Awal Haus Balas

1.6K 166 29
                                    

Update!!😘

Menurut aku part ini panjang😌😌

VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA, BRODI🤧

RAMEIN DONG😃🤬🤬🤬🤬

Selamat membaca🤍🤍🧡

••••

Aland menerima baik buku tulis dari tangan Abian. Beberapa hari lalu, ia menyuruh Abian untuk mengerjakan tugas rangkumannya. Hanya merangkum, tapi Aland sudah terlanjur malas. Jadilah ia memerintahkan Abian dengan senang hati.

Abian juga tak menolak. Tepatnya, tak berani. Tentu saja ia juga sudah disuguhkan berbagai ancaman dari Aland jika mengucapkan kalimat penolakan.

Aland tersenyum puas. "Bagus." Ia melihat-lihat tulisan tangan Abian.

"Boleh juga tulisan lo."

Merasa tidak ada yang diperlukan lagi, Abian ingin pamit agar bisa menikmati istirahat hari ini.

"Abian!"

Belum sempat Abian mengeluarkan suara, panggilan itu sudah lebih dulu mengalihkan perhatian mereka berdua.

"Ngapain lo sama dia?" Elang bertanya ketus sambil menatap tajam salah satu pimpinan bully di sekolahnya. Dia tidak sendiri. Ada Rafka di sebelahnya. Rupanya mereka berdua sudah berbaikan untuk menjalin pertemanan kembali.

Aland tertawa pelan. "Wuihh, tuan mudanya dateng," ledeknya

"Asik juga nih anak pembantu sama majikan tadi pagi berangkat bareng," ucapnya dengan raut konyol untuk menggurau Elang.

"Eh, bukan anak majikan, tapi anak pembunuh," larat Aland, semakin membuat amarah Elang mencuat.

"Bacot!" ketus Elang. Ia merasa semakin muak dengan tingkah Aland.

"Land, berubahlah jadi orang. Mau sampe kapan lo jadi manusia biadab?" Rafka bertanya tegas.

"Lo ngga usah ikut campur, sial!" Emosi Aland mulai tersentil. Merasa tak suka jika ada orang asing yang ikut campur dengan urusannya.

Elang, masih dengan emosi yang tertahan, mengalihkan matanya untuk menatap Abian.

"Lo ke kantin sama Rafka sana," suruhnya.

Abian terlihat ragu. "Jangan berantem, Den."

Elang mendengus. "Raf, ajak Abian ke kantin. Gue masih ada urusan."

Tanpa memikirkan apapun lagi, Rafka merangkul Abian cepat agar mereka menjauh dari tempat itu.

Sekarang, hanya tersisa Aland dan Elang di lorong sepi sana.

"Berenti bully dia atau merintahin dia untuk ngelakuin apapun, apalagi kalo itu untuk kepentingan lo," ujar Elang, bertatap sengit dengan lelaki di hadapannya.

Aland merasa tertarik dengan topik ini. "Kenapa? Dia cuman anak pembantu lo."

Tak bisa dipungkiri lagi, Elang takut akan reaksi dari satu hal. Elang takut tidak bisa menjaga Abian jika suatu saat Aland tahu bahwa Abian adalah adik tirinya.

Tidak bisa dibayangkan betapa marahnya Aland jika mengetahui hal tersebut. Bertatap dengan Elang yang notabenya anak dari Atmadja saja sudah sangat tajam, apalagi dengan Abian? Entah apa yang akan dilakukan Aland padanya, namun Elang yakin, akan ada hal besar yang akan terjadi.

Hal besar yang bisa saja akan merenggut bahagia salah satu di antara mereka.

Soal dendam, bukankah semua manusia rela melakukan apapun agar kepuasan balasan bisa mereka dapatkan?

Sudut Luka Atharrazka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang