Baru bisa update🤗
BTW maaf klo part ini banyak typo, karena aku gk terlalu mengoreksi🙏🏻
Jangan lupa pencet bintangnya⭐
Selamat membaca🤍
••••
"Ibumu cantik, 'kan?"
Atmadja menunjukkan foto-foto Ariesta dari layar laptopnya pada Abian yang duduk di hadapannya.
Remaja itu hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Atmadja barusan. Ia tak berhenti tersenyum. Lengkungan manis di bibirnya terpatri dengan indah. Menggambarkan bahwa rasa bahagia sedang bersorak menguasai hatinya.
Ia senang. Sangat. Saat Atmadja terus menunjukkan foto sang ibu dari saat pertama kali mereka berkencan hingga dikaruniai anak pertama.
Ada rasa haru ketika Abian melihat berbagai bukti perjalanan kisah mereka di layar tersebut. Kedua pasangan itu terlihat sangat hangat. Seperti, maut pun tak bisa membuat rasa di antara keduanya berhenti.
Tidak hanya Ariesta yang terlihat bahagia, karena Atmadja pun juga. Keduanya, terlihat sangat romantis dan terkesan manis.
Atmadja menunjukkan kenangan lainnya. Kali ini, terdapat oma Gilda yang sedang menggendong Elang dengan posisi berdiri, beserta Atmadja dan Ariesta di samping kanan dan kiri sisi tubuhnya.
Abian melihat jelas senyum tulus oma Gilda di foto tersebut. Jika biasanya ia selalu melihat tekukan marah di wajahnya, berbeda dengan foto di layar itu. Oma Gilda terlihat sangat bahagia dengan kedua matanya yang menyipit karena senyuman hangat terbentuk jelas di bibirnya.
Abian ikut tersenyum. Bagaimanapun, oma Gilda adalah nenek yang baik bagi Elang. Kakak tirinya itu pantas mendapatkan banyak peran baik dan kasih sayang dari manusia di sini.
Tak lama saat Atmadja memberi unjuk foto lainnya, suara ketukan pintu terdengar, dan Atmadja sontak menyeru masuk ke arah sumber suara.
Abian kira orang yang mengetuk pintu adalah para pekerja biasa, tetapi dugaannya salah.
Di sana, terdapat dua orang laki-laki memakai jas formal berwarna hitam dengan celana yang senada, mulai berjalan memasuki ruang kerja Atmadja.
"Ah, akhirnya kalian datang juga," kata Atmadja saat kedua orang tersebut menunduk hormat.
Melihat kedua lelaki berbadan gagah itu, Abian berpikir, mungkin saja mereka ingin melaporkan sesuatu perihal perusahaan sang tuan, mengingat bagaimana rapinya pakaian yang mereka kenakan, pasti mereka bukan pekerja biasa bagi Atmadja.
"Tuan, jika Tuan sibuk, saya—"
"Tidak. Saya tidak sibuk." Atmadja memotong perkataan Abian.
"Saya memang sengaja memanggil mereka kemari untuk mengurus sesuatu, tapi karena saya sedang ada urusan denganmu sekarang, jadi mereka akan berdiri di sini dulu sebentar," lanjutnya dengan nada yang terdengar tenang.
Abian belum mengeluarkan suara, dan Atmadja sudah lebih dulu bertanya, "Tak apa 'kan, Abian?"
Tanpa berpikir panjang, Abian langsung menjawab, "Tentu, Tuan," balasnya sambil merendahkan kepala sedikit.
Kedua orang berpakaian formal itu berdiri di belakang sisi kanan dan kiri kursi yang Abian tempati.
Anggap saja Abian berlebihan kali ini, karena perasaan tidak enak mulai menyerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Luka Atharrazka
Teen FictionAbian Atharrazka. Anak yang dipaksa menerima karma dari perbuatan dosa ibu kandungnya. Kekerasan, caci maki, serta banyak hal keji selalu mengelilingi langkah hidupnya. Dia, seolah terlahir hanya untuk menerima rasa sakit. Kakinya sudah tertatih le...