7

1.7K 36 0
                                    


~malam~

"Aku kenyang.. " ucap Aira sambil bersandar dikursi.

"Tidak, kau begitu Kurus, lihat kau makan tak sampai setengah piring" ujar Tio sambil menunjuk piring Aira.

"Nih! Makan yang banyak" ucap Tio, dia menyodorkan beberapa lauk lagi ke piring Aira.

"Ga mau... " tolak Aira.

"Makan! "

"Engga! "

"Makan!! "

"Aku kenyang! "

"Makan!! "

"Ga mau! "

"Makan!! "

"Ga-"

Saat Aira buka suara, Tio dengan cepat menyumpalkan sepotong ayam kemulut Aira. Membuat ucapannya terhenti seketika.

"Makan!! Jangan bandel."

Aira mengerutkan dahi, mulutnya yang sakit membuat ia ingin merengek sekarang. Dengan perlahan.

Aira mengeluarkan makanan di mulutnya ke piring dengan kesal.

"Ih~b*b1rku sakit, pun... " rengeknya kesal.

Tio seakan tak melihat Aira, dan melanjutkan makannya. Sedangkan sang empu bersedekap dada dengan cemberut.

Drtd!!

Ponsel Tio yang ada dimeja makan bergetar, pertanda ada yang meneleponnya. Tio menghentikan aksi makannya lalu mengangkat telepon.

[Aaaaaa!!! TUAN! TOLONG, AMPUNI SAYA!! SAYA BERJANJI TIDAK AKAN MENGULANGINYA LAGI!!!! ]

Tio melirik Aira, yang juga menatapnya heran. Lalu bangkit, menjauh dari Aira.

"Bereskan dia, jangan ada bukti yang tersisa. Buat dia seolah-olah bunuh diri. "

[Baik tuan! Tapi... Apa dia akan di bereskan segera?]

"Cabuti 0rg4n tvbvhnya, robek mulutnya. Biarkan dia memilih mati sendiri. "

[Tapi, tuan. Nona muda hanya mengalami panas dalam. Apa sampai seperti ini? ]

"Nard! Sejak kapan kau belajar membantah ku? "

[M-maaf tuan, saya lancang-]

Tio mematikan telepon sepihak itu lalu kembali ke meja makan. Begitu sampai ia dikejutkan dengan Aira yang menatapnya dengan mimik penasaran.

"Siapa? Kok ada yang teriak-teriak? " tanya Aira penasaran.

"Hem? Mana ada, kau salah dengar mungkin. " jawab Tio datar sambil duduk.

"Ga mungkin,  suaranya kuat gitu. Siapa sih? "

"Hem... " Tio berpura-pura tak mendengar.

Plack!

Aira meng geplak meja lalu bangkit, beranjak pergi menuju kamarnya.

"Mau kemana? " tanya Tio datar.

"Kamar! Ngantuk" ujar Aira sambil menaiki anak tangga.

~dikamar Aira~

"Ngantuk... " ucap Aira pelan sambil menjatuhkan dirinya ke kasur.

Cek lek!

Pintu terbuka, menampakkan Tio yang masuk dengan membawa sebuah laptop.

"Ngapain kesini? " ketus Aira.

"Kenapa? Ini rumah ku, aku bebas kemana aja" ucap Tio datar.

"Hup!! " pipi Aira menggembung kesal.

Tio tiba-tiba berbaring tengkurap disamping Aira. Membuat Aira bertambah kesal.

"Noh! Tidur disana, jangan disini! "

Tio sedang fokus pada laptopnya, hingga tak menghiraukan ucapan Aira.

Aira menaikan alisnya "ngapain? " tanyanya sambil mendekat ke Tio yang terus mengetik di keyboard.

Tio masih diam.

"Ish! " umpat Aira.

Tio melirik Aira yang kesal lalu tersenyum. Tiba-tiba Tio melingkarkan tangannya di pundak Aira, lalu menarik gadis itu untuk lebih mendekat.

"Ini apa? Kok gaya tangga? " tunjuk Aira ke laptop Tio.

"Ini namanya diagram" jawab Tio sambil memainkan rambut belakang Aira.

"Diagram itu apa? "

"Diagram itu, adalah susunan data. Yang aku pakai namanya diagram batang. Memangnya kau belum belajar diagram? " Jawab Tio sambil tersenyum gemas melihat Wajah polos gadis diperlukannya itu.

"Belum! "

Tio mengetik menggunakan tangan kirinya, lalu tangan satunya lagi memainkan rambut panjang dan lurus milik Aira.

"Hoam.... " Aira menguap.

"Ngantuk? " tanya Tio.

Aira mengangguk pelan, dengan mata yang sudah tak bisa diajak kompromi.

GADIS POLOS MILIK MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang