Pencet bintangnya untuk mendukung karya ini🔥
Selamat membaca🐣
•••••
Abian tersenyum puas saat menyadari pekerjaannya untuk mengelap peralatan dapur yang telah dicuci bersih sudah selesai. Ia bisa pergi ke sekolah sekarang.
"Abian, udah rapi semua?" tanya bi Leni yang menghampirinya.
Abian mengangguk. "Udah, Bi."
"Tunggu sebentar, ya. Jangan berangkat dulu," kata bi Leni lalu pergi dari kawasan dapur.
Tak lama dari itu, bi Leni kembali dengan amplop putih di tangannya. Ia meraih pergelangan tangan Abian, lalu menggenggamkan amplop tersebut pada telapak tangan Abian.
"Ini uang buat bayaran sekolah, nyicil dulu ya. Nanti bibi kasih lagi," ujarnya lalu tersenyum simpul.
Abian melipat bibirnya sambil menatap mata wanita yang sudah sangat tulus menjaganya sedari bayi. Jujur saja, ia sedih karena merasa tak berguna sama sekali untuk membalas budi kebaikan bi Leni. Apalagi uang bayaran sekolahnya memang mahal bagi orang seperti Abian.
Lelaki itu sebenarnya tak ingin bersekolah di swasta, karena Abian juga sudah bersekolah di sekolah negeri sejak dulu agar tak mengeluarkan bayaran seperti swasta. tapi bi Leni yang menyuruh serta meminta tolong pada pekerja yang lain untuk mendaftarkan Abian di sekolah itu secara online. Dia meyakinkan Abian agar mau dan tidak perlu memikirkan soal biaya, karena selain ada potongan bayaran bagi murid yang tidak mampu di sekolah tersebut jika mendaftar secepatnya, majikannya, tuan Atmadja juga tidak pelit soal keuangan pada orang-orang yang bekerja dengannya.
Anggap saja, itu adalah sisi baik seorang Atmadja Rio Gutama. Lelaki yang sangat menghormati kesetian. Bi leni sudah bekerja dengannya sangat lama. Gaji yang didapatkan juga besar, dan Atmadja juga tak tanggung-tanggung jika memberi uang padanya dalam jumlah besar sebagai rasa terima kasih.
Biasanya, pada saat Atmadja merasa bahagia, ia akan mentransfer uang dalam jumlah besar untuk semua orang yang bekerja dengannya. Salah satu sebab yang membuatnya bahagia adalah pada saat hari ulang tahun Elang.
Kebiasaannya dalam membagi-bagi uang tersebut berhasil membuat banyak orang segan dan tunduk terhadap Atmadja. Lelaki itu, memiliki harta yang seakan tak akan habis walau untuk 7 keturunan sekalipun.
Bi Leni tak pernah membeli barang-barang mahal selama ia mempunyai uang, karena uang itu benar-benar ia manfaatkan untuk keperluan sekolah Abian. Terutama untuk bayarannya.
Wanita itu tahu jika sekolah tersebut terkenal dan banyak meluluskan para muridnya di universitas besar. Jadi bi Leni berharap, Abian mendapatkan pendidikan yang terbaik di sana. Bukan hanya soal akademik, tapi juga tentang moral dan perilakunya.
"Bi, maaf ya kalau Abian belum bisa ganti uang-uang yang Bibi kasih sekarang. Setelah lulus sekolah nanti Abian janji akan ganti secepatnya dari gaji Abian," katanya pelan.
Lelaki itu ingin sekali bisa mendapatkan uang. Ia bagai pembantu di rumah besar ini tanpa ada gaji sepeser pun yang tuan Atmadja beri. Berjualan di sekolah juga tidak bisa karena Abian pernah mencobanya. Ia berjualan risol saat SMP dulu dan malah berakhir mendapat amukan saat tuan Atmadja mengetahuinya.
Mirisnya, bukan hanya Abian saja yang kena amukan tuan Atmadja, tetapi juga bi Leni karena dia yang sudah membantu Abian menyiapkan bahan-bahan untuk mengolah makanan tersebut.
Sejak itu, ia mengerti betapa tidak sukanya tuan Atmadja jika melihat Abian mampu melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Bi Leni berdecak mendengar penuturan anak itu. Ia tidak suka saat Abian merasa tidak enak terus-terusan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Luka Atharrazka
Teen FictionAbian Atharrazka. Anak yang dipaksa menerima karma dari perbuatan dosa ibu kandungnya. Kekerasan, caci maki, serta banyak hal keji selalu mengelilingi langkah hidupnya. Dia, seolah terlahir hanya untuk menerima rasa sakit. Kakinya sudah tertatih le...