Rindu Tanpa Temu

1.9K 126 4
                                    

⛔AKU BARU SADAR!
part2 sebelumnya Abian ngaco gtu ya kadang manggil ibu kadang mama😭

Guys, Abian dan Elang itu manggilnya ibu, ya. Aku ceroboh karena terlalu asik ngetik sampe lupa ttg hal itu🙏🏻 maaf ya🙏🏻

Aku udah revisi semua kata 'mama' menjadi ibu🙏🏻 Semoga bisa lebih fokus kedepannya🤗

JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA⭐

Selamat membaca 🧡

••••

Abian terbaring lemah di kasurnya. Badannya terasa sakit semua. Setiap bergerak ada saja suara desisan yang terdengar dari mulutnya. Apalagi wajahnya yang terlihat parah, sampai denyutan terasa sangat jelas di setiap memar yang diciptakan tuan Atmadja.

Tulang pipinya terasa remuk dan bengkak hingga matanya tak bisa terbuka dengan sempurna.

Bi Leni sudah mengobati lukanya, mengompres setiap memar dan bagian yang terlihat membengkak agar tak terlalu parah di kemudian hari.

Ini sudah jam sepuluh malam, tapi tak ada kantuk yang mengundang Abian untuk tertidur. Ia memandangi jendela dengan gorden yang terbuka di dekat kasur yang ia tempati.

Langit gelap di luar sana, seakan memeluk kesunyian Abian. Mengerti luka dari semua hal yang ia tahan. Ingin rasanya ia lari dan pergi jauh dari sini. Tapi, tuan Atmadja pasti akan terus menemukan keberadaannya karena Abian adalah anak yang harus mendapat karma.

Satu buliran air mata mencelos dari ujung matanya bersamaan dengan hujan deras yang turun. Seolah Tuhan tak ingin Abian menangis sendirian. Seolah air mata Abian tak dibiarkan jatuh tanpa teman.

"Abian..." panggilan lembut itu terdengar dari orang yang baru saja memasuki kamar Abian tanpa ia sadari.

Ia menghapus cepat buliran air mata yang sudah terjatuh di pipinya. Tersenyum kecil saat melihat bi Leni yang datang sambil membawa segelas susu putih.

Bi Leni membalas senyumam Abian. Ia adalah satu orang yang menangis saat mengetahui keadaan Abian sore tadi. Tentu saja ia menangis kencang di saat yang lain hanya sibuk melihat tanpa ada niat membantu seorang anak yang sudah disiksa keji.

Mereka tak memiliki hati, bak iblis penjilat yang hidup hanya untuk menggapai satu tujuan. Ibarat jika ada manusia yang mati di dekatnya, mereka hanya diam saja menunggu mayatnya lapuk dan membusuk.

Bi Leni meletakkan segelas susu hangat di nakas samping ranjang Abian. "Kamu mau sesuatu?" tanyanya perhatian.

Abian menggeleng pelan. Ia tak nafsu makan atau minum apapun.

"Bi," panggil Abian dengan suara yang lirih. Ia tak mampu menaikkan volume suaranya untuk sekarang.

"Kenapa, Bian?" bi Leni menatap Abian dengan mata sayu dan tatapan getir.

Abian menelan berat salivanya. Suara hujan yang semakin deras di luar sana menemani perbincangan mereka.

"Makam ibu, di mana?" tanyanya sendu.

"Abian mau ngusap nisan ibu..."

Pertanyaan Abian membuat bi Leni menunduk. Bahkan ia juga tidak tahu di mana tempat Ariesta dikuburkan.

Wanita itu menghembuskan napasnya pelan. Ia memberanikan diri untuk menatap Abian yang terlihat sangat kacau dan dipenuhi rasa sedih.

"Bibi ngga tau, Bian."

Sudut Luka Atharrazka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang