•Agustus, MMXXIV•
◇사랑하다◇
Fokus Priyaduta terpecah dari dokumen yang sedang dicermatinya saat pintu ruangan dibuka—tanpa diketuk lebih dulu. Netra kelabu itu berbinar bahagia, senyum juga mengiringi kala mendapati Gayatri Sekarwangi berdiri di depan pintu ruangan. Gadis itu turut mengukir senyum. Senyuman teramat manis. Kedua tungkainya melangkah mendekati meja kerja kekasihnya.
"Mas, lagi sibuk?" tanya Gayatri setelah bersandar di pinggiran meja kerja tak jauh dari kursi kebesaran Priyaduta.
"Enggak. Cuma lagi baca proposal produk baru, rencananya setelah ini mau ke rumah kamu."
"Mau ngapain ke rumah, Mas?"
Entah mengapa Priyaduta merasa bahwa Gayatri berlagak seolah kemarin tak ada badai menerjang mereka.
"Mau ketemu kamu. Lihat kondisi kamu." Priyaduta menyahuti seraya menjulurkan tangan. "Gimana kemarin kamu sampai di rumah." Ia genggam jemari gadis itu, tak sedikit pun berpaling dari wajah si gadis jelita.
Menilik gurat wajah Gayatri lekat-lekat, memastikan bahwa gadis itu sudah baik-baik saja.
Senyuman tipis terukir sebagai tanggapan atas ucapan Priyaduta barusan.
"Jalan yuk, Mas." Gadis itu terang-terangan mengalihkan topik pembicaraan. Ia berderap dua langkah, tanpa aba-aba, mendaratkan diri di pangkuan Priyaduta.
Pria itu agak terkesiap, namun sigap ia melingkarkan tangan di pinggang Gayatri.
Untuk saat ini mungkin melupakan kejadian kemarin sore adalah hal terbaik. Ia tak ingin memaksa Gayatri membahas hal yang dihindari gadis itu.
"Mau ke mana, Sayang?"
"Maluku."
Kontan dahi Priyaduta mengerut dalam-dalam.
"Aku belum pernah cerita ya, Mas?"
Pria itu menggeleng pelan.
"Ada satu pantai yang sangat ingin aku kunjungi. Pengennya sih pas honeymoon nanti, tapi ... aku udah gak sabaran pengen ke sana." Jemari gadis itu mengelus rambut kekasihnya.
"Pantai apa itu?"
"Pantai Ngurtavur, Mas."
"Kapan mau ke sana, hm?"
"Sore ini."
Gelak tawa memenuhi ruangan tatkala lagi-lagi pria itu dilanda keterkejutan.
"Semua udah beres. Perlengkapan Mas udah disiapin Pak Bagas dan udah dibawa ke bandara, tiket juga udah aman. Kita tinggal berangkat aja."
"Well prepare banget Sayangnya Mas Duta ini." Begitu lembut Priyaduta mengelus pipi Gayatri.
"Aku gitu, lho," sahut si gadis jelita jenaka. "By the way, kita makan siang dulu ya, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berani Mencinta, Berani Terluka [TAMAT-LENGKAP]
RomanceBerasal dari keluarga terpandang, berpendidikan tinggi, mandiri secara finansial sejak muda, serta senantiasa bertingkah laku sopan tak membuat restu dari calon ibu mertua dengan gampang diraih. Segala cara, segala usaha senantiasa dicoba untuk melu...