Aku merasakan tangannya bergetar seolah mencium keningku sesuatu yang sangat dia idam-idamkan dan seketika bola mata kami bertautan untuk pertama kalinya. Matanya yang sangat indah dengan alis dan bulu mata yang sangat lentik menatapku dalam dengan senyuman yang terlihat sungguh melegakan. Lalu dia menarik ringan lenganku untuk berjalan ke arah depan yang merupakan tempat yang tadi suami ku melakukan ijab kabul.
Kami pun melakukan administrasi dan tanda tangan pernikahan. Aku merasakan tatapannya yang tak henti melihatku dan aku melihat senyumnya yang merekah indah setiap aku balik menatapnya.
Hari itu kami berdua bagai layaknya raja dan ratu. Semua orang yang hadir di acara pernikahan kami berebutan untuk berfoto bersama, termasuk para keluarga, kerabat dan para tamu.
Pernikahan yang cukup sederhana namun ramai karena kami melakukan acara akad terbuka di masjid az-zikra. Hingga dinar matahari mulai menyeruak dan terik mulai terlihat. Tenyata, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
Setelah akad selesai, aku dan suami pun melakukan sesi pemotretan. Kami tidak banyak bicara selama acara karena kami masih sangat bingung untuk memulai percakapan ditambah karena memang aku sudah sangat lelah.
"Nanti,kita foto di atas ya di bagian tengah masjidnya di sana bagus dan udah sepi juga. " seru bang benzo selaku tim fotografer kamu dan juga sahabat dari suamiku.
"Yuk, dek! " ajak bang amer.
"Iya, bang amer. " begitulah aku memanggilnya. Sekalipun kami seumuran, aku ingin lebih menghargainya dengan penyebutan yang seolah membuat ia merasa aku menjadi makmumnya dan ia pun memanggilku dengan sebutan "adek" karena memang ia ingin aku selalu mendengarkan nya dan terus berada di sisinya. Sesekali ia memanggilku dengan sebutan sayang, cintaku, dan panggilan gemas lainnya.
Sesekali mereka meminta bang amer untuk mencium pipiku dan jujur itu sungguh menggemaskan.
"Nah, sekarang coba kalian rapat dan menempelkan hidung kalian ya. " goda bang benzo
Bang amer mendekatkan wajahnya padaku, lalu hidung kami bersentuhan, jantung ku pun ikut bersorak ramai karena dengan jarak sedekat itu sungguh sangat intim bahkan aku bisa merasakan embusan napasnya yang membuat pikiran ku tak karuan.
Tak terasa sudah jam 11 siang dan sesi foto kami sudah selesai. Bang benzo dan kawan-kawan nya pun akhirnya pamit. Aku pun diantar untuk berganti pakaian di ruang yang berbeda, aku di salah satu kamar yang aku inapi sebelum kami halal dan bang amer di satu ruangan lain yang menjadi kamar kamu setelah menikah.
Aku mulai membersihkan make up, melepas gaun dan mulai membersihkan diri karena memang melelahkan sekali. Aku pun bersiap untuk mandi.
Setelah selesai mandi, aku mengambil wudhu karena waktu memang menunjukkan pukul 12 siang yang menandakan waktu shalat zuhur juga jadi sekalian mau shalat. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar.
Aku buka pintu kamar nya dan ternyata bang amer yang datang. Aku sedikit canggung, tapi memang aku sudah bermukena rapi karena mau shalat juga.
"Dek, shalat jamaah yuk! " ajak bang amer. "Adek sudah ambil wudhu? " tanyanya sambil menutup pintu dan menguncinya.
"Adek udah ambil wudhu, bang. Barusan banget soalnya abis mandi juga ini baru mau shalat. " jawabku sambil mencari sajadah yang entah kemana padahal tadi ada di tanganku.
"Nah cakep, ayo kita sholat jamaah ya. " ajak nya lagi.
"Ayo, bang. Abang udah wudhu? " tanyaku lagi
"Udah, dek. Eh, abang udah jadi imam hehe. " candanya sembari memakai peci songkoknya. Aku sambut candaan nya dengan terkekeh kecil. Lalu, bang amer meluruskan shaf-nya dan membaca iqamat.
"Allahu akbar! " takbir bang amer di sambut dengan takbir kecilku. Kami shalat berjamaah untuk pertama kalinya. Siang hari yang harusnya panas seolah berubah menjadi sangat sejuk.
Amer dan zira
Selamat membaca...
Lanjut besok lagi ya guyss udah malam author nya udah ngantuk hehe.
Good night all.
KAMU SEDANG MEMBACA
172 Days
RomanceNadzira Shafa askar, lahir di Jakarta pada 06 November 2000. Zira adalah nama panggilan akrabnya. sekarang, ia sedang menempuh studi S1 jurusan psikologi di universitas Mercubuana Jakarta. Sedari kecil bertautan dalam seni adalah kegemaran nya. Mula...