Dua hari setelahnya, pagi itu, Gita sedang duduk di bangkunya, sibuk dengan beberapa lembar kertas di depannya. Jadwal latihan tim basket yang telah dia susun dengan hati-hati untuk dua minggu ke depan bertebaran di meja. Sesekali dia mengecek ponselnya, memastikan tidak ada pesan yang terlewat dari Pa Andrea. Persiapan untuk pertandingan persahabatan melawan SMA Angkasa membuatnya fokus penuh, karena ini adalah tugas pertamanya.
Ketika Gita sedang serius menuliskan detail jadwal di lembar terakhir, suara langkah kaki mendekat. Flora, tiba-tiba muncul di sampingnya, menatap kertas-kertas yang tersebar di meja dengan rasa penasaran.
"Eh, lo lagi ngapain? OSIS lagi ya?" tanya Flora santai sambil melirik kertas di depan Gita.
Gita tersenyum tipis dan menggeleng.
"Bukan. Ini jadwal latihan basket buat dua minggu ke depan. Tim lagi persiapan buat lawan SMA Angkasa" jelas Gita sambil membereskan beberapa kertas yang sudah selesai ia tulis.
Flora mengangguk pelan, tampak mengerti.
"Oh, lo sekarang jadi manager tim basket? Gimana? Lancar-lancar aja, kan?" tanya Flora yang sedikit terkejut dengan Gita yang tiba-tiba menjadi manager tim basket.
Gita tersenyum kecil, meski dalam hati dia merasa tugasnya cukup menantang.
"Ya, lumayan. Banyak yang harus diurus, tapi sejauh ini masih bisa gw handle" jawab Gita.
Flora menepuk bahu Gita dengan semangat.
"Good luck ya! Gw yakin lo pasti bisa bantu tim buat lebih kompak" ucap Flora.
Setelah percakapan ringan itu, Flora pamit kembali ke tempat duduknya, sementara Gita merapikan barang-barangnya. Dia merasa perlu meminta pendapat Revan soal jadwal yang sudah ia buat sebelum memutuskan untuk memberikannya ke tim. Maka, tanpa menunda lagi, Gita memutuskan untuk pergi ke kantin di mana Revan biasa nongkrong.
Namun, ketika sampai di kantin, langkah Gita tiba-tiba terhenti. Dari kejauhan, dia melihat Revan duduk bersama Ashel. Gadis itu terlihat sangat dekat dengan Revan, tersenyum ceria dan bahkan menyentuh lengannya. Gita tahu betul, Revan tidak memulai hal itu, tapi dia juga tidak menolak kedekatan Ashel.
Gita menatap mereka dalam diam, perasaan cemburu perlahan mengalir dalam dirinya. Ada rasa tak nyaman yang sulit dijelaskan saat melihat Ashel begitu mudah mendekati Revan. Tapi Gita menelan semua perasaannya, menegaskan pada dirinya sendiri bahwa ini bukan saatnya membiarkan emosi pribadi menghalangi tugasnya sebagai manager.
'Ini bukan urusan gw' pikirnya, mencoba menenangkan diri.
Dengan langkah tegas, Gita mendekati Revan dan Ashel. Sesampainya di depan mereka, Gita langsung bicara pada Revan tanpa memperdulikan kehadiran Ashel.
"Rev, ini jadwal latihan buat dua minggu ke depan. Gw mau lo lihat dulu sebelum kita kasih ke tim" ucap Gita.
Revan yang tadinya asyik mengobrol dengan Ashel langsung mengalihkan perhatiannya ke Gita. Dia mengambil kertas yang disodorkan Gita, menatapnya dengan cepat sebelum akhirnya mengangguk.
"Oh, oke. Ntar gw cek. Thanks, Git" balas Revan.
Gita hanya mengangguk dingin, lalu berbalik hendak pergi. Namun, sebelum dia melangkah lebih jauh, matanya bertemu dengan mata Revan. Sekilas, Revan melihat sesuatu di tatapan Gita yang membuatnya terdiam. Ada ketidaksenangan yang tersirat di sana, meski Gita tidak mengatakannya langsung. Gita tampak menahan diri, tapi jelas ada rasa kesal yang dia coba sembunyikan.
Revan tertegun sejenak. Meski awalnya dia tidak menyadari, sekarang dia mulai peka. Tatapan Gita, caranya berbicara yang datar, dan ekspresi wajahnya yang tampak menahan sesuatu, semuanya kini terasa berbeda bagi Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary : Called Love? (DelGit)
Fanfiction[Hanya Fiksi, Jangan Dibawa Ke Real Life] Revan Fidella Angkasa, cowok populer dan jago basket di sekolah, selalu dikelilingi banyak teman. Sikapnya yang ramah sering membuat cewek-cewek salah paham, mengira dia memberi harapan lebih. Namun, di bali...