Prolog

5.4K 225 1
                                    

CERITA INI BELUM DIREVISI DENGAN SEPENUHNYA, JADI HARAP UNTUK DIMAKLUMI JIKA BANYAK TANDA BACA YANG SALAH ATAU HAL LAIN YANG BERKAITAN DENGAN KEPENULISAN CERITA.

📌 TOLONG BERI SAYA KENYAMANAN DENGAN TIDAK MENGATUR- NGATUR ALUR YANG SUDAH SAYA SAJIKAN UNTUK CERITA INI.

Judul awal: "kenapa aku yang menerima karma?"

Diubah menjadi: Sudut Luka Atharrazka.

••••

BUGHH!!

Tonjokkan itu mengejutkan para pengunjung kafe yang sedang menikmati hidangan mereka. Semua memandang ke arah seorang pria gagah yang tak habis-habisnya memukuli seseorang yang dianggap lawannya sekarang.

"Mas Atma! Udah, Mas!" teriak seorang wanita yang sudah kepalang panik sambil berusaha menarik lelaki yang dipanggil 'Atma' itu.

Lelaki yang dipukulinya kini sudah terlihat tumbang di atas lantai, sesekali terbatuk karena napasnya mulai terasa sesak. Darah keluar dari hidungnya serta beberapa luka di wajahnya.

Para manusia di sana tak menyia-nyiakan momen tersebut. Beberapa dari mereka segera mengangkat ponsel dan membuka kamera untuk mengabadikan momen itu. Pasti sebentar lagi, kejadian ini ramai di media sosial.

Security sedari tadi sudah bergegas ke sini. Tapi percuma saja, tenaga orang yang diusahakan untung tenang rupanya lebih besar.

"DASAR WANITA MURAHAN!" teriak lantang lelaki yang menjadi pelaku utama pemukulan tersebut.

"Oh selingkuh?"

"Hah serius itu selingkuhannya?"

"Parah banget sih, ngga tau malu."

"Bisa viral sih ini."

Banyak sorot mata langsung memandang wanita yang diteriaki tadi. Ia menangis, merasa malu. Benar-benar malu padahal ia sudah lebih dulu tahu konsekuensi dari perbuatannya ini.

"Sini kamu!"

dirinya ditarik kencang melewati kerumunan manusia. Sedangkan lelaki yang sudah hampir tak sadarkan diri di lantai tadi segera dibawa oleh security dan beberapa orang untuk ditangani.

Mereka berada di parkiran, menghindari penilaian banyak orang tentang rumah tangganya karena kejadian barusan.

"Sejak kapan kamu mengkhianati saya?"

Wanita yang ditanya seperti itu hanya diam, dan tentu hal itu berhasil memancing emosi orang yang bertanya.

"JAWAB!" bentaknya dengan nada tinggi.

"S-sejak—"

Belum sempat menjawab, yang bertanya sudah mengeluarkan pertanyaan lagi, dan isi dari pertanyaan itu berhasil membuatnya panik dan terkejut secara bersamaan.

"Abian bukan anak kita?"

Ia mencoba menenangkan raut wajahnya. Napasnya tiba-tiba terasa begitu tercekat. Bahkan untuk menelan ludah saja begitu terasa berat.

"Ariesta, jawab pertanyaan saya atau saya akan menyuruh orang-orang kepercayaan saya untuk membunuh lelakimu itu sekarang juga," ancamnya dengan sorot mata tajam yang dengan mudah membuat siapapun takluk menjadi bawahannya.

Bukannya menjawab, Ariesta malah menangis sesegukan lalu berlutut di hadapan lelaki itu.

"Maaf, Mas... maaf..." ucapnya parau, berharap dikasihani.

Lelaki yang sedari tadi meminta jawaban padanya kini tersenyum sinis.

"Saya mengerti. Saya tidak butuh jawaban dari wanita murah seperti kamu. Saya yang akan melakukan tes DNA pada anak itu besok. Hasilnya dia anak saya atau bukan, dia akan tetap tinggal di rumah saya," katanya mutlak.

"Tinggal di rumah saya sebagai anak kandung saya, atau tinggal di rumah saya untuk menerima karma dari perbuatan ibunya," lanjutnya membuat Ariesta benar-benar merasa kehabisan pasokan oksigen saat itu juga.

Jika lelaki itu sudah berkata apa yang diinginkannya, maka itu akan selalu terjadi meski banyak orang menentangnya. Tak peduli dengan cara apa ia mendapatkan hal yang ia mau, pada akhirnya semua akan terlaksana sesuai rencana yang telah ia rancang.

Lelaki itu.... sangat berkuasa karena harta yang ia punya.

Tubuh Ariesta lemas seketika. Putranya, pasti akan sulit merasa bahagia setelah ini. Tidak, bukan hanya sulit, tetapi mungkin tidak akan bahagia.

"Abian, maafin kesalahan ibu..."

••••

Kawal cerita ini dengan rajin memencet bintang alias vote di setiap part-nya, ya🧡





Sudut Luka Atharrazka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang