•Agustus, XXMMIV•
◇사랑하다◇
Sepasang pengantin baru melangkah beriringan memasuki area San Diego Hills sambil menautkan jemari dengan teramat erat. Setelah kemarin melangsungkan serangkaian acara pernikahan, hari ini sejoli itu memutuskan untuk mengunjungi makam Adhikari Prabukusumo.
Namun langkah kaki keduanya terhenti tatkala menyaksikan seorang wanita paruh baya duduk bersimpuh di sebelah pusara Adhikari.
Gayatri dan Priyaduta beradu tatap. Bu Laksmi sedang membaca-bacakan doa dengan pipi dibanjiri air mata.
Segala bentuk penyesalan tumpah ruah. Ia tundukkan badan, menciumi nisan putra bungsunya, jemari wanita paruh baya itu mengusap gundukan tanah dilapisi rumput yang telah ditaburi bunga mawar merah.
Tak ada isak tangis, namun air mata mengalir begitu deras.
Dalam hati, Bu Laksmi memohon ampun, memohon maaf pada sang putra yang semasa hidup, ia sia-siakan kehadirannya.
Gayatri mengeratkan genggaman tangan, ia mengulas senyum tipis, lalu menggeleng pelan sebagai isyarat untuk putar balik, tak ingin mengganggu Bu Laksmi yang tengah membesuk Adhikari.
Pelan-pelan sejoli itu melangkah menuju area parkir. Di saat yang bersama pula, sepasang pengantin baru itu kembali dikejutkan, kali ini karena kehadiran Pak Dierja dan Eyang.
"Kalian di sini juga ternyata." Pak Dierja menyambut hangat anak mantunya.
"Iya, Pa. Tapi belum jadi visiting."
"Kenapa?" Dahi Pak Dierja terlipat dalam-dalam.
"Mama is here. She's with Adhi now."
Pak Dierja dan Eyang saling bertemu tatap. Sepuh Prabukusumo itu mengulas senyum.
"Jangan diganggu dulu, biarkan Laksmi bercengkerama dengan putranya." Eyang berujar lembut. "Setiap orang punya kesempatan kedua untuk memperbaiki diri. Hal itu juga berlaku buat Laksmi. Biarkan dia menumpahkan segala kepiluan yang selama ini disimpannya rapat-rapat."
"Baik, Pak."
"Baik, Eyang."
Pak Dierja dan sejoli itu menyahut patuh.
"Sebenarnya lusa, Yangkung dan mantan pasangan suami istri ini mau ke Jerman, Le, Nduk." Eyang kembali bersuara menatap cucu-cucunya bergantian.
"Oh, ya?"
Eyang menganggukkan kepala. "Lumayan lama, mungkin tiga bulanan. Yangkung mau bawa anak-anak ini healing, biar gak tegang urat terus, Ta." Terselip nada meledek di sana.
"Pak ...." Pak Dierja menyela sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Tapi, Eyang jamin mereka gak bakal balikan. Gak ada cocok-cocoknya soalnya, ya kan, Le, Nduk?"
Bingung.
Gayatri dan Priyaduta bingung harus tertawa atau tersenyum miris mendengar guyonan Eyang.
"Kalau kalian ini kan serasi sekali. Saling dukung satu sama lain. Saling mengerti satu sama lain. Melihat kalian bersanding seperti ini saja sudah buat bahagia dan ...." Eyang menyentuh dadanya. "menyentuh hati ini."
"Makasih, Yangkung." Gayatri menyahuti sembari mengulas senyuman tulus.
"Yangkung berharap kalian selalu seperti ini sampai tua nanti. Saling menyayangi dan saling mencintai sampai maut memisahkan. Mengabadikan kasih dan sayang sepanjang hidup."
"Amin." Serentak sejoli itu mengaminkan pengharapan eyang. Priyaduta mengeratkan genggaman tangan, lalu mengecup penuh sayang puncak kepala sang istri.
Istrinya, Gayatri Sekarwangi Cokroatmojo. Seorang Wanita yang akan dan senantiasa bertakhta di relung sukmanya.
◇사랑하다◇
HARUMI'S NOTE:
Hai, Semua. Aku ada proyek baru, judulnya:
"WEARING MY LINGERIE"
Udah ada introduction-nya, cuss, cek ke profil aku, ya.
Rencana proyek ini akan berlangsung di bulan Oktober.Ini kisah tentang Hannah, si Ibu dosen yang harus merelakan biduk rumah tangganya retak karena suami yang suka "jajan" sembarangan.
Dan juga menceritakan tentang Lintang, Mas Sutradara yang lagi naik daun, yang akhirnya bisa lepas dari bayang masa lalu.
Silakan tambahkan ke perpus kalian, ya. ^^~By the way, aku mau ngucapin makasih ke teman-teman semua karena sudah berkenan membaca dan mengikuti proyek
Berani Mencinta, Berani Terluka.
Makasih untuk vote dan juga komentar yang meramaikan lapak Gayatri dan Mas Duta.Sehat selalu buat temen-temen sekalian.
Sampai jumpa di proyekku selanjutnya, ya.
Luv. 🥂
KAMU SEDANG MEMBACA
Berani Mencinta, Berani Terluka [TAMAT-LENGKAP]
RomanceBerasal dari keluarga terpandang, berpendidikan tinggi, mandiri secara finansial sejak muda, serta senantiasa bertingkah laku sopan tak membuat restu dari calon ibu mertua dengan gampang diraih. Segala cara, segala usaha senantiasa dicoba untuk melu...