📌PLIS BACA DULU!!!📌Kalo di antara kalian kurang srek atau gk nyaman sama cerita ini, plisss guys, apus permanen crita ini dari perpus kalian. Tinggalin lapak aku.
Aku gk mau mental kalian ngrasa terganggu dengan kekerasan/siksaan yg ada di crita ini.
AKU GK MEMBENARKAN SIKSAAN/KEKERASAN DI SINI SAMA SEKALI! AKU BUKAN PENDUKUNG HAL TERSEBUT!
Aku gk mungkin bikin cerita tanpa ada pesan moral! Pasti nanti di akhir cerita, aku kasih pesan moral! Gk cuma-cuma ngasih adegan penyiksaan gtu aja. Aku gk se-BODOH itu.
Semua kalimat di sini, tumpahan luka aku. Tumpahan dari rasa 'cape' aku di dunia nyata. Jadi tolong.... Kalo kalian ngrasa terganggu sama crita aku, langsung apus cerita aku aja ya dari perpus kalian.
Aku ngga akan sedih kehilangan pembaca yang ngrasa gk nyaman sama cerita yang aku buat. Karena itu emang demi kebaikan kalian sendiri.
Jadi, kalo kalian mikir cerita ini konyol. Tinggalin sekarang.
•••••
Elang menatap dua carik kertas di kedua tangannya. Membaca berulang dan mencoba untuk tidak berpikir buruk. Tapi tetap saja, pikiran buruk selalu bersarang memenuhi kepalanya.
Malam kali ini tak membiarkan pikirannya beristirahat. Kamarnya tak berhasil memberi kenyamanan apapun.
Jika salah satu orang tua melakukan sebuah dosa, katakan padaku, siapa yang pantas menanggung karmanya? Tetap pelaku dosa tersebut, atau... keturunannya?
Kalimat tersebut tertulis di kertas putih yang berada di tangan kanannya. Elang menemukannya di atas motor dua hari yang lalu di parkiran sekolah. Kertas tersebut tertempel rapi, seakan membuktikan, bahwa si pemberi bersungguh-sungguh untuk mengantar tanpa menunjukkan identitas pasti.
Jika biasanya Elang tidak peduli, maka berbeda dengan kali ini. Ia merasa ada hal yang tidak beres, seperti ada seseorang yang berusaha memberitahunya sesuatu, atau mungkin lebih dari itu.
Belum lagi ia mengingat saat dirinya membawa tumpukan kertas hasil ulangan ke 10 MIPA III. Saat itu adik kelasnya memanggil untuk bertanya perihal secarik kertas juga yang bertuliskan,
Kamu ingin tahu bagaimana karma bekerja menurut kebanyakan manusia?
Aneh.
Semua ini, seperti berhubungan.
Kemudian, perasaan janggalnya semakin kuat karena setelah memasukkan motor ke garasi setelah pulang sekolah tadi, ada secarik kertas di depan pintu masuk dari arah garasi. Bukan sekadar kertas kosong, tetapi kertas yang sama, dengan tulisan berbeda.
Atmadja Rio Gutama, adalah seorang pembunuh yang bersembunyi dibalik citra baiknya.
Elang berdecak membaca kalimat tersebut. Ia tidak suka hal semacam ini. Dirinya seperti dipermainkan secara tidak langsung.
Ingatannya tiba-tiba berlabuh pada saat Elang mengendarai motornya menuju rumah siang tadi. Saat itu, ada seorang wanita tua yang menghadang jalannya.
Elang pikir ia adalah wanita biasa dengan gangguan jiwa, atau mungkin peminta-minta, karena itu Elang tak mengambil pusing dan mengabaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Luka Atharrazka
Teen FictionAbian Atharrazka. Anak yang dipaksa menerima karma dari perbuatan dosa ibu kandungnya. Kekerasan, caci maki, serta banyak hal keji selalu mengelilingi langkah hidupnya. Dia, seolah terlahir hanya untuk menerima rasa sakit. Kakinya sudah tertatih le...