Bongkahan Kenyataan

2.2K 200 33
                                    

Hai🤍

JANGAN LUPA VOTE+KOMEN🤍

Selamat membaca🤍

••••

"Harusnya lo bisa ngontrol emosi, Land!"

Aland mengusap wajahnya kasar, jengah atas perkataan yang terus keluar dari mulut kakak laki-lakinya.

"Misi kita masih panjang! Lo terlalu ngga sabaran!"

Parkiran sekolah kali ini menjadi bukti kekesalan Danar pada Aland. Ia sungguh tak menyangka jika Aland dengan mudahnya membocorkan masalah mereka terhadap Atmadja kepada Elang secara terang-terangan.

Aland sangat gegabah.

"Gue harus bilang apa sama bang Karan? Lo ngga kasian sama dia? Dia udah ngerencanain misi ini dari dulu dan lo malah ngancurin semuanya gitu aja."

Aland berusaha mengontrol emosinya. Kembang kempis dadanya terlihat dengan kepalan tangan yang tertahan kuat.

"Yaudah, dia aja sendiri yang neror anak Atmadja!" Sekian lama Aland terdiam, kini ia berani melontarkan balasan pada Danar.

"Lo pikir gampang, Bang, nahan emosi sama anak yang bapaknya udah bikin keluarga kita hancur?"

Kedua lelaki itu bertatap sengit. Hawa panas mendominasi keduanya. Amarah, kesedihan, serta kekecewaan yang tak pernah tertampak nyata kini berkecamuk, menekan atmosfer di antara mereka.

"Jangan lupa, semua luka di badan kita selama ini penyebabnya karena apa," ujar Aland.

"Semua sumber masalah kita ada di Atmadja, Bang. Keluarga kita hancur karena dia," lanjutnya.

"Tapi rencana kita udah sejauh ini, Land." Danar masih terus bersikukuh pada pendiriannya. Ia benar-benar menyayangkan kecerobohan adiknya hari ini.

"Persetan!" cetus Aland.

"Kalo bisa gue bunuh balik anaknya Atmadja, pasti udah gue lakuin dari dulu! Tapi apa? Selama ini gue juga udah berusaha ngontrol emosi. Berusaha santai dan pura-pura ngga punya masalah apapun sama anak itu!"

Helaan napas panjang terdengar dari mulut Danar. Ia memijit pelan pelipisnya, lalu menatap Aland lagi.

"Harusnya lo selalu sadar satu hal. Di sini, yang hancur bukan lo doang. Yang fisiknya selalu jadi korban kekerasan bukan cuman lo. Gue, bahkan bang Karan juga."

Melihat keterdiaman Aland, Danar berucap lagi. "Lo tau apa kesamaan lo sama Elang?"

Sunggingan miring tercetak jelas melukis wajah danar. "Lo berdua sama-sama cuman bisa ngandelin amarah doang!"

"Otak lo berdua ngga pernah diasah buat nyelesain masalah!"

Aland terlihat tak terima saat mendengar penuturan tersebut. "Jangan samain gue sama dia!"

Merasa terlalu muak dengan kondisi ini, Danar mendekat lalu menunjuk Aland dengan tegas. "Lo jelasin semua ke bang Karan hari ini juga. Berdoa aja, semoga lo masih hidup sampe malem nanti."

•••••

Ketiga orang lelaki gagah menundukkan kepala di hadapan Atmadja dengan perasaan was-was. Ketegangan menguasai penuh ruangan khusus Atmadja di perusahaan miliknya.

Beberapa berkas bahkan benda-benda dengan harga yang tak murah bercecer di atas lantai akibat kemurkaan sang atasan.

"SETAN!"

Sudut Luka Atharrazka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang