Titik Usang

2.7K 234 40
                                    

Jangan lupa pencet bintangnya⭐

Selamat membaca🤍

••••

Lengkungan senyum terpatri di bibir seorang lelaki yang baru saja melihat betapa mungilnya sang bayi yang berada di gendongannya.

Kedua tangan mungil bayinya tak berhenti melakukan pergerakan. Wangi badannya membuat sang papa tak tahan untuk terus menciumi kening lembutnya.

"Siapa nama anak kedua kita, Mas?"

Suara halus perempuan tersebut membuat lelaki yang sedari tadi terlihat tenang menggendong bayinya menjadi menoleh.

"Namanya Abian." Satu kecupan untuk hidung kecil bayinya mendarat sempurna. "Abian Atharrazka Gutama."

Senyuman bahagia terpatri pada wajah wanita yang bertanya. "Apa artinya Abian, Mas Atma?"

Atmadja Rio Gutama, menatap Ariesta dengan teduh. Ucapan terima kasih rasanya tidak cukup untuk wanita yang telah melahirkan dua anak tampan untuknya.

Anggota keluarganya bertambah dengan kehadiran Abian. Pasti, mereka akan semakin harmonis setelah keluar dari rumah sakit ini.

"Abian artinya kegembiraan, Ariesta. Sedangkan Atharrazka berarti rezeki yang suci," jelas Atmadja.

"Dia akan menjadi pelengkap bahagia kita. Hadirnya membawa kegembiraan bagi kita semua. Dia akan jadi adik kesayangan Elang nanti," lanjutnya dengan raut bahagia.

Kedua netranya teralih pada mulut kecil Abian yang menguap kantuk. Melihat itu, Atmadja terkekeh gemas.

"Abian, jagoan kedua papa."

"Papa janji akan selalu menyayangi kamu dan Elang."

Suara pintu terbuka membuat kedua pasangan yang berada di ruangan tersebut menoleh. Aura kebahagiaan semakin terlihat jelas memenuhi seisi ruangan saat melihat siapa yang datang.

Di sana, ada Pramatya Gutama serta Gilda Gutama yang membawa Elang di gendongannya untuk melihat anggota keluarga baru mereka.

Kebahagiaan terpancar. Senyum tulus terukir di masing-masing wajah keempat orang dewasa di sana.

"Atmadja! Mana cucuku?" Oma Gilda tak sabar untuk melihat wajah bayi yang berada di gendongan putranya.

Ia berlari kecil lalu memandang wajah mungil Abian. "Tampannya cucu oma..." pujinya.

"Elang, itu adikmu. Laki-laki. Sama kaya kamu," tunjuknya pada Elang yang berusia 1 tahun.

Pramatya Gutama ikut mendekati mereka, lalu menepuk pundak Atmadja.

"Sekarang kamu punya dua jagoan, Atma." Suara tegas yang selalu membuat Atmadja hormat kini terdengar bangga.

"Jadilah papa yang adil bagi keduanya, lindungi mereka berdua, dan ajarkan kasih sayang agar hubungan persaudaraan mereka terus erat hingga keduanya besar nanti."

Atmadja menatap Pramatya dengan keyakinan yang menguar.

"Pasti. Atmadja pasti akan jaga mereka berdua dari apapun hal jahat di dunia ini."

"Mereka berdua akan tumbuh dengan banyak bahagia."

Tatapannya beralih pada Elang yang berada di gendongan sang ibu. Atmadja mencium salah satu pipinya.

"Elang, kalian tidak boleh bertengkar perihal apapun, ya? Bicarakan baik-baik semua masalah agar tidak ada kerenggangan antar saudara."

"Abian ini adikmu. Kalian harus saling menyayangi selalu."

Sudut Luka Atharrazka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang