Bzzzzt... Bzzzzt... Bzzzzt...
Suara getaran alarm di meja kecil di samping tempat tidur menggema di seluruh ruangan kost itu. Revan mengulurkan tangannya, tanpa membuka mata, untuk menghentikan suara yang mengganggu. Setelah beberapa kali meraba, jari-jarinya akhirnya berhasil menemukan tombol di layar ponselnya, lalu mematikannya. Dengan perlahan, matanya terbuka, dan seketika pandangannya tertuju pada jam yang terpampang di layar.
07:43.
"..."
Revan menatap angka itu tanpa ekspresi, seolah otaknya belum sepenuhnya memproses apa yang dilihatnya. Namun, sedetik kemudian, kesadaran datang bagai sambaran petir. Ini hari pertama sekolah setelah libur panjang, dan dia baru saja bangun terlambat!
Secepat kilat rasa kantuknya lenyap. Dia langsung melompat dari tempat tidur dan lari menuju kamar mandi, mengabaikan tumpukan buku dan seragam yang belum tersusun rapi di sudut kamar. Dalam 15 menit yang singkat, Revan berhasil menyiapkan dirinya. Tanpa pikir panjang, dia meraih kunci motor yang tergantung di dekat pintu, lalu bergegas keluar dari kamar kostnya.
"Bangs**, gw kesiangan" gumam Revan dengan sedikit panik sambil memasang helm dan menaiki motornya.
Revan Fidella Angkasa, seorang anak asal Bandung yang kini tinggal di Jakarta untuk bersekolah. Dia beruntung mendapat beasiswa di salah satu SMA swasta paling bergengsi di ibu kota. Setahun sudah dia tinggal di kota besar ini, berjuang menyesuaikan diri dengan lingkungan dan ritme kehidupan barunya. Kini, di awal semester baru, Revan sudah dikenal banyak orang, bukan hanya karena dia jago basket, tetapi juga karena sikapnya yang ramah dan mudah bergaul.
Setibanya di depan sekolah, Revan mendapati gerbang sudah tertutup rapat. Sudah terlambat. Ia menghela napas berat dan melepas helmnya, lalu mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustasi sambil memutar otak mencari cara untuk masuk.
"Masa gw harus manjat nih?" pikir Revan sambil melirik ke kiri dan kanan, mencari celah.
Tak butuh waktu lama, sebuah ide muncul di kepalanya, dan dia tersenyum kecil.
"Gerbang gedung olahraga... Di situ biasanya sepi kalo udah jam segini" gumamnya, menimbang opsi itu dengan hati-hati.
Dia kemudian memarkir motornya di depan warung kecil dekat sekolah, berharap pemilik warung bersedia menjaga sebentar.
"Ni motor gw titipin ajalah di sini" ucap Revan pelan sambil mendorong motornya ke sisi warung.
Setelah memastikan motornya aman, Revan bergegas menuju gerbang belakang sekolah. Langkahnya cepat dan ringan, bahkan dia berlari kecil, memastikan tak ada yang melihatnya. Dengan sigap, dia memanjat gerbang gedung olahraga dan melompati pagar dengan mulus. Begitu kakinya menjejak tanah, dia berhenti sejenak, menarik napas lega.
"Huff... untung aja gak ada yang liat" ucap Revan sembari menyapu pandangan ke sekeliling. Namun, saat tatapannya tertuju pada jendela gedung, dia terkejut melihat pantulan dirinya sendiri.
"Buset, berantakan banget ya gw" bisiknya, menatap seragamnya yang kusut dan rambutnya yang acak-acakan.
Sambil bergumam pelan, dia mulai merapikan kerah baju dan meratakan rambutnya, mencoba untuk tampil lebih rapi. Setelah selesai, Revan melangkah cepat menelusuri lorong-lorong sekolah yang sepi, menghindari perhatian sambil sesekali tersenyum kecil melihat kekacauan pagi ini.
XI IPS 1
Di depan ruang kelas, Revan berdiri, menarik napas dalam-dalam sebelum perlahan membuka pintu. Hatinya penuh harap agar tidak ada guru yang sudah hadir, mengingat ini adalah hari pertama setelah libur semester. Begitu pintu kelas terbuka, puluhan pasang mata langsung tertuju ke arahnya, menatap dengan berbagai ekspresi terkejut. Untunglah, kelas itu kosong dari kehadiran guru.
![](https://img.wattpad.com/cover/370649140-288-k262260.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary : Called Love? (DelGit)
Fanfiction[Hanya Fiksi, Jangan Dibawa Ke Real Life] Revan Fidella Angkasa, cowok populer dan jago basket di sekolah, selalu dikelilingi banyak teman. Sikapnya yang ramah sering membuat cewek-cewek salah paham, mengira dia memberi harapan lebih. Namun, di bali...