Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Gita masih duduk di kursinya, menata barang-barangnya dengan tenang. Di sisinya, Chika sudah bersiap pulang, tetapi Gita memilih untuk menunggu kelas sedikit lebih kosong. Saat dia sedang membereskan bukunya, Flora tiba-tiba menghampiri dengan ekspresi serius.
"Git, bisa ngobrol bentar?" ucap Flora, nadanya lembut namun jelas mengandung sesuatu yang penting.
Chika yang berada di sebelah Gita melirik penasaran.
"Kayaknya gw harus pergi, ya?" candanya sambil tersenyum tipis, sebelum berjalan keluar meninggalkan mereka berdua.
Setelah Chika pergi, Gita memandang Flora dengan heran.
"Ada apa, Flo?" tanya Gita.
Flora tidak langsung menjawab. Dia hanya mengangguk ke arah pintu, mengisyaratkan agar mereka bicara di luar. Gita mengikutinya keluar kelas, berjalan menuju koridor yang agak sepi dari keramaian murid-murid yang sedang bergegas pulang.
Mereka berhenti di dekat jendela besar yang menghadap ke lapangan sekolah. Flora tampak gelisah, pandangannya tidak fokus ke Gita. Gita dapat merasakan ada sesuatu yang berat di pikiran Flora, dan ia tidak menunggu lama untuk membuka percakapan.
"Ada apa, Flo? Kayaknya serius banget" tanya Gita, memecah keheningan yang mulai terasa canggung.
Flora menghela napas panjang, matanya menatap Gita dalam-dalam.
"Gw cuma mau tanya... soal lo dan Revan, Lo beneran suka dia, kan?" katanya pelan.
Pertanyaan itu membuat Gita sedikit terhenyak, meskipun dia sudah menduganya sejak tadi. Alih-alih menjawab langsung, Gita memutuskan untuk mengamati Flora lebih dulu.
"Kenapa lo nanya gitu, Flo? Lo nggak nyaman dengan kedekatan gw sama Revan, ya?" tanyanya hati-hati, mencoba membaca apa yang sebenarnya ada di balik pertanyaan itu.
Flora menunduk sejenak, lalu mengangguk pelan.
"Bukan cuma soal kedekatan kalian, Git... Gw takut. Gw takut bakal kehilangan dia" suaranya melemah di akhir kalimat, seolah-olah mengakui ketakutan terbesar yang selama ini dia pendam.
"Lo takut kehilangan dia sebagai sahabat?" tanya Gita lembut, meski ia sudah tahu jawabannya. Flora mengangguk, kali ini dengan ekspresi yang jelas lebih sedih.
"Gita, gw sama Revan udah sahabatan dari kecil. Gw kenal dia luar dalam, dan dia juga begitu sama gw. Tapi sekarang... semenjak kalian mulai dekat, gw takut persahabatan kita berubah. Gw nggak mau kehilangan dia, Git. Gw nggak mau Revan jadi lebih jauh dari gw kalau dia deket sama lo" ucap Flora, suaranya mulai bergetar.
Gita terdiam sejenak, hatinya ikut tergerak oleh ketulusan dan kekhawatiran Flora.
"Flo, gw ngerti perasaan lo. Tapi, lo nggak akan kehilangan Revan. Dia tetap sahabat lo, dan gw nggak bakal biarin hubungan kalian berubah gara-gara ini" ucapnya dengan nada yang lebih tenang.
Flora menggigit bibirnya, tampak menahan emosinya.
"Tapi kalau dia lebih milih lo...?" tanya Flora.
Gita menggeleng cepat, mencoba meyakinkan Flora.
"Flo, Revan butuh lo. Lo bagian dari hidup dia, dan itu nggak akan berubah cuma karena kita lebih dekat. Gw juga nggak mau bikin kalian jauh. Justru gw pengen kalian tetap dekat" jawab Gita.
Flora menatap Gita dengan tatapan penuh keraguan, tapi ada secercah harapan di dalam matanya.
"Lo yakin, Git? Lo nggak bakal ngerusak persahabatan gw sama dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary : Called Love? (DelGit)
Fanfiction[Hanya Fiksi, Jangan Dibawa Ke Real Life] Revan Fidella Angkasa, cowok populer dan jago basket di sekolah, selalu dikelilingi banyak teman. Sikapnya yang ramah sering membuat cewek-cewek salah paham, mengira dia memberi harapan lebih. Namun, di bali...