Selesai menyantap sarapan, suasana di ruang makan masih hangat dan penuh tawa. Revan mengucapkan terima kasih kepada Kinal, lalu berdiri dari kursinya dan mulai merapikan tasnya. Dia berencana untuk kembali ke kost-nya terlebih dahulu sebelum bersiap-siap ke sekolah. Setelah memastikan semua barangnya sudah lengkap, Revan berjalan menuju ruang keluarga, bersiap untuk berpamitan.
Namun, ketika dia hampir mencapai pintu, suara ceria Trisha menghentikannya.
"Kak Revan! Bisa anterin aku ke sekolah nggak?" tanya Trisha tiba-tiba dengan senyum lebar, matanya penuh harap.
Revan, yang tidak menyangka akan ada permintaan seperti itu, terkejut sejenak.
"Hah? Anterin kamu ke sekolah?" tanyanya memastikan, sembari tersenyum kaget.
Gita, Jinan, dan Kinal yang duduk di ruang keluarga pun terkejut mendengar permintaan Trisha. Gita yang lebih dulu angkat bicara.
"Trisha, Kak Revan harus pulang dulu ke kost-nya. Dia juga harus siap-siap buat sekolah" tegur Gita.
Jinan menimpali, mencoba menenangkan adiknya.
"Iya, Sha, Kak Revan juga perlu waktu buat siap-siap. Gak bisa langsung nganterin kamu"
Kinal yang melihat putrinya tampak kecewa ikut menenangkan dengan suara lembut.
"Trisha, sayang, nanti Kak Revan nggak sempat kalau harus nganterin kamu. Dia juga sekolah, sama kayak kamu"
Mendengar penjelasan itu, Trisha langsung menunjukkan wajah cemberut.
"Tapi... Kak Revan udah di sini, aku pengen Kak Revan yang anterin," ucapnya dengan nada memohon, matanya berkaca-kaca.
Revan, yang merasa tidak enak melihat wajah kecewa Trisha, melirik jam tangannya. Dia memperhitungkan waktu yang tersisa sebelum jam sekolah. Ternyata masih cukup waktu jika dia mengantarkan Trisha terlebih dahulu. Merasa tidak tega untuk menolak, Revan tersenyum lembut kepada Trisha.
"Tenang aja, masih ada waktu kok. Aku bisa anterin Trisha dulu" jawabnya dengan lembut. Lalu, dia menoleh ke arah Gita dan Kinal untuk meminta persetujuan mereka.
Kinal, yang awalnya tampak ingin menolak karena khawatir Revan akan terburu-buru, hanya bisa menghela napas pasrah.
"Kalau kamu memang mau anterin Trisha, yasudah. Tapi jangan pakai motor ya, Revan. Tante nggak mau Trisha naik motor pagi-pagi, kamu bawa aja mobil di garasi, banyak yang nganggur juga" ucap Kinal tegas.
Kinal kemudian berjalan menuju lemari kecil di sudut ruangan, mengambil sebuah kunci mobil dari laci.
"Pakai mobilnya papah Gita aja, lebih aman. Ini kuncinya" katanya sambil menyerahkan kunci itu kepada Revan.
"Terima kasih, Tante" balas Revan yang menerima kunci mobil tersebut sambil tersenyum.
Melihat Revan setuju, wajah Trisha yang tadinya cemberut langsung berubah ceria.
"Yay! Makasih, Kak Revan!" serunya riang sambil melompat-lompat kecil. Gita dan Jinan yang melihat reaksi adik mereka itu hanya bisa tersenyum.
Setelah melihat Trisha begitu senang, Revan lalu melirik Gita.
"Sekalian aja, Git. Lo mau berangkat bareng kita?" tanya Revan.
Gita yang tidak menyangka pertanyaan itu, menatap Revan dari atas sampai bawah, memperhatikan penampilannya yang hanya memakai kaos tanpa lengan dan celana pendek.
"Lo mau sekolah pakai baju itu?" tanyanya heran, dengan alis terangkat.
Revan tertawa kecil.
"Tenang aja, ada celana panjang di tas gw. Seragam sekolah juga ada cadangannya di loker gw, di ruang ganti gedung olahraga. Jadi gw bisa ganti di sekolah" jawab Revan.
![](https://img.wattpad.com/cover/370649140-288-k262260.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary : Called Love? (DelGit)
Fanfiction[Hanya Fiksi, Jangan Dibawa Ke Real Life] Revan Fidella Angkasa, cowok populer dan jago basket di sekolah, selalu dikelilingi banyak teman. Sikapnya yang ramah sering membuat cewek-cewek salah paham, mengira dia memberi harapan lebih. Namun, di bali...