Sakit

2.9K 150 1
                                    

Jangan lupa pencet bintangnya dan kawal terus cerita ini, ya.

Selamat membaca🔥

Siapkan perasaan kalian🤗

••••

Abian tak berhenti memijat pangkal hidungnya setelah selesai memakai seragam sekolah. Lelaki itu terduduk di tepi ranjang. Badannya terasa begitu lemas dan pusing setelah membereskan kekacauan tadi malam.

Abian tak tidur semalaman. Ia benar-benar tidak bisa tenang mengingat kalimat-kalimat yang dilontarkan tuan Atmadja padanya. Dadanya terus berdebar dengan rasa tak karuan, membuat kepalanya sakit setengah mati sehingga yang bisa dilakukannya hanya menarik-narik rambutnya dengan keras, berharap sakit dan suara-suara buruk di kepalanya mereda.

"Abian, udah rapi belum?" bi Leni memanggilnya dari balik pintu dengan suara yang cukup lantang.

Abian mendesah pelan saat mencoba bangkit dari duduknya. Kepalanya terasa berputar, tapi ia tetap berusaha untuk berjalan keluar dari kamarnya. Tak ingin bi Leni merasa kecewa jika Abian memilih untuk tidak masuk sekolah karena keadaan seperti ini.

Saat sampai di belakang pintu kamarnya, tangan kirinya memegang gagang pintu, lalu menarik napas untuk menenangkan diri agar merasa lebih kuat sebelum keluar dari sini.

Bi Leni yang sudah berbalik dan melangkah untuk menjauhi kamar Abian segera mengurungkan niat saat mendengar pintu kamar anak itu terbuka.

Rasa terkejut dan khawatir langsung menyerang wanita tua itu. Banyak pertanyaan di pikirannya tentang apa yang terjadi dengan Abian.

"Abian! Kenapa?!" paniknya dengan cepat mendekati Abian.

Abian tersenyum tipis, "Ngga papa, Bi. Abian lagi ngga enak badan aja," katanya terdengar parau.

Sebenarnya, bi Leni tak percaya begitu saja. Kemarin Abian dalam keadaan baik, lalu apa yang menyebabkan anak itu seperti ini sekarang?

"Jangan bohong, Bian. Bibi bukan anak kecil yang bisa kamu bohongin," ujarnya dengan tatapan menelisik.

Mba Asri yang ingin ke kamarnya untuk mengambil sesuatu pun dengan tak sengaja harus melewati Abian dan bi Leni yang sedang berbicara.

Ia tahu kejadian semalam, wanita itu tersenyum sinis lalu mendekati keduanya dan berkata, "Semalem anak kesayanganmu itu ganggu tuan Atma. Pantes aja sekarang kaya gitu. Didik yang bener dong, Bi," sungutnya sambil melihat Abian tak suka.

Bi Leni yang tak tahu tentang itu hanya menatap Abian. Tidak, ia tidak mau dengan mudahnya mempercayai perkataan wanita tersebut.

"Bian, tuan Atma ngapain kamu?" tanyanya lembut, tahu jika Abian tak mungkin menganggu orang lain.

"Lho, kok nanya kaya gitu? Harusnya tuh tanya sama dia apa yang dia perbuat sampe tuan Atma marah," kompor mba Asri.

"Saya tanya Abian, bukan kamu," tekan bi Leni pada mba Asri. "Lagian ngapain kamu diem di sini? Urus saja urusanmu," katanya lagi memperingati.

Melihat Abian dengan kondisi tak baik dan Asri yang mulutnya tak bisa diam seperti itu tentu saja membuat bi Leni pusing bukan main. Terlebih lagi soal Asri, wanita berusia 30 tahun lebih yang hobi sekali menggosip dan mengompori masalah orang lain.

Sudut Luka Atharrazka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang