Hai❣
Semoga kalian suka cerita ini dan siap menunggu setiap part hingga ending, ya🤍
Jangan lupa vote-nya⭐
📌 TOLONG BERI SAYA KENYAMANAN DENGAN TIDAK MENGATUR- NGATUR ALUR YANG SUDAH SAYA SAJIKAN UNTUK CERITA INI.
Selamat membaca💝
••••
Luka yang semalam belum kering, tetapi sudah ada lagi luka basah yang baru di tubuh kurusnya.Ringisan pelan terdengar, matanya yang merah terasa panas ingin mengeluarkan buliran air mata.
"Abian!" panggil seseorang padanya terdengar khawatir.
"Ya Allah, Abian..." lirihnya saat melihat kondisi seseorang yang sudah dianggapnya sebagai anak kandung.
Bagaimana tidak khawatir? Darah keluar dari pelipis serta hidung anak itu. Kedua tangan dan kakinya masih membiru bekas pukulan seseorang padanya kemarin.
Bibir pucat lelaki itu melengkung membentuk senyuman pada orang yang mengkhawatirkan kondisinya.
"Ngga papa, Bi Leni. Abian tadi salah karena numpahin cemilan di meja bang Elang," jelasnya merasa tak enak pada orang yang biasa ia panggil 'Bi Leni' itu.
"Ngga papa gimana, Bian? Ngga papa gimana?" katanya tak habis pikir. "Kenapa sampe begininya, gusti..."
Bi Leni tak bisa menahan air matanya. Padahal ia sering melihat Abian dilukai seperti ini, tetapi tetap saja, seakan yang luka yang dilihatnya sekarang adalah yang pertama kali.
"Bian sekarang ke kamar, ya. Bibi obatin lukanya," katanya lalu membantu Abian untuk berjalan ke kamarnya.
Abian Atharrazka, lelaki itu tadi tak sengaja menyenggol cemilan milik Elang Sekala Gutama—kakak laki-laki tirinya yang berada di meja belajar saat ia sedang menyapu kamarnya. Elang yang tiba-tiba datang dan tak suka melihat sesuatu yang berantakan tentu saja langsung mengamuk karena hal itu.
Ia menarik kerah baju Abian, memukulinya tanpa henti karena Abian adalah penyebab dari hal yang tidak disukainya terjadi. Abian membuat kamarnya berantakan. Tidak, bukan hanya kamar, tapi hidupnya juga berantakan karena parasit itu.
Tidak ada kepuasan jika Elang sudah memukulinya, tapi ia harus berhenti agar anak itu tak langsung mati.
Entah Elang maupun Atmadja Rio Gutama—papa Elang, sama-sama ingin terus menyiksa Abian hingga anak itu mati dengan sendirinya karena tak kuat menahan siksaan yang mereka beri.
Mereka berdua ingin... Abian bunuh diri karena tekanan dari mentalnya sendiri.
••••
Setelah bi Leni selesai mengobati luka Abian, wanita yang lumayan sudah tua itu pamit keluar dari sana untuk mengerjakan hal lain.
Wanita itu, salah satu pekerja di sini. Beliau adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja lama sekali, bahkan dari Abian belum lahir ke dunia ini. Wanita itu juga yang ikhlas mengurus Abian di tempat ini hingga sekarang. Bi Leni itu sudah seperti ibu kandung bagi Abian.
Abian menatap memar di kedua kaki dan tangannya. Berpikir entah sampai kapan ia akan diperlakukan seakan Abian adalah makhluk yang tak mempunyai rasa sakit jika menerima pukulan atau siksaan yang mereka beri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Luka Atharrazka
Teen FictionAbian Atharrazka. Anak yang dipaksa menerima karma dari perbuatan dosa ibu kandungnya. Kekerasan, caci maki, serta banyak hal keji selalu mengelilingi langkah hidupnya. Dia, seolah terlahir hanya untuk menerima rasa sakit. Kakinya sudah tertatih le...