17

226 5 1
                                    

Kamu pelangi, suamiku.
Tolong terus terangi aku,
Aku tau kita sama-sama tak sempurna
Tapi aku selalu bahagia.
~172 Days~

AIR MATA
PERTAMA KAMI
🌷🌷

Sudah dua bulan ternyata kami menikah. Dengan segala canda tawa dan sikap humorku sampai aku lupa kapan terakhir aku menangis. Tangisan-tangisan lalu yang aku dapat sebelum hadirnya seolah musnah terganti dengan kolam keindahan dan sisi nyaman yang selalu suamiku tebarkan padaku. Sampai aku menemukan semua hal darinya dan aku mencintai setiap gerak kata yang keluar daripadanya.

"Bang, tau gak, adek tuh selalu nemu satu dua hal yang bikin sayang dan cinta adek nambah di setiap harinya ke abang, adek bahagia banget, bang." Ucapku di malam hari saat ia sedang tiduran sambil memeluk pinggangku.

"Abang juga sayang banget ama adek, gimana gak sayang coba? Udah masakannya enak, baik, nurut, cantik bersyukur abang dapet istri sehebat adek." Ucap bang Amer dengan mencubit pipiku yang sudah mulai membulat.

Aku izin untuk mengambil sebuah kotak kecil  "Abang adek punya hadiah buat abang." Ucapku dengan riang dan menghampirinya. Bang Amer pun mengambil posisi duduk untuk memperhatikankh secara lebih baik, aku duduk tepat dihadapannya.

"Abang jangan kaget yaaaaaa." Ucapku lagi.

"Apaasii ini, abang penasaran deh." Ucap bang Amer penasaran. Kubalas dengan senyum jahil. "Abang buka pelan-pelan." Ucapku sambil ku kasih kotak kecil persegi panjang padanya.

Ia buka kotak persegi itu dan ada sebatang testpack dengan dua garis namun satu garisnya nampak tidak setebal yang satunya.

"Adek hamil?" Ucapnya dengan mata berbinar.

"Adek gak tau, bang. Soalnya garis satunya redup banget." Ucapku agak sedikit murung.

"Waktu pas kemarin malam yang kita test bareng sama intan juga masih haris satu, tapi subuh tadi adek tes lagi hasilnya ini, Kira-kira bener gak ya? Soalnya adek udah telat 5 hari." Ucapku lagi dengan nada pesimis.

"Besok periksa yuk." Ajak bang Amer sambil mengelus kepalaku.

"Ayok tapi kita keep dulu ya, Bang. Jangan bilang siapa-siapa." Ucapku sedikit hati-hati.

"Iya sayangku, cintaku, adek pokoknya harus tetap semangat ada abang di sini, di sini, di sini." Candanya sambil mencium pipi kening dan seluruh wajahku. Dan aku terlarut dalam candaannya.

"Bang, nanti abang mau anak perempuan atau laki-laki?" Tanyaku sambil mengajaknya tiduran di pangkuanku.

"Emmmm. abang mau anak laki-laki karena anak pertama kalau laki-laki biar bisa bimbing adik-adiknya nanti. Kalo adek apa?" Tanyanya sambil tiduran di pangkuanku yang empuk.

"Kalo adek sama kaya abang, Adek pengen anak laki-laki kalo anak pertama, biar jadi laki-laki tangguh." Ucapku sambil memainkan alis suamiku yang sangat tebal dan  bagus.   "ih abang ganteng banget sii." Ku pegang kedua pipinya sambil menghujani ciuman padanya.  "Hahahahaa."

Kami tertawa dan akhirnya saling berpelukan setelah membaca doa tidur.

Kami tertidur pulas, dengan suasana hati bahagia.

~~~~

Keesokannya kami benar-benar ke rumah sakit untuk periksa kandungan di salah satu rumah sakit terdekat dari rumah. Setelah mendaftar kami pun menunggu di ruang tunggu untuk di panggil ke dalam ruang dokternya.

"Abang, kok adek deg-degan ya." Ucapku sambil memegang tangannya.

"Iya dek samaaaaa." Ucapnya sambil menatapku dan akhirnya kami sama-sama ketawa sekedar mencairkan suasana.

Tidak sampai 15 menit menunggu akhirnya kami masuk ke ruangan dokternya dan di sambut ramah oleh sang dokter.

"Siang buk Zira, gimana-gimana ada yang bisa saya bantu?" Ucap sang dokter ramah. Aku melirik bang Amer dan aku akhirnya menjelaskan bahwa aku sudah telat 5 hari dan hasil testpack-nya menunjukkan hamil namun satu garisnya yang sangat pudar.

"Emm oke kita periksa dulu ya kita USG dulu." Ucap dokternya dan aku pun berbaring di ranjang khusus untuk di cek dengan alat USG. Lalu, ditaruh cairan jell di bagian perut bawahku.

"Emm belum keliatan yah tapi sebentar coba saya cari lagi." Ucap dokternya yang masih berusaha.  "Bu Zira karena dari USG luar belum keliatan, saya izin USG dalam ya lewat jalur lahir." Ucap dokternya, karena dokternya perempuan jadi aku izinkan dan bang Amer juga mengijinkan.

Setelah alat masuk ke dalam,  "Nah ini keliatan, bu. Dinding rahimnya ada penebalan berarti sudah ada pembuahan di dalamnya, tapi karena belum bisa diliat dari USG luar kemungkinan masih sangat muda kandungannya. Oke berarti kita hitung ya dari HPHT. Nya ya." Ucap dokternya setelah selesai mengeluarkan alatnya.

"HPHT itu apa, Dok?" Tanya bang Amer.

"HPHT itu singkatan dari hari pertama haid terakhir, pak." Jawab dokternya.

"Ohh iyaa iyaa." balas bang Amer walau wajahnya masih terlihat bingung. Aku tertawa kecil dengan ekspresi wajahnya yang tegang tetapi ingin tahu. Itulah bang Amer sangat menggemaskan. Setelah aku mengecek tanggal subur dan HPHT akhirnya ditentukan bahwa usia kehamilan baru berjalan 2 minggu, dan masih sangat muda makanya agak sulit mengeceknya.

"Tapi karena masih belum terlihat ya pembuahan sel telur ya jadi minggu depan cek lagi yah. Nah buk Zira-nya ini harus bahagia terus kayaknya sedikit lemah kandungannya terlihat dari kerentanan penebalan rahimnya yang tidak stabil. Jadi minggu depan kontrol lagi ya, untuk diberi vitamin penguat kandungan." Jelas dokter panjang lebar.

"Pak, bawa istrinya jalan-jalan ya tapi jangan capek-capek ajak belanja aja biar senang." Bercanda dokter ke bang Amer.  "Aahh siyap, Dok kalo itu aman." Jawab bang Amer dengan riang.

Setelah selesai periksa akhirnya kami pulang selama di mobil kami terus berandai-andai dan bercanda riang sesekali bang Amer mengusap perutku. "Kuat ya kuat." Ucapnya aku langsung tersenyum bahagia.

"Kita rahasiain dulu, Dek sama semua orang yaa, termasuk mamah dan kak Bela, kita kasih taunya pas udah satu atau dua bulan, okeee?" Ucap bang Amer sambil mengelus kepalaku.

"Iya, bang. Kita rahasiain dulu, biar jadi suprise buat semua." Ucapku girang.

Hehehh up segini aja ya guyss yaawww.

Author nya sedih karena sikit yang vote ceritanya hehehh gak papa kok.

Jangan lupa di vote ya guyss

Yang nunggu Author up cerita sini-sini ngumpul di komentar

Papayyy guysss🙌🌷

172 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang