"Ohhh terus sisanya apa? Tadi, abang baru nyebutin tiga." tanyaku lagi.
"Nah, sisanya itu selalu menjaga wudhu, bersiwak, salat berjamaah, dan terakhir itu membaca al-Qur'an." jelas bang amer lagi. "Dan untuk ngaji al-Qur'an abi abang juga punya 7 surah andalan, dek. Mau tau gak apa aja?" lanjut bang amer. Lalu aku mengangguk untuk isyarat aku ingin diberi tahu oleh suamiku ini.
"Surah andalan abinya abang itu adalah surah Ar-Rahman, yasin, al-waqiah, al-baqarah, al-kahfi, muzzamir, dan terakhir surah yang tadi kita baca, dek. Surah al-mulk." penjelasan bang amer barusan disambut dengan decak kagumku padanya. Lalu tanpa sadar obrolan kami dihentikan oleh suara azan isya. Akhirnya kami lanjut untuk salat Isya berjamaah.
Setelah selesai salat Isya, kami melanjutkan diskusi santai di kamar, kami bertukar kisah dan saling bercerita. Kami membuat angan impian-impian kecil. Bang amer menjelaskan berapa besar tanggung jawabnya untuk umat dan menceritakan kekhawatirannya. Lalu, aku kasih bang amer kekuatan dengan bilang ia tak harus khawatir karena ada allah dan aku di sampingnya.
Percakapan panjang sampai bermuara pada perbincangan tentang hobi kami masing-masing.
"Nih, dek. Abang itu suka banget pimpong di az-zikra nih udah gak ada lagi orang yang bisa ngalahin abang dek." ucapnya dengan bangga. "Nah, sama abang itu suka banget ziarah, dek. Ziarah ke makam orang-orang saleh, para ulama dan habib. Sama abang suka banget silaturahmi, misalnya ke guru-guru dan datang ke majelis-majelis allah, nanti adek temenin abang ya." pintanya.
"Wah, adek juga suka banget silaturahmi, bang nah cuma kalo ziara adek belum pernah soalnya katanya bid'ah ehehe." ungkapku sambil nyengir. Bang amer pun ikut tertawa sebelum akhirnya menjelaskan sedikit tentang hukum ziarah bahwa ziarah itu sunnah sebab yang bisa mengabulkan doa kita hanya allah satu-satunya.
Belum sempat 24 jam aku dinikahi bang amer sudah banyak yang aku dapatkan. Aku ingin terus menjaganya, memeluknya tanpa batas waktu yang terhingga. aku ingin bersamanya selamanya apakah bisa?
Setelah ngobrol hal panjang, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sangat tidak terasa karena aku habiskan bersamanya. Bener ternyata kata orang-orang, kalau bersama orang yang kita sayang dan cintai 100 tahun pun seakan sangat sebentar.
Aku melepas mukena yang belum aku lepas selama mengobrol dan aku ingin bersih-bersih. Cuci muka, gosok gigi dan berganti pakaian untuk tidur. Bang amer pun ikut bersih-bersih bersamaku.
Kami gosok gigi bersama sambil bercanda. Lalu, bang amer mengambil wudhu lagi dan menyuruhku untuk wudhu sebelum tidur. Setelah bersih-bersih aku mengenakan piyama yang dihadiahi oleh nenek bang amer pas pernikahan tadi, sangat lucu dan nyaman.
Bang amer hanya tertawa melihatku. Lalu dia mengambilkan mukena yang sudah ku lipat di bangku.
"Salat dua rakaat dulu yuk! Tapi sendiri-sendiri, sunahnya begitu." sambil memberikan mukenaku. Lalu, aku mengangguk.
Kami masing-masing salat dua rakaat. Setelah selesai, bang amer menghampiriku, membantu ku untuk melepas mukena, menggandengku ke ranjang pengantin kami.
Jantungku berdetak keras dan deru napasku semakin berat tiba-tiba suara handphone bang amer berdering. Ada panggilan video ke bang amer malem-malem begini. "Siapa?" pikirku.
"Apee, kirrr? Lu ganggu gue aja dah!" oceh bang amer dan di sambut deru tawa yang pantang dari orang yang menghubungi bang amer tersebut. Aku pun ikut tertawa karena aku tahu siapa yang merusak malam pertama kami.
Dialah Syakir daulay, sahabat sehati bang amer, belahan jiwa bang amer di sisi yang lain atau sahabat karib bang amer dan aku pun baru mengenalnya saat di acara nikah kami tadi pagi. "Lucu banget si ini ganggu aja." gumamku dalam hati.
"Aduh, merr. Maaf nih ganggu hahaha lagi ngapain, merr?" canda Syakir.
"Ganggu aja nih orang, udah ah gua matiin." balas bang amer.
"Lihhh jangan hahaha gak papa, mer. Lu lanjut aja tapi jangan di matiin hahahaa." canda Syakir lagi.
"Gilee luu!" balas bang amer sambil mematikan teleponnya. Kami saling pandang dan tertawa bersama. Tak lama teleponnya masuk lagi sampai tiga kali.
Akhirnya bang amer ubah handphone-nya ke mode hening untuk membasmi keusilan sahabatnya itu. Lalu, kami saling ketawa lagi dan bang amer menceritakan tentang persahabatan mereka yang sangat sudah mendarah daging hingga bang amer menganggap Syakir adalah saudaranya.
Aku ikut seru mendengarkan kisah perjalanan persahabatan bang amer dan Syakir yang ternyata sudah terjalin cukup lama setelah kamu ketawa bersama seketika nuansa hening kembali. Kamu sama-sama saling lirik, bang amer pun berjalan untuk mematikan lampu, dan memelukku cukup erat.
"Allahumma jannib naasyyaithana wa jannibni syaithoona maarazaqtanaa."
Masya Allah malam yang sempurna.
Btw lagi ngapain nih ya wkwk..
Di tunggu part selanjutnya..
Selamat membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
172 Days
RomanceNadzira Shafa askar, lahir di Jakarta pada 06 November 2000. Zira adalah nama panggilan akrabnya. sekarang, ia sedang menempuh studi S1 jurusan psikologi di universitas Mercubuana Jakarta. Sedari kecil bertautan dalam seni adalah kegemaran nya. Mula...