📍Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle.
Dua laki-laki muda tampan dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya tengah berjalan keluar dari arrival bandara sambil menyeret kopernya masing-masing.
"Akhirnya gue bisa ke Paris bareng lo, Kaf. Thanks ya udah ajak gue nemenin lo." Ucap Radit yang sangat antusias.
"Iya sama-sama, lo kan sahabat gue yang terbaik. Siapa lagi coba yang gue ajak selain lo." Ucap Kafka dan dengan reflek Radit memeluknya dari samping karena terharu dengan kata 'sahabat gue yang terbaik'. Di tambah bahwa pertama kalinya Kafka mengatakan seperti itu.
Tiba-tiba Radit memeluk Kafka dari samping.
"Dit, apaansih lo. kita lagi di bandara nih, pake peluk-peluk segala." Ucap Kafka.
Setelah itu Radit menjauhkan tubuhnya. "Gue refleks, Kaf. Sorry, soalnya gue terharu pas dengar lo bilang sahabat yang terbaik."
Kafka hanya tersenyum tipis mendengar ucapan sahabat satu-satunya itu. Sebenarnya Kafka sudah lama ingin ke Paris bersama sahabatnya itu. Tapi, karena waktu yang belum pas dan juga banyak kegiatan, jadi ia menunda dulu keberangkatannya.
Sebelumnya Kafka sudah pernah ke sini, ke negara yang dikenal dengan menara Eiffel-nya tersebut saat liburan dua tahun lalu. Sedangkan Radit baru pertama kalinya menginjakkan kaki di negara ini.
Tadi mereka sudah memesan taksi dan kini taksinya pun sudah datang. Mereka berdua berjalan ke tempat taksi yang sedang terparkir menunggunya. Mereka segera menaruh kopernya di bagasi mobil dan masuk ke dalam mobil untuk segera berangkat menuju ke apartemen tempat mereka berdua akan tinggal selama di Paris.
Mereka sekarang sudah berada di dalam salah satu kamar apartemen. Sekarang mereka lebih dulu membersihkan dirinya masing-masing karena tubuhnya yang terasa panas dan lengket karena habis menempuh perjalanan pesawat yang cukup lama sekitar 17 jam lebih. Selesai membersihkan badan, kini mereka berdua beristirahat.🗼🗼🗼
Semoga cerita ini bisa buat kalian terhibur dan enjoy ya.
Jangan lupa Vote & Komen ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Love in Paris
General FictionKafka ke Paris dengan suatu tujuan. Di sana, ia bertemu dan kenalan dengan gadis bernama Hanna. Seiring berjalannya waktu, Hanna membuat Kafka menimbulkan perasaan yang lebih dari teman. Saat Kafka masih bingung dengan perasaannya terhadap Hanna, ti...