"Bisaaa dong. Abang temanin adek belanja kepasar ya?" kataku menyanggupi permintaan bang amer.
Setelah berpamitan kepada ibu-ibu pejuang subuh, kami berangkat ke pasar menggunakan motor. Momen yang sangat menggemaskan. Kami berbicara tentang hal yang tidak begitu jelas karena suara kami termakan angin jalanan, tapi kami menikmatinya. Sungguh menikmatinya.
Sesampai di pasar kami belanja kebutuhan dapur dan beberapa bumbu masak. Sungguh menyenangkan karena kami lakukan berdua. Setelah kurasa cukup dan semua yang kami butuh sudah terbeli, kami memutuskan untuk pulang ke rumah tentu menggunakan motor kesayangan bang amer. Bang amer dengan sigap membawakan semua belanjaan kami ke dapur. Aku terkekeh geli dengan semangatnya yang luar biasa.
Setelah tempur di dapur sendirian, walau bang amer membantu sedikit-sedikit, namun aku tolak karena malah membuat ku tak leluasa. Jadi, aku suruh bang amer untuk menunggu di depan TV sambil sesekali mengajak ngobrol karena dia takut aku bosan.
Akhirnya semua makanan yang bang amer mau sudah aku sajikan di meja makan. Walau aku tidak tau sih bang amer akan suka atau tidak, tapi menurutku ini sudah enak hihi.
Aku ambilkan piring serta nasi untuk bang amer dan ia yang menyendok lauknya sendiri. Aku deh-degan apakah bang amer akan suka atau tidak ya? Tapi, setidaknya aku sudah berusaha untuk memasak untuk bang amer.
"Emmmm,dek.enak banget, semuanya enak, adek pintar masak, abang bangga deh." ucapnya seraya melahap masakan ku yang sederhana. Aku pun ikut mencoba dan kami makan bersama.
Bang amer tak hentinya memuji masakanku sampai menelpon ke semua kerabat terdekatnya termasuk ke mamah yuni, mertuaku dan bilang "mah, zira masakannya enak banget loh, nanti mamah cobain ya masakan zira pokoknya mamah harus coba enak banget, mah." dan suara seneng mamah ingin segera memakan masakanku juga. Aku tersipu malu.
"Makasih ya sayang. Abang seneng banget dimasakin adek. Abang bersyukur banget punya istri cantik, salehah, nurut, pintar masak, cerdas kayak adek, makasih ya sayang." puji bang amer dan mencium keningku.
Dalam hati ku pun sangat bersyukur mempunyai suami yang sabar serta baik banget seperti bang amer.
"Adek juga bersyukur bang punya suami MasyaAllah kayak abang. Terima kasih juga ya. Abang." balasku dengan memeluknya manja.
Hari terus berjalan hingga sudah 2 minggu usia pernikahan kami. Alhamdulillah walau masih terbilang masih sangat baru tapi kami menjalani hari demi hari dengan terus bersyukur dan terus saling membenahi diri kami satu sama lain.
Kami mempunyai kebiasaan sebelum tidur, seperti kami saling meminta maaf dan rida masing-masing jika hari yang kami lalui memiliki kesalahan yang di sengaja atau tak disengaja agar hubungan ini tetap terjalin komunikasi yang baik serta tak ada yang mengganjal pada esok harinya.
Kebiasaan ini sungguh berpengaruh karena kami berdua setiap ada konflik atau hal yang tidak sreg di hati akan cepat selesai karena setiap mau tidur kami selalu menurunkan ego kami untuk membereskannya dan diakhiri dengan maaf- maafan.
Kebiasaan yang sungguh indah dan membuatku selalu memiliki perasaan yang plong dan tak ada yang mengganjel sedikitpun.
Up lagi nih dari beberapa ga up
Hehe mff nih baru upMangatt membaca sengkuhhh
Babayyy
KAMU SEDANG MEMBACA
172 Days
RomanceNadzira Shafa askar, lahir di Jakarta pada 06 November 2000. Zira adalah nama panggilan akrabnya. sekarang, ia sedang menempuh studi S1 jurusan psikologi di universitas Mercubuana Jakarta. Sedari kecil bertautan dalam seni adalah kegemaran nya. Mula...