18

957 17 0
                                    


Beberapa hari kemudian.

Aira tengah bersiap-siap memakai sepatu dikamarnya. Dengan terburu-buru ia keluar dari kamar, turun kebawah.

Diruang tamu, terlihat Tio yang sedang duduk disofa. Aira pun bergegas mendatanginya.

"Kak, aku udah siap" ucap Aira, yang baru saja sampai.

Tio menyangga dagunya, menatap kearah Aira dengan tatapan biasa.

Aira hanya memiringkan kepala. Sebab melihat Tio yang tak bergerak dari sofa. Padahal ia harus sekolah.

Tio tiba-tiba tersenyum, lalu bangkit dan berjalan didepan Aira.

Gadis itu hanya mengekor dibelakang.

~disekolah~

"Kakak, kenapa ga balik kemobil?" tanya Aira.

"Kenapa? Aku tak boleh kesini, hmmm?" alis Tio terangkat sebelah.

Aira menggeleng.

"Sudah, masuk sana! Aku ada urusan sebentar disini. Jam istirahat pertama temui aku di ruangan sebelah kanan disamping ruang kepala sekolah." ujar Tio.

Tanpa basa basi, Aira langsung pergi memasuki kelasnya. Sementara Tio berjalan lurus melewati kelas Aira.

"Ekhem.. Cie, udah dianter jemput lagi niye" goda Nari yang tiba-tiba muncul disamping pintu.

Aira hanya bercengir malu.

Nari memukul pelan pundak Aira, membuat gadis itu jadi salting sendiri.

"Baguskan, saran aku?" ucap Nari dengan jahil.

Aira mengangkat kedua ibu jarinya sambil tersenyum manis.

Disisi lain.

Sesil dan Cinta menggertakkan gigi mereka, karena kesal mendengar omongan Nari dan Aira.

"Pikirkan cara lagi. Ayahku bilang, Tio akan sering kesini. Aku tebak pasti karena dia! Singkirkan dia cepat. Aku harus mendapatkan Tio!" gumam Sesil sambil mengepalkan tangannya.

"Hem, aku akan coba" sahut Cinta dengan gumaman.

~istirahat~

"Tadi... Katanya ruangan sebelah kanan disamping ruang kepala sekolah. Ini, kan?" tunjuk Aira pada sebuah pintu yang agak besar didepannya.

Kriett!!

Pintunya ia dorong pelan. Agar tak membuat orang didalam terganggu.

Aira tiba-tiba berhenti di ambang pintu. Matanya mendelik sedikit.

Pemandangan didalam, membuatnya tak bisa bergerak dan berkata-kata. Sesil duduk disamping Tio yang sedang bermain ponsel sambil merangkul tangannya.

Tampaknya pria itu masih belum sadar akan kehadiran Aira.

"Hehehe, aku ganggu, ya?" cengir Aira tiba-tiba, pada Sesil yang sedari tadi menatapnya tajam.

Semantara Tio, dia agak terkejut mendengar suara itu. Ia menatap Aira sekilas, lalu menatap Sesil yang masih memegang lengannya.

Dengan cepat, pria itu menepis tangan Sesil dan menatapnya tajam.

"Kenapa kau ada disini?!" ujar Tio dengan tegas. Membuat Sesil langsung gelagapan. Sedangkan Aira malah bingung. Bagaimana Tio bisa tak tahu bahwa Sesil ada disampingnya?

"Pergi!!" ujar Tio lagi. Namun, Sesil tak bergeming dan hanya menunduk takut.

"Aku ulangi sekali lagi! PERGI!!" tegas Tio pada kalimat akhirnya.

Sesil yang terkejut lekas bangkit dan berjalan menuju pintu dengan malu. Saat berpapasan dengan Aira, dia melirik sinis gadis tak bersalah itu, sambil berjalan. Membuat Aira jadi semakin ling lung.

Setelah Sesil pergi, Tio beralih menatap Aira dengan tatapan datarnya.

"Hehe, aku harus pergi juga, ya?" tanyanya sambil bercengir.

Tio bergeleng kecil, lalu memijat batang hidungnya prustasi.

"Dari mana? Kenapa jam segini baru kemari?" tanyanya.

Aira mengusap tengkuk lehernya dengan cengiran yang tak hilang sedaritadi.

"Itu, em.. Ke kantin dulu, tadi. Hehe"

Tio semakin pusing dengan Aira.

"Oke, duduklah."

Beberapa menit kemudian, suasana hening sejak tadi. Aira yang canggung dan Tio yang dingin.

Hening sungguh hening tak ada suara.

"Kak, kenapa kakak nyuruh aku kemari?" tanyanya Aira buka suara.

"Hem... " Tio berdeham sambil menatap Aira.

GADIS POLOS MILIK MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang