"Abang, rame banget yah majelisnya." Ungkapku."Selamat datang di taman surga, istriku." Ungkap bang Amer bangga dan langsung mencium keningku.
Setelah turun dari mobil kami di sambut banyak orang, hampir semua mengenal suamiku.
"Wah udah bawa istri aje nih!" Terdengar dari belakang kami. "Wehhh Sahabatku, Syakirrr." Teriak bang Amer sambil menghampiri sahabatnya dan mereka berpelukan layaknya seorang sahabat sejati.
"Gimane-gimane, mer? Enak kagak kawin?" Tanya Syakir dengan logat khas Betawinya. "10% enak, kir." Jawab bang Amer.
"Terus sisanye?" Tanya Syakir lagi. "ENAK BANGEEETT." Jawab bang Amer dengan bercandaan meledek ke sahabatnya. " Buru nyusul lah, kirr." Ungkap bang Amer dengan nada meledek.
"Wahahaha nih ya, Zir. Amer tuh enak banget dia sekali izin nikah sama habib langsung diijinin lah gue belum ampe sekarang." Ucap Syakir sambil tertawa da. Menjelaskan padaku berapa dekatnya mereka.
"Jadi, Dek, Syakir tuh gak mau ditinggal nikah sama abang, makanya pas abang bilang mau nikah, dia nangis." Ucap bang Amer lagi, aku hanya tertawa dengan tingkah lucu dan keakraban mereka.
"Iy, Zir gue tuh takut kalo Amer nikah gak bakalan seintens dulu temanannya ama gue, nah untung istrinya elu, mirip banget sama Amer jadi gue malah bersyukur, soalnya lu bedua jodoh." Ucap Syakir lagi.
"Eh, udah mau mulai majelisnya, adek ke tempat perempuan yaa. Di samping kiri situ ditemani sama teteh-teteh jumat berkah yaa, sini salim dulu." Ucap bang Amer sebelum perpisahan tempat dan setelah salim bang Amer memanggil Syakir.
"Kirr, kirrrr" teriak bang Amer. "Apeeeee?" Jawab Syakir. Lalu, bang Amer mencium keningku.
"Wahahahaaa dasar Amerrr lu bikin iri aje." Teriak Syakir ngamuk. Bang Amer memang jago jail ya.
Setelah mendapat tempat untuk duduk dan menikmati Alunan rebana dan khosidah disertai shalawat-shalawat memanjatkan kemuliaan nabi besar kita nabi muhammad SAW. Lanjut mendengarkan beberapa tausiah-tausiah ringan tetapi Relate dalam kehidupan sehari-hari tentang sabar dan cobaan hidup, lalu di padu dengan sholawat indah serta lantunan rebana.
Aku terbawa pada ketenangan yang damai tanpa sadar air mataku deras dari pelupuk mataku. Seketika aku ingat dosa-dosaku yang sangat banyak. Betapa kecilnya aku di dunia ini. Pantas banyak orang ingin hadir ke majelis ini, ternyata memang indah dan bisa mendapat ketenangan jiwa serta bermuhasabah diri.
"Pantes bang Amer bilang ini taman syurga, memang isinya adalah manusia-manusia kecil perindu surga semua, MasyaAllah." ungkapku kagum pada majelis ini.
Tiba-tiba aku merasa ada yang menyentuh punggungku. "Zira ya? Istri Amer?" Tanya seorang perempuan dengan gadis kecil lucu di sampingnya.
"Aku Tata, salam kenal ya." ungkap perempuan yang mengenalkan dirinya itu, sepontan aku langsung tersenyum dan meraih tangannya untuk bersalaman.
"Halo kak Tata, salam kenal." Ucapku senang, aku sudah mengenalnya lewat sahabat bang Amer dan Syakir. Namun, aku baru bertemu dengannya di taman syurga ini MasyaAllah.
"Nanti kalo ke nurmus lagi kita duduk bareng ya Zira." Ajak kak Tata. "Iya kak, pasti. Nanti aku minta nomor kakak yaa." ucapku lagi.
"Haii nama kamu siapaaa?" Tanyaku pada gadis kecil yang duduk bersama kak Tata.
"Apija." Jawabnya dengan suara yang imut nan lucu. "Haloo apija! Aku Zira." Jawabku sambil mengelus pipinya yang gembul.
"Ini nomor aku ya Ziraa." Balas Kak Tata setelah kami berbincang seru akhirnya kami sama-sama menikmati sholawat yang sangat syahdu dan candu dengungan nya mampu mengetuk hatiku yang paling dalam seolah memberi ruang dan menata kelamnya hatiku yang kacau. Benar-benar indah.
Setelah majelis aku diajak kak Tata untuk berziarah ke makam ibunda habib Hassan untuk memberikan doa serta pahala karena mendoakan orang yang sudah tiada.
Bang Amer pun datang menjemputku, sepontan aku langsung mencium tangannya untuk mencari berkah pada suami yang habis bermajelis.
"Yaahhh, gue nyamuk nih udeh." Bercanda Syakir yang ternyata memang ada di samping bang Amer sejak tadi dan disambut dengan tawa kami semua.
"Indah banget ya, Dek." Ungkap bang Amer Padaku saat kami berjalan ke arah pulang.
"Iya, bang. Indah MasyaAllah, Adek banyak dapet ilmu dan dapet teman juga, jadi pengen sering ke sana." Ucapku girang.
Bang Amer tersenyum, "Ayo kita niatin setiap malam minggu ke nurmus yaa, Dek. Deal?" Ajak bang Amer "DEAL." Balas ku antusias.
"Terima kasih ya, Bang. Udah ajak adek ke Nurul musthofa, Adek bahagia." Ucapku lagi sambil menggenggam tangannya yang kokoh. Ia tersenyum dan mencium jemariku. "Sama-sama sayang."
Malam minggu yang luar biasa, beda dari yang lain, kami berlomba-lomba untuk menemui cintamu lewat majelis-majelis indahmu yaa Rabb. Dengan dipersunting oleh laki-laki ini, aku bisa menikmati setiap sudut dari sisi keindahanmu. "Ya Allah Terima kasih banyak."
Hihihh Author baru upp lagi nihhhh
Siapa yang nungguin chapter terbaru nyaaJangan lupa
Follow
Vote
KomenPapayyyy guysss ditunggu chapter terbarunya
💅👋
KAMU SEDANG MEMBACA
172 Days
RomanceNadzira Shafa askar, lahir di Jakarta pada 06 November 2000. Zira adalah nama panggilan akrabnya. sekarang, ia sedang menempuh studi S1 jurusan psikologi di universitas Mercubuana Jakarta. Sedari kecil bertautan dalam seni adalah kegemaran nya. Mula...