hingga orang-orang memberinya julukan kanebo kering berjalan.

"Papa ada apa ke sini? Tumben gak ngabari." Priyaduta menyuarakan isi kepala seraya melangkahkan kaki menyusul Gayatri yang sudah lebih dulu berdiri berhadapan dengan papanya.

"Papa kebetulan lewat kantor kamu. Tadinya mau ajak kamu makan siang."

"Oh."

Lekas Gayatri mendongak menatap Priyaduta yang hanya menyahuti ucapan papanya dengan ber-oh ria sambil memanggutkan kepala.

"Tapi kayaknya kamu lagi sibuk." Nada suara Pak Dierja terdengar datar sekali.

Gayatri jadi semakin salah tingkah. Merasa tersindir. Gadis itu merasa telah merebut waktu luang Priyaduta yang seharusnya dihabiskan bersama sang papa.

Berani Mencinta, Berani Terluka [TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang