19

961 17 0
                                    

"Aku hanya kemari karena tak ada lagi pekerjaan ku. Beberapa hari ini aku akan bosan jika dirumah terus" ucap Tio sambil bersandar disofa.

"Setelah ini, pelajaran apa?" tanya Tio.

"Olahraga!"

Tio langsung membeliakkan matanya. Ia terkejut, padahal hanya sebuah kata 'olahraga' apa yang salah dengan dengan itu?

"Olahraga apa?"

"Em... Belum tahu, tapi.. Kata Nari, Lari" Jawab Aira.

"Apa ga bisa ga usah diikutin olahraganya?" tanya Tio yang kembali duduk dengan baik.

"Ga bisa, soalnya ini tugas praktek"

~jam olahraga~

Tio duduk di kursi lapangan, memperhatikan Aira yang berdiri dibarisan kedua setelah Sesil. Tentu saja, Sesil sudah ke gr-an duluan. Dan berpikir yang di perhatikan oleh Tio adalah dirinya, hingga dia mulai menebar jurus caper andalannya.

Sementara Aira seperti acuh tak acuh. Ia tak perduli dengan siapa yang ditatap Tio. Ia hanya fokus menatap ke seorang guru yang sedang menjelaskan didepan. Dan sesekali menoleh untuk berbisik ke Nari.

Kini, beberapa murid perempuan disuruh membuat barisan baru, dan membentuk posisi siap untuk berlari. Didalam barisan itu terdapat Sesil dan cinta.

Aira memperhatikan Sesil berlari dan ternyata Sesil adalah orang pertama yang melewati garis finish, lalu disusul Cinta. Mereka berdua tersenyum remeh ke Aira.

"Oke, barisan selanjutnya!" ujar guru olahraga.

Aira pun maju, bersama Nari. Mereka berbaris, samping-sampingan. Saat posisi mereka sudah siap. Guru olahraga mulai menghitung.

Prittt!!!

Peluit sudah dibunyikan. Namun, anehnya tak ada yang berlari. Semuaa mata menatap kearah Aira. Yang kini sudah digendong dan seperti dibawa kabur oleh Tio. Gurunya saja tercengang.

Diposisi Aira. Gadis itu meronta-ronta. Agak terkejut dengan tindakan Tio. Ia baru saja hendak berlari.

"Diem! Jangan ribut. Ngapain ikut-ikut lari gitu?!" ujar Tio sambil menurunkan Aira.

"Itukan tugas praktek. Nanti aku ga dapet nilai-"

"Nilai aja?! Gausah banyak alesan! Berdiri disana! " ujar Tio lagi.

"Nih! Berdiri! Sambil letakin ini dikepalamu. Hukuman!!"  ujar Tio sambil memberikan sebuah buku yang agak tebal pada Aira.

"Aku, kan ga salah apa-apa. Kok dihukum?" protes Aira.

"Berani ngebantah?" alis Tio menaik.

Aira pun mau tak mau harus berdiri dengan sebuah buku dikepalanya. Membuat banyak orang yang menyaksikan hal itu jadi menertawainya. Aira pun jadi cemberut kesal. Dihukum? Padahal ia tak merasa membuat kesalahan.

Sementara Tio berdiri memperhatikan Aira.

"Bocah ini, pasti mengumpatku di hatinya" batinnya dengan tatapan tajam.

Beberapa menit kemudian.

"Sudah mengaku salah?" tanya Tio.

"Aku ga buat salah" cibir Aira.

"Masih mau lanjut hukumannya?" tanya Tio lagi.

Aira cemberut.

"Oke, aku ngaku" ucapnya terpaksa.

"Padahal aku ga salah" batinnya.

Oke, sekarang ambil tasmu dan pulang!" ujar Tio.

Aira menghentakkan kakinya lalu pergi berlari ke kelas untuk mengambil tasnya.

Begitu sampai ditempat Tio, pria itu langsung menarik Aira menuju pintu gerbang sekolah. Yang dimana, supir dan mobilnya sudah menunggu.

"Udah! Masuk ke mobil! Pulang!" ujar Tio dingin. Karena tak ingin dihukum lagi, Aira pun menurutinya dan masuk kemobil.

Dimobil, Tio sudah masuk dan duduk dibelakang bersama Aira.

Si supir terlihat menahan-nahan tawa. Membuat Tio bingung dan mencurigai Aira. Karena penasaran, ia mengintip kekaca depan mobil.

Deg!!

Jantungnya seakan berhenti berdetak, tubuhnya kaku seketika. Sebelah kelopak matanya juga berkedut-kedut.

"Ash! Bocah s*4l4n ini... Beraninya dia mengejekku. Pantas dia tak menatapku sedari tadi" batinnya geram.




GADIS POLOS MILIK MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang