DCL - Part 8

824 123 11
                                    

Pagi ini, akhirnya Revan berhasil bangun lebih pagi. Dia tidak lagi kesiangan seperti beberapa hari sebelumnya. Usai mandi dan berpakaian, Revan mengambil tas serta jaketnya lalu pergi untuk berangkat ke sekolah.

Sesampainya di area sekolah, Revan tidak langsung masuk ke sekolahnya, melainkan dia menghentikan motornya di depan warung yang ada di seberang gerbang sekolahnya.

"Bu, pesan teh hangatnya 1" ucap Revan yang membuka helmnya lalu duduk di kursi panjang warung tersebut.

"Nggak sekalian sarapan aja dek?" tanya pemilik warung itu.

"Teh aja bu, sama roti ini" jawab Revan yang mengambil roti coklat di dekatnya.

Ibu pemilik warung tersebut itupun hanya membuatkan pesanan Revan sembari mengobrol kecil dengannya. Revan memang sudah sering singgah ke warung itu untuk sekedar mengisi perutnya.

Revan menghabiskan waktunya duduk di warung itu sambil memandangi murid-murid sekolahnya yang lain mulai ramai memasuki gerbang sekolah. Ketika dia sudah menghabiskan teh dan rotinya, Revan pun membayar lalu kembali menaiki motornya dan masuk ke sekolah.

Setelah memarkirkan motornya, Revan berjalan menuju kelasnya. Setibanya di kelas, Revan langsung duduk di kursinya, menunggu kedua temannya yang lain datang.

"Weh! Tumben lo gak telat Van" ucap Ferrel yang entah sejak kapan sudah berada di belakang Revan.

Suara Ferrel itu sedikit mengejutkan Revan yang tengah fokus memainkan ponselnya.

"Bangke! Sejak kapan lo di situ? Ngagetin aja anjir" balas Revan.

"Makanya mata tuh jangan ke hp mulu" ucap Ferrel sebelum duduk di kursi samping Revan.

"Eh, Tian mana?" tanya Revan.

"Mana gw tau, serumah aja kagak. Palingan bentar lagi juga nyampe" jawab Ferrel.

Dan benar saja, tak lama setelah itu Tian berjalan masuk dari pintu kelas, dan langsung duduk di kursinya yang ada di belakang Revan.

"Tumben, biasanya lo masih tidur Van" ucap Tian.

"Halah, kalian berdua sama aja. Emang napa kalo gw bangun pagi" balas Revan.

"Nggak papa, eh btw Van bantuin gw deketin Flora dong" pinta Ferrel.

Permintaan Ferrel ini membuat Revan sedikit heran, kenapa dia tiba-tiba minta tolong kepadanya.

"Lah? Bukannya lo udah suka sama si Flora mulai tahun lalu? Napa minta bantuan gw?" tanya Revan.

"Y-ya... gw nggak berani buat deketin dia. Gw bingung kalau tiba-tiba ngobrol sama dia. Nah, lo 'kan temen dekatnya, jadi tolongin gw ya" jawab Ferrel.

Revan sama sekali tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dia dengar, dia tidak menyangka kalau Ferrel sama sekali tidak berusaha untuk mendekati Flora. Padahal Ferrel sudah cukup lama menyukai gadis pendek tersebut.

"Hadeh, yaudah ntar pulang sekolah lo siap-siap aja" ucap Revan.

Kringgg!!! Kringgg!!!

Saat suara bel jam pertama berbunyi, semua murid yang masih berada di luar ruangan kelas, langsung berbondong-bondong memasuki kelas mereka masing-masing. Tak lama kemudian, pintu kelas mereka terbuka dan Ibu Desy, guru Matematika Wajib, berjalan masuk ke kelas mereka. 

"Kok bu Desy? Bukannya di jadwal yang dibagi, guru matematika kita ibu Hartati?" bisik Revan pada Ferrel.

"Nanya gw, ya gw juga nggak tau" balas Ferrel.

"Baik anak-anak, untuk mata pelajaran Matematika Wajib kelas kalian akan dipegang oleh saya. Karena ibu Hartati hanya akan mengajar untuk kelas 10 saja" jelas bu Desy.

Diary : Called Love? (DelGit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang