Di sudut parkiran sekolah, Ferrel dan Tian sedang bersiap-siap. Mereka baru saja selesai mengikuti pelajaran terakhir hari itu, dan kini antusias menunggu untuk berangkat ke SMA Angkasa. Hari ini adalah hari pertandingan basket persahabatan antara SMA Garuda dan SMA Angkasa, dan teman-teman mereka, Revan serta tim inti, akan bertanding.
"Semua udah siap, kan?" tanya Ferrel, memastikan tak ada yang tertinggal.
Daniel yang datang dengan cepat menyahut sambil menggulung lengan seragamnya,
"Ayo buruan! Gw gak mau ketinggalan liat adek gw main!" ucap Daniel.
Ollan, yang baru tiba bersama Chika dan Kathrin, menepuk bahu Ferrel.
"Santai aja, bro. Masih ada waktu. Babak pertama juga baru mulai" jawab Ollan.
Tian memeriksa ponselnya dan memastikan rute ke SMA Angkasa sudah benar.
"Oke, kita bagi kendaraan. Gw, Ferrel, Daniel, dan Ollan satu mobil. Yang cewek-cewek ikut mobil Kathrin sama Eli aja" ucap Tian.
Indah dan Chika mengangguk setuju, sedangkan Marsha sibuk memastikan semua sudah masuk mobilnya.
"Oke, kita berangkat sekarang! Kalau gak buru-buru, nanti babak pertama kelar pas kita nyampe"
Akhirnya, mereka bergegas pergi menuju SMA Angkasa, konvoi tiga mobil menuju tempat pertandingan. Di sepanjang jalan, mereka bercanda dan berbicara soal pertandingan, dengan Daniel yang tampak paling bersemangat karena adiknya, Oline, akan tampil di babak pertama.
Setibanya di SMA Angkasa, suara sorak penonton langsung terdengar dari arah lapangan basket. Untungnya, pertandingan baru berjalan beberapa menit. Mereka semua buru-buru masuk ke dalam gedung olahraga, dan langsung mencari tempat duduk di tribun.
"Untung banget nih, masih babak pertama," ujar Tian sambil melihat papan skor. Pertandingan baru berjalan 4 menit, dengan SMA Garuda unggul tipis.
Mereka duduk di bagian tribun yang dekat dengan bangku cadangan tim SMA Garuda. Saat menoleh ke arah lapangan, mereka langsung mengenali beberapa sosok yang sedang duduk di bangku cadangan: Revan, Zean, Gita, dan anggota tim utama lainnya masih menunggu giliran bermain. Ferrel melirik ke arah tim yang sedang bertanding, memperhatikan bahwa yang bermain saat ini adalah anggota baru dari kelas 10.
Daniel langsung berdiri, bersemangat melihat adiknya, Oline, yang sedang memegang bola.
"Ayo, Oline! Gas terus!" teriaknya, membuat beberapa penonton di sekitarnya menoleh dengan tersenyum.
Tian dan Ollan ikut bersorak, mendukung adik kelas mereka yang bermain dengan sangat baik.
"Liat tuh, Oline keren banget," ujar Ollan sambil mengangguk puas.
"Bener-bener mirip Revan gak sih bakat basketnya?" tanya Ollan, dan diangguki oleh teman-temannya.
Sementara itu, Ashel yang duduk tak jauh dari mereka tampak lebih fokus pada sesuatu yang lain. Matanya tak bisa lepas dari sosok Revan yang sedang duduk di bangku cadangan, tampak akrab mengobrol dengan Gita. Dia memperhatikan interaksi mereka dengan seksama, sedikit cemberut tanpa menyadari apa yang sedang terjadi di lapangan.
"Ehm, Ashel, lo gak nonton pertandingannya, apa?" tanya Muthe yang menyadari kalau fokus Ashel justru bukan ke lapangan.
"Hah? Oh iya, gw nonton kok" jawab Ashel sambil buru-buru mengalihkan pandangannya kembali ke pertandingan. Namun sesekali, matanya kembali mencuri pandang ke arah Revan dan Gita yang terlihat dekat.
Kembali ke pertandingan, Oline yang sedang menguasai bola, dengan cepat menggiringnya melewati pemain SMA Angkasa. Dia memanfaatkan celah kecil di pertahanan lawan dan melakukan layup yang sempurna, menambah poin untuk SMA Garuda. Daniel langsung berteriak gembira.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary : Called Love? (DelGit)
Fanfiction[Hanya Fiksi, Jangan Dibawa Ke Real Life] Revan Fidella Angkasa, cowok populer dan jago basket di sekolah, selalu dikelilingi banyak teman. Sikapnya yang ramah sering membuat cewek-cewek salah paham, mengira dia memberi harapan lebih. Namun, di bali...