Keinginan Kecil

2K 126 7
                                    

Hallo🤍

Jangan lupa pencet bintangnya⭐

Selamat membaca🤍

•••••••

Elang tidak bisa fokus mengerjakan soal latihan yang diberikan guru saat tiba-tiba berhalangan hadir untuk mengajar di kelasnya. Entahlah, seperti ada kekacauan menguasai pikiran lelaki itu sekarang. Tapi, tidak mungkin ia memikirkan tentang fakta yang diketahuinya semalam mengenai makam Ariesta, bukan?

Lelaki itu berbohong dan berpura-pura tak mendengar apapun tentang apa yang dibicarakan Atmadja pada seseorang di telepon. Sengaja, agar topik tersebut tak memanjang dan berakhir menjadi masalah. Ia tidak ingin berdebat untuk hal semacam ini.

Tentang wanita yang melahirkannya, bukankah Elang seharusnya mencaci maki dia? Lalu untuk apa ia harus memusingkan perihal fakta tersebut. Entah Atmadja mengetahui dan memindahkan makamnya juga tidak ada urusan apapun dengan Elang.

Apa mungkin, Elang hanya kecewa karena dengan mudahnya Atmadja berbohong?

Elang mengacak rambutnya. Kepalanya panas jika ia mengerjakan soal dengan pikiran yang melayang entah ke mana.

"Lo kenapa?" tanya Rafka, lelaki yang duduk di sampingnya.

Elang menggeleng lalu bangkit dari duduknya. "Gue mau ke toilet bentar."

Rafka mengangguk paham, dan Elang langsung melenggang keluar kelas. Ia butuh mencuci mukanya untuk menyegarkan pikiran.

Beberapa menit setelah merasa lebih segar dari sebelumnya, tak ada tujuan lain selain kembali ke kelas untuk mengerjakan soal yang harus dikumpulkan hari ini.

"Eh, ada anak berprestasi."

Baru saja beberapa langkah keluar dari toilet sekolah, Elang dihadapkan dengan Aland yang sedang berada di koridor itu juga.

Tak ingin mengidahkan apapun perkataan Aland padanya, Elang hanya menatapnya sekejap lalu melengos pergi melewati Aland.

"Anak babu lo mana?" pertanyaan Aland membuat Elang berhenti dan berbalik menatapnya.

Ia berpikir sejenak dan seketika langsung paham siapa yang dimaksud Aland.

Elang mengedikkan bahunya tak peduli. "Mana gue tau," balasnya cuek.

Aland memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Dia bakal jadi mainan baru gue," kata Aland to the point sekaligus ingin melihat bagaimana reaksi Elang.

Elang terkekeh lalu mengikis jarak di antara mereka berdua. "Dengerin gue baik-baik." lelaki itu menggantung ucapannya dan merubah raut wajahnya menjadi lebih serius dari sebelumnya.

"Dia mati karena lo keroyok sekalipun, gue ngga akan peduli," cetusnya membuat Aland cukup heran.

"Bukannya dia anak pembantu lo?" Aland mengeluarkan pertanyaan atas rasa herannya.

"Kalian ngapain di sini?!"

Sentakan itu mengejutkan mereka berdua. Aland maupun Elang menengok ke arah suara berasal. Rupanya, suara itu berasal dari pak Gio, salah satu guru matematika di sana.

"Kalian ngapain malah ngobrol di sini? Bukannya ke kelas malah gosip kaya cewe!" marahnya pada Elang dan Aland.

"Elang nih, Pak, nyuruh ketemuan di sini," fitnah Aland asal.

Elang melotot. "Dih? Najis."

"Sudah-sudah! Balik ke kelas masing-masing," henti pak Gio lalu menatap Elang. "Kamu ikut saya ke ruang guru sebentar," pintanya.

Sudut Luka Atharrazka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang