Update cepet nih😇 AKU NGETIK JEM 12 LEWAT LHO🤬🤬🤬
VOTE+KOMEN
Selamat membaca🏃♂️
••••
"Den, Mba Asri takut. Abian pergi sama tuan Atmadja. Mba ngga tau mereka ke mana. Tapi Mba takut tuan Atma ngelakuin sesuatu, Den..."
Elang melajukan kencang motornya. Klakson miliknya terus memenuhi berisik jalanan yang diakhiri dengan para umpatan pengguna kendaraan lain. Peluh keringat disertai debaran kencang semakin membuatnya terus memilih untuk menambah kecepatan mesin motor miliknya.
Perkataan mba Asri di telepon terus terngiang. Ia tak peduli dengan sekolahnya. Elang membolos tanpa peduli pada penilaian moral dan akademiknya di sekolah. Tujuannya hanya satu. Menghampiri tempat di mana Atmadja membawa Abian pergi.
Gedung kosong di Jalan Dara. Mereka di sana.
Syukurnya, diam-diam ada salah satu orang kepercayaan Atmadja mengirim pesan padanya tentang keberadaan mereka beberapa saat setelah mba Asri menghubungi ponselnya.
Gedung kosong? Untuk apa Atmadja membawa Abian ke sana?
Elang tak mampu menetralkan pikirannya untuk tenang sebentar. Ia sungguh tak akan memaafkan dirinya jika Atmadja melakukan sesuatu pada Abian, atau nyawanya.
Ia tidak tahu sudah berapa jauh kilometer yang ditempuh. Ia tidak tahu sudah berapa banyak kendaraan besar yang disalip. Ia juga tidak tahu, sudah berapa banyak orang yang mengutuk lajuan gas motornya di jalanan karena tak sabaran.
Elang hampir sampai ke tempat tujuan. Sekarang, jalanan yang ia tempuh begitu sepi dengan banyak pepohonan rindang di kanan dan kirinya. Atmadja benar-benar gila. Elang tak mengerti apa yang sedang direncanakan papanya.
Terlihat gedung usang yang berada tak jauh dari sana. Gedung tinggi kokoh yang Elang tebak pembangunannya berhenti karena suatu alasan. Itu sudah sering terjadi. Para pengusaha banyak yang lebih dulu mengalami kebangkrutan hingga rencana beberapa proyek mereka ikut terhenti.
Tiga mobil hitam berjejer di depan gedung tersebut. Elang menghentikan motornya tak jauh dari sana. Ia hapal betul, mereka semua bawahan Atmadja.
Elang berjalan gusar menuju gerbang bangunan tinggi itu. Namun, belum sampai langkahnya di sana, beberapa orang dengan pakaian formal berwarna hitam sudah lebih dulu mencegahnya.
Baru saja ingin mengeluarkan kemarahannya, suara berat menginterupsi orang-orang di sana.
"Biarkan dia masuk." Seorang lelaki tinggi gagah yang berjabat sebagai asisten pribadi Atmadja mendatangi mereka.
"Biarkan masuk? Tuan Atmadja yang meminta untuk jangan-—"
"Saya yang akan bertanggung jawab." Ia memotong perkataan salah satu dari mereka.
Lelaki itu menatap Elang. Memberi anggukan seolah ia tahu bahwa Atmadja sedang melakukan sesuatu yang harus Elang cegah.
Ia mendekati Elang dan berbisik, "Lantai 5."
Tak menggubris apapun lagi, Elang segera berlari untuk sampai ke tempat tersebut. Sebenarnya, ia juga tak paham, mengapa mereka berada di lantai 5 padahal yang ia lihat gedung ini lebih dari 5 lantai. Maksud Elang, ada apa di sana?
Kegelapan menyambutnya. Hanya ada sebagian cahaya yang masuk dari ventilasi yang tersedia. Sangat sedikit, sehingga gelap mendominasi seluruh ruang dengan pekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Luka Atharrazka
Teen FictionAbian Atharrazka. Anak yang dipaksa menerima karma dari perbuatan dosa ibu kandungnya. Kekerasan, caci maki, serta banyak hal keji selalu mengelilingi langkah hidupnya. Dia, seolah terlahir hanya untuk menerima rasa sakit. Kakinya sudah tertatih le...