30 Berdebar

10.3K 537 33
                                    

Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Mana suaranya pecinta kisah Darren dan Arian???

Author datang lagi nih bawa kelanjutan kisah yang kalian tunggu-tunggu di sini!!! Kali ini kasih komen terbaik kalian sebanyak-banyaknya yaaa...

Jangan lupa VOTE nya agar author semakin semangat menulis untuk kalian semuanya dan nggak bolong-bolong lagi 😁. Oke hope you guys enjoy it, let's check this out.

Enjoy and happy reading...

*
*
*

Ariana menempelkan kedua tangannya di atas dadanya sendiri. Dapat ia rasakan jantungnya yang berdebar-debar tak karuan di sana. Ia sama sekali tidak mengerti mengapa Darren melakukan itu padanya. Bahkan masih sangat sulit dipercaya akal sehatnya. Apa Darren benar-benar telah menciumnya? Dan apa yang terjadi pada tubuhnya? Kenapa ia harus berdebar-debar seperti ini?

Ariana menghela napas dan melirik jam beker yang terletak di atas meja nakas samping kamarnya. Malam ini ia tidur di lantai 2, tepatnya di samping kamar Darren. Tentu saja karena Darren menciumnya dan membawanya sampai ke lantai 2. Mungkin ciuman itu akan berlanjut ke hal yang lebih jika saja ia tidak mendapatkan kembali kewarasannya. Ariana mungkin memang istri sah Darren, tapi ia tidak tau apa sebabnya Darren menciumnya atau bagaimana perasaan Darren padanya. Bisa jadi itu hanya luapan atas ego yang terluka saja.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam. Bahkan sudah lebih dari 3 jam yang lalu kejadian tadi berlangsung. Tapi Ariana sama sekali tidak bisa memejamkan kedua matanya. Selain jantungnya yang masih berdebar, pikirannya juga tidak berhenti berspekulasi. Oh sebaiknya Ariana menemui psikolog setelah ini.

Berbeda dengan Ariana yang tak bisa tidur dengan lelap, Darren justru kebalikannya. Pria itu telah tertidur dengan sangat lelap di ranjangnya. Mungkin ini adalah tidur terlelapnya setelah menghabiskan waktu dalam kesulitan selama 6 bulan ini. Entah karena akhirnya Darren dapat berdamai dengan dirinya sendiri atau karena kehadiran Ariana dalam hidupnya yang mulai ia perhitungkan.

***

Karena kesulitan tidur yang Ariana rasakan, pada akhirnya gadis itu tidak tidur sama sekali. Mungkin orang-orang akan langsung paham saat melihat kantung matanya yang menghitam. Gadis itu menuruni tangga dengan wajah letih dan kusam. Kalau saja bukan karena perutnya yang keroncongan meminta diisi, Ariana akan memilih tidur saja karena matanya sudah mulai merasakan kantuk.

"Pagi Nya, saya kira Nyonya nggak akan bangun," sapa Wati yang melihat kedatangan Ariana. Memang dirinya sudah tahu kalau Ariana tidak lagi bekerja penuh waktu seperti sebelumnya, jadi wajar saja kalau Ariana berada di rumah dalam keadaan belum mandi seperti ini.

"Pagi Wati," balas Ariana lesu.

"Nyonya kenapa lesu banget? Lagi sakit Nya?" tanya Wati yang penasaran melihat kelesuan Ariana.

"Nggak papa kok," jawab Ariana yang berlalu menuju dapur. Di sana sudah ada Darren yang sedang sarapan dan diganggu oleh Nikmah yang berusaha menggodanya.

"Gimana Tuan? Mau saya tambahin gula lagi biar makin manis? Atau kalo nggak liatin saya aja biar makin manis," tanya Nikmah dengan percaya dirinya.

"Nggak usah, manis bikin penyakit," jawab Darren datar.

"Waduh Tuan kenapa malah ngomongnya gitu sih, orang mah bakal bilang manis bikin bahagia," ujar Nikmah yang tentunya tak dihiraukan oleh Darren.

"Eh Nyonya, pagi Nya, itu kenapa mukanya lemes banget Nya? Kayaknya Nyonya butuh yang manis-manis, mau saya buatin susu cokelat Nya?" sapa Nikmah yang langsung terdistrak dengan wajah layu Ariana.

Not A Surrogate Wife [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang