22 - BEST MOMENT

53 5 0
                                    


"Pak Fatan tahu kalau itu salah. Tapi kenapa bapak masih belum bisa berhenti?"

"Saya mencintai dia, Zelin"

Zelin menenggelamkan kepalanya dimeja. Entah kenapa dia masih mengingat pembicaraannya dengan Fatan beberapa hari lalu. Kenapa dia jadi ikutan pusing dengan rumah tangga orang lain? Zelin menegakkan tubuhnya kembali lalu menghela napas panjang. Ia meraih paperbag dan beranjak untuk masuk ke ruangan atasannya. Suara tawa dari dalam membuatnya yakin bahwa Dani sedang bersama Fatan. Dia memutar bola matanya malas.

"Ibu Zelin mau ngapain kesini?" Kata Dani dengan nada dibuat buat.

Zelin tidak peduli. Dia mengabaikan Dani dan berjalan ke arah Fatan. Dia meletakkan paperbag di meja. "Ini jas milik Bapak yang saya pinjam kemarin."

Zelin memaksakan senyumnya. Dia sangat yakin kalau Dani pasti sudah berpikir lain. Padahal Fatan meminjamkan jas itu hanya untuk menutupi pakaiannya yang sedikit terbuka.

"Terimakasih, Pak. Saya permisi dulu."

"Kalian habis ngapain?" Sebelum Zelin beranjak, suara Danu sudah lebih dulu mencegahnya.

"Bukan urusan lo." Ketus Fatan. Dia lagi tidak mood menjelaskan apapun.

Dani membelalak. Dia langsung menyimpulkan yang tidak tidak. "Kalian selingkuh ?"

Kan!

Rasanya Zelin ingin menutup mulut Dani dengan sepatunya

Fatan melirik malas. "Lo mending keluar aja daripada ngomong yang enggak bener."

Dani menatap Fatan serius. "Gila ya lo. Risma udah cantik banget kayak gitu. Ya meskipun gue tahu kalau Zelin juga sexy tapi—Anjing kaki gue!" Dani meringis kesakitan sebelum menyesuaikan ucapannya. Injakan heels di atas kakinya semakin terasa nyut nyut an. Dia melototi Zelin tidak terima.

Zelin melebarkan senyum mengejek "Saya permisi dulu, Pak."

Zelin berbalik dan berjalan keluar. Dia masih mendengar Dani yang teriak tidak terima. Zelin menghela napas. Dia sama sekali tidak memikirkan perkataan Dani. Tapi dia masih memikirkan pembicaraannya dengan Fatan malam itu. Entah mengapa sejak malam itu sudut pandang nya tentang Fatan berubah. Zelin yakin kalau Fatan sangat mencintai istrinya. Zelin bisa melihat itu dari matanya. Cinta yang begitu besar tapi kesalahannya juga sangat besar. Bukan hanya pernikahannya saja yang akan hancur. Tapi Fatan juga akan menghancurkan dirinya sendiri

***

"Mas Fatan lihat ini." Risma mengambil bandana di tas lalu memakainya.

"Apa sayang?"

"Aku punya bando bagus dan lucu. Cantik kan?"

"Kamu selalu cantik, Ris." Fatan menaruh laptopnya dan menoleh. "Kamu beli bandana lagi?"

Fatan masih heran dengan Risma yang hobi sekali mengoleksi bando. Bahkan di kamarnya sudah ada satu laci penuh berisikan bandana dengan berbagai karakter dan model. Belum lagi koleksi bandana Risma yang ada di Bandung dan di apartemennya.

Risma menggeleng. "Ini kemarin dikasih Tian."

Fatan membelalak. "Lepas nggak?"

"Kok dilepas! Tadi kamu bilang cantik!" Risma ikut melotot

"Lepas, Ris. Buang aja sekalian."

"Nggak mau! Tian beli ini langsung dari Cina. Ini lucu, Mas. Aku suka."

"Besok aku beliin satu karung bandana langsung dari Cina juga. Sekarang kamu lepas yang itu."

Risma tetap menggeleng. Dia memegang bando di kepalanya kuat kuat. "Pokoknya aku nggak mau!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Real AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang