25 Manis

8K 450 53
                                    

Hey guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Siapa yang nungguin kisah ini??? Mana semangatnya nih??? Jangan kasih kendor dong, ayo hadir terus di setiap chapternya Darren dan Ariana ya

Tekan VOTE nya sekarang juga dan kasih komentar terbaik kalian.. Author tunggu. Hope you guys enjoy it, let's check this out.

Enjoy and happy reading...

*
*
* 

Ariana menuruni tangga dengan pelan setelah keluar dari kamarnya. Entah kenapa pemulihan tubuhnya kali ini tidak berjalan terlalu cepat. Sepertinya ia harus berusaha mengembalikan kebugaran tubuhnya seperti dulu. Saat terfokus melangkah dengan hati-hati, di luar dugaan ada sebuah tangan yang meraih pinggangnya untuk dituntun berjalan ke bawah.

Ariana menoleh dan menemukan Darren sedang berjalan di sisinya. Ia terheran-heran dengan perilaku Darren padanya kali ini. Bahkan pria itu masih menyebalkan saat terakhir kali mereka bertemu. Dan jangan lupakan saat Darren menghilang beberapa hari sampai kepulangannya kemarin. Lalu sekarang tiba-tiba muncul dan menjadi baik padanya?

Tapi Ariana tidak mengatakan apapun dan hanya diam saat ini. Gadis itu memilih membiarkan saja Darren berbuat baik padanya, toh tidak ada ruginya juga. Bukannya menolak, Ariana justru balik berpegangan pada tangan Darren yang bertengger manis di pinggangnya.

Darren yang tak mengira akan mendapat balasan dari Ariana pun sedikit tertegun. Namun dirinya berusaha menguasai ekspresinya dan mengabaikan interaksi yang sedang mereka lakukan sekarang ini.

Ternyata interaksi mereka tidak hanya membuat mereka sendiri yang terheran-heran, melainkan Nikmah dan Wati yang sudah menyelesaikan tugas mereka pun juga ikut terheran-heran. Apalagi saat Darren menarik kursi untuk Ariana duduki, rasanya seperti melihat drama korea yang sering Nikmah tonton.

"Pagi Nya, manis banget pagi-pagi gini," sapa Nikmah.

"Pagi juga Mah, kalo gitu tolong minta teh tawar deh, biar nggak kemanisan paginya," balas Ariana.

"Nyonya bisa aja, kemanisan juga nggak papa," balas Nikmah.

"Nanti kalo saya yang kemanisan, kamu kepahitan lagi," gurau Ariana.

"Eh jangan salah Nya, kalo Nyonya yang kemanisan, saya nggak masalah nyicip manisnya dikit-dikit," ujar Nikmah lagi sambil tersenyum-senyum menuju ke dapur.

"Wati, Nikmah makin hari makin jadi aja ya," ujar Ariana.

"Nyonya harus hati-hati ngadapin anak puber kayak dia, bisa-bisa nekat aja tu anak," balas Wati menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ariana hanya tersenyum. Ariana bukannya tidak mengerti maksud Nikmah yang ingin menyicip manisnya itu bermakna gadis itu tak masalah jadi madu bersama Ariana. Ada-ada saja anak gadis jaman sekarang. Perempuan itu langsung saja melirik Darren yang sepertinya tidak terpengaruh dengan percakapan mereka. Jelas Darren sama sekali tidak perduli.

Saat Ariana menerima telepon dan membahas mengenai pekerjaan, saat itu Darren mulai menatapnya tajam. Darren menunggu Ariana selesai dengan teleponnya sebelum mengunci Ariana ke dalam tatapannya.

"Nggak ada kerja apapun hari ini," titah Darren.

"Cuman ketemu klien aja, konsultasi doang," jawab Ariana.

"Kita udah sepakat ya, kalo saya bilang nggak ada ya nggak ada," tegas Darren tak mau tahu.

"Tapi saya udah setuju hari ini," tolak Ariana.

"Batalin," balas Darren begitu saja.

"Darren," protes Ariana.

"Kamu jalan aja belum bener masih mau kerja? Nggak usah khawatir, saya akan bayar kamu sesuai gaji kamu yang biasanya, tapi diam di rumah seperti yang saya bilang," ujar Darren sebelum mengakhiri sarapannya sekaligus mengakhiri pembicaraan mereka. Ariana hendak berdiri mengejar Darren yang sudah terlebih dulu berdiri dan berjalan keluar.

Not A Surrogate Wife [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang