Elang, dan Sayap Patahnya

2.8K 224 24
                                    

Dalam hidup, kamu memang perlu waktu untuk berdiam diri menikmati rasa sakit hingga datang padamu sedikit tenang, agar sedikit patah tersambung kembali, sedikit luka terobati, dan sedikit keinginan menyerah mempunyai harapnya lagi.

*Kenapa Aku yang Menerima Karma?*

Jangan lupa pencet bintangnya ⭐

Selamat membaca🤍

••••

Di ruang gelap berminim cahaya yang biasa disebut gudang sekolah, kali ini Abian gunakan sebagai tempat istirahat. Ia duduk sendirian sambil menatap satu kotak bekal dan tiga donat tusuk di depannya.

Abian yakin, pasti mba Asri yang memasukkan bekal dan makanan favoritnya ke dalam tas Abian secara diam-diam pagi tadi.

Jika begini terus, ia menjadi merasa bersalah pada wanita itu. Mba Asri selalu mengucapkan kata maaf padanya, tapi Abian dengan mudahnya berlaku abai karena tak dapat mengontrol emosinya sendiri.

Tangannya terulur untuk mengambil salah satu donat tusuk bertopping coklat, lalu mulai membuka dan memakannya.

Senyum kecil tercetak dengan jelas di bibirnya kali ini. Sudah lama ia tidak menikmati manis adonan makanan tersebut.

Ternyata, memakan makanan favoritnya sejak dulu bisa dengan mudahnya berhasil mengundang rasa bahagia yang selama ini pudar ditelan banyak kecewa.

Dalam hidup, kamu memang perlu waktu untuk berdiam diri menikmati rasa sakit hingga datang padamu sedikit tenang, agar sedikit patah tersambung kembali, sedikit luka terobati, dan sedikit keinginan menyerah mempunyai harapnya lagi.

Sedikit. Hanya sedikit. Tapi walau begitu, setidaknya tidak ada nyawa yang dengan mudahnya mati begitu saja akibat kalah melawan rasa lelah yang bersarang hebat di kepala, hingga tujuan akhir hanya putus asa pada takdir Sang Pencipta.

Abian menelan kunyahannya, lalu hendak mengambil gigitan yang kedua kalinya.

Belum sempat indra pengecapnya merasakan manis makanan itu lagi, tiba-tiba cahaya menyorot jelas dinding ruangan yang ia tempati.

Ada yang membuka pintu gudang itu, dan mata Abian langsung tertuju ke arah suara decitan pintu yang terbuka lebar.

Matanya bisa menangkap jelas perawakan orang yang datang. Ia yakin, pasti salah satu murid laki-laki di sekolah ini juga karena warna seragamnya terlihat jelas dengan badan yang tinggi dan gagah.

Abian hanya bisa berharap, semoga, orang itu bukan bagian dari teman-teman Aland.

Suara pintu tertutup kencang mengisi sunyi gudang tersebut bersamaan dengan Abian yang perlahan mengetahui pasti siapa laki-laki di sana.

"Ngapain lo di sini?!"

Suara sentakan penuh kekesalan itu berhasil mengejutkan Abian saat netra keduanya bertemu sebentar.

Abian tidak menjawab. Ia lebih memilih untuk menunduk, tak ingin membuat laki-laki itu marah karena menemukan Abian yang bersembunyi untuk memakan bekalnya di tempat ini.

Lelaki itu, adalah Elang. Ia mendengus kasar saat melihat keterdiaman Abian. Tak ingin membuang emosinya cuma-cuma begitu saja, ia lebih memilih duduk dan bersandar pada dinding gudang.

Abian berani memerhatikan Elang saat kedua mata lelaki itu terlihat terpejam sempurna dengan deru napas yang terdengar berat, seakan seperti Elang sedang berusaha menahan gejolakan sesuatu di dalam dirinya.

Sudut Luka Atharrazka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang