Masih lanjutan bab di atas yahh🙌
Selamat membaca..Jam sudah menunjukkan pukul satu siang dan dosenku ternyata sudah telah 30 menit, akhirnya kami memutuskan untuk keluar kelas dan akan mengajukan kp (kelas pengganti) karena memang peraturan kampus jika dosen telat 30 menit maka kelas dibubarkan dan akan di adakan kelas pengganti.
Aku dengan bosan duduk di area aula kampus dan memainkan HP-ku. Aku buka instagram dan melihat banyak instastory teman-temanku dan aku tertahan dengan satu story yang cukup membuatku ingin tahu lebih banyak. Setelah aku lihat, ini akun yang follow aku waktu lalu, akhirnya aku tanya kepada sosok orang yang ada di dalam instastory-nya.
"Itu amer az-zikra bukan ka? Anaknya KH. Arifin ilham?" Tanyaku pada sebuah direct message yang tersedia di aplikasi tersebut.
Begitu cepat pesanku dibalas. "Iya. Itu amer az-zikra, kenapa emang?" Jawab Dodi di pesannya.
Aku balas dengan santai bahwa umiku sangat menyukainya dan kirimkan salam saja dari aku. Lalu, Dodi meng-iya kan permintaanku. Walau jujur bahwa aku sudah mengagumi sosok amer az-zikra sejak lama. Dan rezekinya ternyata temannya follow aku. Jadi mungkin saja nanti suatu saat bisa bertemu jika aku datang ke acara bulanan yang selalu diadakan tiap minggu pertama di Az-Zikra.
Setelah momen berantakanku yang lalu, aku mulai membenahi juga isi imanku dan mulai mengikuti banyak kajian-kajian dan belajar memasukan kedalam hatiku yang dulu kosong, termasuk mendatangi zikir akbar yang diadakan oleh majelis Az-Zikra dan memang ada beberapa ustaz dari kajianku yang menyarankan untuk datang kesana sekedar bermuhasabah diri dan membangun iman yang memang sering naik turun ini.
Di situlah aku sering melihat sosoknya, masih muda tetapi berkharisma memiliki wibawa yang baik. Sungguh laki-laki yang baik. Itulah pikiranku saat itu.
~~~
Kota jakarta yang panas tetapi terguyur hujan hingga hujan pun tak membuatnya menjadi sejuk. Aku berdiri depan koridor kampus sambil mendengarkan musik hingga menunggu hujan reda, karena jam kuliah sudah selesai setengah jam yang lalu.
Seketika HP-ku berdering mendapatkan notifikasi, saat ku buka seakan kakiku melayang dan udara jakarta seakan sejuk bahkan musik yang kudengar melalui headset seakan menyeruk keluar.
"Sumpah? Ini beneran?" Teriakku sampai dua orang di samping melirikku karena kaget. Spontan aku tersenyum malu.
"Aku di- follback amer Az-Zikra woyyyy!" Teriakku dalam hati. Tepat empat hari setelah aku mengirim salam pada amer Az-Zikra, maka dengan sopan kumulai chat lebih dulu melalui DM.
"Terima kasih ka. Sudah di- follback" isi pesanku.
Tak lama ia membalas "sama-sama, gak usah manggil kakak, amer aja." balasku. Aku tak berhenti tersenyum, lalu aku balas dengan emoticon dan chat kami berakhir di sana.
~~~
2 Februari 2020
Lantunan sholawat bergema pada seisi masjid Az-Zikra yang megah. Beribu-ribu jamaah memenuhi seluruh tempat sampai kepelataran dan aula. Ahad pertama yang sangat berguna karena kugunakan untuk pergi ke majlis zikir. Di depan masjid, aku melihat Dodi sahabat bang Amer yang menjadi jembatanku untuk bertemu bang amer.
Aku sudah meminta kepadanya sejak sebulan yang lalu, dia menyanggupi keinginanku dan ingin mempertemukan ku dengan bang Amer. Dia menyadari kehadiranku dan dia menegur.
"Zira datang sama siapa?" Tanyanya.
"Sama kak bela tuh." Ucapku sambil menunjuk kak bela yang sibuk mengamankan sendalnya.
"Oke deh. Gue ke atas ya." Balas Dodi dan berjalan ke arah tangga.
Aku dan kakakku memasuki aula bawah karena atas sudah penuh dan hanya melihat dari monitor besar di depan. Mencari tempat duduk karena memang sudah sangat penuh, tapi alhamdulillah kami mendapatkan tempat duduk. Aku lihat sekeliling penuh dengan jamaah baik dari yang tua dan muda.
