21

935 20 0
                                    

"Ash! Sudahlah!" ucap Tio seraya bangkit dan pergi keluar kamar. Pria itu terus saja mencibir tak jelas. Bodyguard nya khawatir jika tuannya itu m4bvk, karena kebanyakan minum. Ia yang baru saja ditugaskan menjaga Aira, bisa-bisa di potong gaji karena membuat hal yang tidak diinginkan banyak orang terjadi.

"Tuan, anda ingin kemana?" tanya bodyguard itu seraya mengejar.

"Kenapa kau ikut? Siapa yang memerintahkan mu mengikutiku?" tanya Tio yang membuat bodyguard itu jadi menghadap diding, karena takut.

"Ck! Mengganggu saja."

Cek lek!

Tio membuka pintu yang dimana pintu itu adalah kamar Aira. Namun, pemandangan didalam serasa ada yang kurang.

"Dimana dia?" tanyanya.

Srehs!! Srehs!!

Suara air terdengar dari kamar mandi. Jadi Tio menoleh dan ternyata pintu kamar mandi itu tertutup, pertanda seseorang ada didalamnya.

Mata Tio menangkap ponsel Aira yang tergeletak diatas kasur. Dengan penasaran dia mengambil ponsel itu dan menghidupkan layarnya.

"Hem! Dia tidak memakai pasword ternyata?" batin Tio.

"Nomer siapa ini? Nama kontaknya laki-laki, siapa? Devan? Leo sudah pergi, malah ada masalah lagi. Tidak bisakah hidupku tenang?" gerutunya.

Cek lek!!

Pintu kamar mandi terbuka. Menampakkan Aira yang sudah memakai piama. Gadis itu mengerutkan dahinya melihat tatapan aneh Tio.

"Nomor siapa ini?" tanya Tio sambil menunjuk ponsel Aira yang berada ditangannya.

"Em... Itu Devan, temen sekelas" jawab Aira enteng. Membuat Tio mengepalkan tangannya.

Pria itu keluar dan membanting pintu keras.

Brakh!!

"Jangan berpikir untuk keluar kamar selama seminggu! Besoak jangan sekolah!!"

KreK!!

Aira merasa aneh. Dia berjalan menuju pintu dan mencoba memutar knob. Alangkah terkejutnya dia, knob itu sudah bergerak tapi pintu tak kunjung terbuka. bebarapa kali gadis itu mencoba hasil masih tetap sama.

Brakh!! Brakh!!

Ia menggedor pintu, tetapi tak ada sahutan dari luar.

~diluar~

"Biarkan dia, jangan ada yang masuk kecuali saat memberinya makan." ujar Tio pada bodyguard tadi sebelum akhirnya masuk kedalam kamarnya.

~didalam kamar Aira~

"Kak buka, kak!!"

Plack! Plack!

"Kak!! Kak!!"

Aira menjatuhkan dirinya dilantai. Merasa putus asa. Namun, anehnya dia malah duduk, tidak murung dan tidak menangis.

"Pas, banget! Besok nari ga sekolah dan ngajak buat jalan. Yes!! Ga bisa lewat pintu. Kita lewat jendela. Masalah pergi diam-diam, aku sudah handal" bisiknya girang.

Dia merangkak mencari ponselnya dikasur.

"Loh? Kok ga ada?! Kemana, ya??" tanyanya bingung, saat melihat ponselnya tak ada dikasur.

"Huaaaa!! Jangan, jangan. Di bawa sama kakak lagi!!" histeris nya.

"Ish!! Ga main banget. Gimana cara ku ngehubungin Nari, coba?!"

"Masa ia, aku keluar tanpa ngomong sama dia dulu?!"

"Ga main banget..."

"Udahlah, untuk sementara waktu. Aku ga bakal ngebantah. Cuma perkara nomor aja, dikurung gini. Dulu gara-gara dituduh nyuri buku. Sekarang nomor? Aneh sekali dunia ini."

~paginya~

Tok! Tok!

"Nona, anda sudah bangun? Saya membawakan anda sarapan pagi"

Maid itu menatap Tio heran, karena tak mendengar jawaban apapun. Biasanya gadis itu tidak pernah bangun terlambat.

Tio mengeluarkan kunci pintu kamar, lalu membuka pintu. Para bodyguard dan maid menelan s3l1v4 kasar saat melihat Aira sudah tak ada di dalam kamar. Kamar mandi terbuka, jad8 tidak mungkin gadis itu kekamar mandi.

Kamar itu rapi dan bersih.

Sementara disisi lain.

"Oh... Hebat juga lo. Bisa manjat dari lantai dua gitu" kagum Nari.

"Lah, gue mah. Apa yang ga bisa gue panjat?" Aira bangga.

Ya, Tio dan anak buahnya kehilangan dirinya. Karena dia sudah beranjak pergi pagi-pagi sekali. Memang Aira sudah selalu pergi diam-diam dari panti sebelum dibawa oleh Tio.

"Ayo kita jalan-jalan!" seru Nari. Dan Aira gembira.

[13:30]

"Nari, aku gayanya udah harus pulang deh" cengir Aira.

"Wee, baru aja mulai" seru Nari, menahan Aira agar jangan pulang dulu.

~dirumah~

"Bocah ini, sudah tengah hari masih saja belum pulang. Walau tak bersama laki-laki, tetap saja. Kau melanggar hukum." gerutu Tio.

"Tuan, apa tidak sebaiknya kita mendatangi nona muda?" usul asisten kepercayaannya.

"Tidak perlu, dia bisa pulang sendiri." tekan Tio geram.

GADIS POLOS MILIK MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang