Haloo....
Jangan lupa vote dan komen yaa:))))
Selamat membaca🤍
•••••
"Jangan ngerasa paling ngga punya dosa di sini."
-Sudut Luka Atharrazka-
••••••••
Katanya, banyak orang yang merasa tenang saat melihat laut.
Sebenarnya, apa yang membuat tenang?
Elang tak pernah mengerti, ketenangan seperti apa yang mereka jemput dengan melihat laut.
Menyaksikan gulungan ombak? Menyambut sapuan ombak dengan tanganmu? Atau... hanya sekadar menikmati birunya laut?
Elang menatap lamunan Abian di sampingnya. Kedua matanya terus melihat-lihat air laut dari segala sisi. Segera Elang mengikuti kegiatannya juga.
"Kenapa lo suka tempat ini?" Elang membuka pertanyaan.
Abian terlihat berpikir, kemudian menatap Elang. "Indah, dan bikin tenang, Den."
Elang menggeleng tak paham. "Tempat ini berisik. Bikin tenang apanya? Gimana bisa banyak orang nenangin diri di tempat yang dipenuhi berisik air ombak begini?"
Abian mempunyai jawaban di otaknya. "Itu salah satu yang ngebuat tenang. Berisiknya ombak."
Elang berusaha memahami. "Terus, kenapa lo kagum banget pas gue ajak ke sini?"
Senyuman kecil terukir melukis raut Abian. "Karena saya baru pertama kali ngeliat laut, Den."
Keterkejutan memenuhi gemuruh dada Elang. Bagaimana bisa Abian baru pertama kali ke tempat ini?
"Hah? Kok bisa?"
Abian mengangguk. Ia sedikit menggigit bibir bagian dalamnya, merasa ragu untuk mengatakan sesuatu.
"Tuan Atmadja ngga pernah ngijinin saya," ucapnya pelan.
Elang terdiam sejenak setelah mendengar pernyataan tersebut. Kemudian ia mengeluarkan suara lagi. "Terus? Lo tau kalo laut itu indah dari mana?" tanyanya.
"Kan suka ada di TV." Abian menjawab enteng. Justru, jawaban itu yang membuat Elang ditampar rasa bersalah sekian kali lipat.
Napas Elang berhembus kasar. "Nanti, kalo lo mau ke sini lagi, bilang gue."
Abian langsung menatapnya dengan binar tak percaya. "Boleh?"
Elang mengangguk, lalu mengambil satu donat dari 1 box donat di depannya.
Ngomong-ngomong, mereka berdua sedang duduk di atas pasir putih. Bahkan ini sudah sore. Elang tak membawa Abian ke tempat ini langsung setelah pulang sekolah.
Siang tadi, cuaca sedang panas-panasnya. Jadi Elang mengajak Abian untuk mampir ke toko buku dahulu yang berada di salah satu mall sambil menunggu sore tiba untuk melihat laut. Ia juga menawarkan Abian beberapa jajanan yang berakhir ditolak anak itu. Namun, Elang mengancam, jika Abian menolak tawaran darinya, Elang akan memborong jajanan itu dan akan berujung terbuang sia-sia.
Untungnya Abian menurut. Sekarang, berakhir mereka berdua melihat-lihat laut dengan membawa banyak jajanan di depannya.
Mereka berdua sibuk tenggelam dengan dunianya. Abian yang masih nyaman dengan menatap kagum lautan, dan Elang yang menikmati manisnya donat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Luka Atharrazka
Teen FictionAbian Atharrazka. Anak yang dipaksa menerima karma dari perbuatan dosa ibu kandungnya. Kekerasan, caci maki, serta banyak hal keji selalu mengelilingi langkah hidupnya. Dia, seolah terlahir hanya untuk menerima rasa sakit. Kakinya sudah tertatih le...