13

1.1K 26 0
                                    

"Tio, aku dengar adikmu, Leo akan datang. Apa kau yakin akan membiarkan gadis itu bertemu dengannya?" Temannya mulai serius.

Tio menatapnya dingin "entahlah, aku tak yakin"

"Sebaiknya kau pikirkan kembali, soal gadis itu. Jika kau tak ingin dia berakhir seperti lily. " ucap temannya sambil bangkit, lalu berjalan pergi keluar dari rumah.

Tio tampak memperhatikan temannya yang sudah pergi itu. Tanpa menyadari bahwa Aira sudah menatapnya dengan raut penasaran.

"Lily.. Siapa, kak?" Celetuk Aira bertanya.

Tio mengerjapkan matanya, ia mulai tersadar dengan Aira yang masih ada Dipangkuannya "tidak, bukan, bukan siapa-siapa"

"Ta-" ucapan Aira terpotong, karena Tio langsung menyodorkan sebuah benda pipih ke tangan Aira secara tiba-tiba. Membuat gadis itu jadi bingung, akan situasi sekarang.

"Kenapa? Ga suka?" tanya Tio, datar.

Aira menggeleng "ini.. Buat aku?"

Tio menaikan sebelah alisnya, pertanda ia membenarkan ucapan Aira.

~paginya~

Aira berlari kecil menyusuri berbagai lantai di rumah super besar milik Tio.

Ceklek!

Ia membuka pintu lantai terakhir rumah Tio, saat melangkahkan kakinya matanya langsung tertuju pada seorang laki-laki yang tengah duduk setengah berbaring di sebuah kursi sambil meminum sebotol kopi.

"Kakak, siapa?" tanyanya pelan.

Laki-laki itu menoleh, menatap Aira dengan tatapan biasa. Namun, tak bebicara sedikitpun.

"Kakak bisu?" Aira dengan polos bertanya begitu, membuat laki-laki itu terkekeh kecil.

"Hah.... Ternyata selera si Tio itu tak berubah. Masih tetap sama. Bahkan tak jera dengan kejadian 10 tahun lalu" laki-laki itu menghela napas sambil tersenyum kecil, membuat Aira terus penasaran dengannya.

Laki-laki itu bangkit dan mendatangi Aira " aku harap kau lebih kuat dari si lemah itu oke. Hihi, permainan baru akan dimulai. Jadi, jangan senang dulu, ya.. " Ucapnya sambil menepuk-nepuk pelan bahu Aira, lalu pergi begitu saja dari sana.

Bertepatan dengan itu, Tio baru saja sampai dilantai itu. ia menjadi super khawatir begitu melihat laki-laki itu melintas disampingnya dengan smirk licik.

"Kau, gapapa?" tanyanya sambil memeriksa wajah Aira.

Aira bergeleng.

"Syukur lah" Tio bernapas lega.

"Dia siapa kak. Bicaranya ngawur. Aku ga ngerti," mimik polos Aira, membuat Tio hampir tertawa. Namun, ia tahan sebab ia berpikir masih belum waktunya tertawa.

GADIS POLOS MILIK MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang