Setelah kembali ke kost, Revan segera mengganti pakaian basahnya dengan baju bersih dan nyaman. Hawa dingin sisa hujan masih terasa, jadi dia menuju dapur kecilnya untuk memasak air hangat. Begitu air mendidih, dia menyeduh secangkir teh manis, aroma hangatnya langsung menyebar, memberi sedikit ketenangan pada tubuhnya yang kelelahan.
Revan membawa teh itu ke meja belajarnya, lalu duduk di kursi dengan tatapan menerawang. Sambil menyesap teh, pikirannya kembali melayang pada percakapan di depan rumah Gita tadi.
"Gw nungguin pacar gw..."
Kata-kata itu, meski singkat, berulang kali terngiang di benaknya. Fakta bahwa Gita sudah memiliki pacar menimbulkan perasaan aneh di hatinya, sedikit kecewa, mungkin juga sedikit ragu. Tanpa sadar, dia mengambil ponselnya dan mulai mencari sosial media Gita.
Namun, setelah beberapa menit menelusuri akun Instagram Gita, dia tidak menemukan apa-apa yang mengindikasikan keberadaan seorang kekasih. Tak ada foto berdua, bahkan tak ada interaksi di kolom komentar yang terlihat romantis. Revan menghela napas, agak lega namun tetap was-was.
'Belum juga mulai, udah berasa kalah aja. Emang susah ya, kalo lo suka sama cewek cakep' pikirnya sambil tersenyum kecil.
Meski Gita memiliki kekasih, itu bukan alasan bagi Revan untuk menyerah begitu saja. Sebaliknya, hatinya justru tertantang untuk memahami dan mendekati sosok Gita lebih dalam. Dia tahu menaklukkan hati Gita bukanlah hal mudah, ada dinding tinggi yang melindungi cewek itu, dinding yang justru membuatnya semakin menarik di mata Revan.
Setelah menghabiskan teh di cangkirnya, Revan merasa semangatnya kembali. Daripada berdiam diri memikirkan hal yang tak bisa langsung dia ubah, dia memutuskan untuk melepaskan stres dengan bermain game favoritnya, Valorant. Dia membuka laptop dan masuk ke akun gamenya.
"Bismillah, naik Ascendant 3 malam ini" gumam Revan penuh harap sambil menyiapkan mouse dan headset. Malam yang tenang di kamar kost-nya pun diwarnai suara klik-klik mouse dan gemuruh suara dalam game, membantunya melupakan sejenak rasa gelisah di hatinya.
..................................................
....................................
.......................
Bzzzzt... Bzzzzt... Bzzzzt...
Suara alarm menggema di kamar Revan, nyaris sama seperti kemarin. Dengan mata yang masih setengah terpejam, dia meraih ponselnya dan melihat jam.
06:23
"Ugh, kok kepala gw rada pusing ya" gumamnya pelan sambil duduk di atas tempat tidur, mencoba menyeimbangkan tubuhnya.
Dia menekan pelipisnya perlahan, berharap rasa pusing itu segera hilang. Setelah beberapa saat, Revan berdiri dan berjalan gontai ke kamar mandi. Di depan cermin, dia membasuh wajahnya dengan air dingin, lalu memandangi pantulan dirinya, kulitnya tampak pucat, matanya agak lesu.
Namun, seperti biasa, Revan tak terlalu peduli pada kondisi tubuhnya.
"Ah, cuma pusing dikit doang, paling nanti juga sembuh" ujarnya pada dirinya sendiri.
Dengan cepat, dia mengganti pakaian, meraih tas, dan melangkah keluar menuju sekolah.
Sesampainya di depan sekolah, Revan tertegun sejenak melihat gerbang sudah tertutup rapat. Lagi-lagi dia terlambat. Tanpa pikir panjang, dia menitipkan motornya di luar, lalu berlari menuju gerbang belakang dan mulai memanjat, mencoba mengulang aksinya kemarin.
Begitu kakinya menjejak tanah setelah melompat masuk, rasa pusing di kepalanya tiba-tiba kembali menyerang, membuatnya sedikit oleng. Revan segera bersandar pada dinding terdekat, berusaha menstabilkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary : Called Love? (DelGit)
Fanfiction[Hanya Fiksi, Jangan Dibawa Ke Real Life] Revan Fidella Angkasa, cowok populer dan jago basket di sekolah, selalu dikelilingi banyak teman. Sikapnya yang ramah sering membuat cewek-cewek salah paham, mengira dia memberi harapan lebih. Namun, di bali...