"MasyaAllah." Gumamku dalam hati. Semoga kami dikumpulkan kembali di surga. Jam sudah menunjukkan jam 8 siang dan acara zikir sudah dimulai ceramah demi ceramah hangat masuk ke dalam telinga lalu hatiku, perasaan Damai menyerbu.
Hingga sang pembawa acara menyebutkan namanya untuk berceramah ke hadapan para jamaah, sudah aku lihat wajahnya di layar monitor depan lalu suara khasnya serta candaanya yang sangat ku kagumi mulai terdengar dan menggema seisi masjid yang luas.
Ia berceramah tentang kehebatan sedekah dan nikmatanya rasa syukur dengan penjelasan yang lugas tapi santai. Semua pesan-pesannya dapat aku Terima dengan hati terbuka. Kagumku atas sosoknya makin bertambah. Semoga bisa berpapasan dengannya setelah ini. Tapi tak apa, semoga saja.
Setelah diakhir oleh muhasabah diri yang membuatku tak tahan isak tangis karena mengingat banyak sekali dosaku. Aku meminta ke Allah untuk terus bawa aku ke jalan yang baik, dipertemukan jodoh yang akan selalu membawaky terus dekat dengan Allah.
Setelah bermuhasabah dan doa dengan tulus acara zikir pun selesai. Karena banyak orang yang berhamburan keluar maka aku dan kakakku memilih untuk diam terlebih dahulu menunggu tak terlalu ramai agar mudah keluarnya.
Sinyal HP-ku hilang hingga tak bisa berkomunikasi sama Dodi. Aku sudah pesimis bahwa bukan sekarang rezeki ku untuk bertegur sapa dengan Amer Az-Zikra.
"Gak papa deh, Zir. Mungkin bulan depan." Ucapku dalam hati agar menenangkan aku saja.
Tetapi ternyata takdir berkata lain, setelah aku keluar dari aula ternyata di depan sudah banyak kerumunan para jamaah ibu-ibu dan ukhti-ukhti sejenis aku fans Amer Az-Zikra untuk berfoto bersamanya dan aku melihat ada Dodi di samping Amer.
Amer telihat sopan dengan senyumnya yang berwibawa dan pandangannya pun sesekali menunduk ke bawah menandakan ia menjaga pandangannya walau sedang banyak para perempuan di hadapannya dan jaraknya pun tidak terlalu dekat walau memang agak sedikit berkerumun.
Aku perhatikan dari jauh dan mendekat ke arah kerumunan nya tetapi tidak masuk kesana. Aku berdiri di tenda kecil penjual air zam-zam karena memang sedang gerimis kecil. Dan sontak mata kami berpapasan dan dia seolah mengenaliku. Tanpa ekspektasi apa-apa ia tiba-tiba permisi ke semua kerumunan itu dan menghampiriku.
"Zira ya?" Tanyanya dengan senyum khasnya.
Dengan percaya diri aku menjawab pertanyaanya. "Iya. Hai Amer." Sapaku balik dengan senyum ceritaku lalu ia menatapku tanpa berkedip dan "astagfirullah." Ucapnya dengan gugup dan matanya berkedip beberapa kali.
"Ini siapa Zira, kakak kamu?" Tanyanya lalu kubalas dengan anggukan.
Mampir dulu yuk kerumah Amer. Ada banyak teman-teman Amer juga disana. Yuk, mampir sebentar. Yuk, Zira, kakak, Dodi, yuk." ajaknya padaku.
Akupun tanpa sadar berjalan dibelakangnya seolah terhipnotis. Dodi pun ada di samping bang Amer. Kerumunan jamaah itu ditinggal begitu saja. Aku jadi tidak enak sama yang lain. "Tapi gak papa deh hehehe." Ucapku dalam hati.
Selama berjalan menuju rumah bang Amer, semua pasang mata menatap kami
Bang Amer mengajak ngobrol kakakku "kak, Ziranya nanti pakein niqob aja sama kayak kakak." Ucapnya bercanda ke kakakku dan kakakku hanya tertawa. "Kenapa emang, Amer?" jawab kakakku. "Cantik banget." Balas bang Amer dan semua ketawa. Aku pun tertawa karena cara ngomong amer yang lacu, walau hatiku gugup.Segini aja dulu yaa bayy👋👋
Moga suka sama cerita nya
Lanjut nanti lagi yahhh..
KAMU SEDANG MEMBACA
172 Days
RomanceNadzira Shafa askar, lahir di Jakarta pada 06 November 2000. Zira adalah nama panggilan akrabnya. sekarang, ia sedang menempuh studi S1 jurusan psikologi di universitas Mercubuana Jakarta. Sedari kecil bertautan dalam seni adalah kegemaran nya. Mula...