Muhammad amer adz-dzikro
Nadzira shafa askar
"Allahu akbar! " takbir bang amer di sambut dengan takbir kecilku. Kami shalat berjamaah untuk pertama kalinya. Siang hari yang seharusnya panas seolah berubah menjadi sangat sejuk.
Hatiku sungguh Damai hingga aku merasakan nikmatnya shalat bersama suami dan di akhiri salam. Shalat berjamaah kami selesai. lalu bang amer memutar kan badannya ke arah aku dan aku spontan untuk salim padanya. Bang amer menepuk pahanya mengisyaratkan untuk aku duduk di pangkuannya.
"Sini, dek! Duduk di paha abang." ajaknya sambil menarik tanganku halus setelah aku salim kepadanya.
Aku tersenyum dan menuruti ajakannya, dengan Hati-hati aku duduk di pahanya dengan posisi berhadapan. Ia memelukku cukup lama hingga detak jantungnya yang berdegup kencang seirama dengan detak jantungku yang sama keras beriramanya.
"Ya allah, Terima kasih banyak karena engkau memberikan zira padaku. Ya allah, sehat kan zira selalu, bahagiakan zira bersama hamba. Ya allah, panjangkan umur zira. Ya allah, jadikanlah dia istri yang salehah dan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kami nanti. Kuatkan hatinya untuk terus sabar karena sikap hamba, ya allah, jaga kami selalu ya allah."
Doa bang amer yang dia ucapkan dengan mengelus-ngelus kepalaku, sesekali ia mengecup keningku singkat.Isi do'anya penuh dengan aku, aku bersandar pada bahunya lalu dengan sholawat dan beberapa doa lain. Bang amer menutup doa nya dengan al-fatihah khusus untuk para abi kami yang telah tiada.
"Adek, bahagia gak? " tanyanya padaku sambil mengangkat dagunya agar kami bisa saling menatap.
"Adek bahagiaaaa bangeeett. " jawabku "kalau abang gimana? Bahagia gak? " tanyaku sambil menatap bola mata yang cokelat.
Bang amer mencium hidungku, lalu membisikkan, "bahagia banget, dek. Terima kasih ya. " aku tersenyum gemas lalu mencubit pipinya yang lembut. Setelah shalat zuhur bersama, aku pun merapikan mukena.
"Adek ngantuk tahu, bang. " ucapku sambil menunjukkan mimik wajah lelah kepada suamiku.
"Tidur, dek. Adek pasti capek belum tidur, kan? "
Aku balas dengan mengangguk karena memang baik aku dan bang amer itu sama-sama belum tidur dengan cukup malam kemarin.
"Adek tidur dulu ya, bang. Ngantuk nanti azan asar bangunin adek ya, bang. Tapi, emang abang gak ngantuk? "
Bang amer tak menjawab tapi malah mendekatiku dan mengajakku untuk tidur bersama.
"Ngantuk hehee. Ayo bobo bareng." ajaknya sambil mengangkat kepalaku untuk tidur di bahunya yang tetap. Aku gugup, sangat gugup tapi sangat nyaman. Aroma khas tubuhnya membuat jantung dan hatiku bergetar.
Aku sembunyikan perasaan ini dengan cara menutup mataku. Tubuh kami sangat intens, dia memelukku dari belakang nafasnya sangat terasa di tengkuk leherku. Sangat nyaman sampai aku merasakan ketenangan yang sungguh menyejukkan dalam jiwa dan ragaku. Sampai akhirnya aku bener bener terlelap dalam pelukannya.
Allahu akbar. Allahu akbar.
Azan asar berkumandang sangat jelas dan sontak membangunkanku dalam tidur yang cukup singkat. Sontak kaget ada orang di sampingku dan tangan nya masih terselip di leherku dan ternyata sudah menjadi bantal tidurku yang singkat itu.
Ia masih memejamkan matanya, masih pulas dan terdengar deru napasnya yang tenang. Lalu, perlahan aku berganti untuk menatapnya. Cukup lama, lalu aku sentuh alisnya yang tebel dan ku usap lembut pipinya.
"Ganteng banget suami aku." girangku dalam hati. Sampai matanya terbuka dan ia memegang tanganku yang kini masih ada di pipinya.
"Udah bangun dari tadi, dek?" tanya bang amer.
"Belum, bang. Baru saja pas tadi azan, adek kebangun." balasku. Ia tersenyum
"Sini-sini mau peluk dulu. " ucap bang amer dengan nada yang menggemaskan, lalu aku tertawa dengan tingkahnya.
"Malam ini, kita ke villa mamah ya, mamah udah nyiapin buat kita." ucap bang amer.
"Wiiiiihh asyikk!" ucapku dengan girang
"Udah asar ya, shalat berjamaah lagii yuk!" ajak bang amer. "Ayoooo." seraya aku berusaha keluar dari lingkar pelukannya yang erat. Lalu, kami tertawa dan bercanda karena bang amer tidak mau melepaskan pelukannya tapi akhirnya aku bisa keluar dan langsung berlari kecil ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Setelah wudhu aku langsung menggunakan mukena dan seketika bang amer menyentuhku lalu aku menghindar.
"Ahh abang! Nanti, adek batal wudhu-nya." ucapku kesal.
"Gap apa-apa sayang, enggak batal kok." ucap bang amer.
"Lah kok bisa kan kao cewe dan cowo bersentuhan saat wudhu batal, bang?" tanyaku.
Jangan lupa di follow aku ini yahhh
Selamat membaca...@fikiwidianingsih0
Di tunggu lanjutan nyaa yahh..
KAMU SEDANG MEMBACA
172 Days
RomanceNadzira Shafa askar, lahir di Jakarta pada 06 November 2000. Zira adalah nama panggilan akrabnya. sekarang, ia sedang menempuh studi S1 jurusan psikologi di universitas Mercubuana Jakarta. Sedari kecil bertautan dalam seni adalah kegemaran nya. Mula...