Jangan lupa pencet bintangnya🤍
Selamat membaca🤍
•••••
"Ibu... Abian mau pulang..." lirihnya lagi di sela-sela tangisnya.
Atmadja terkekeh sinis mendengar lirihan tersebut. Suara Abian terdengar parau dan penuh rasa takut.
"Loncat saja dari lantai atas rumah ini, dengan begitu kamu bisa bertemu dengan tukang selingkuh itu."
Atmadja dan mata elangnya, masih lekat menatap dengan penuh rasa benci pada Abian. Kebencian itu tak pernah pudar sama sekali. Sedikit pun tak pernah.
Mereka tak menyadari ada yang mengintip di balik pintu dapur. Seseorang yang membenci Abian juga. Orang itu adalah, Elang Sekala Gutama. Lelaki yang tak pernah mengakui Abian sebagai adik tirinya.
Tak ada rasa kasihan sekecil apapun saat melihat Abian ketakutan seperti itu. Justru ia malah menyunggingkan smirk di bibirnya. Berpikir jika Abian memang pantas mendapatkan itu semua.
Lahirnya Abian saja sudah salah, jadi sangat pantas saja jika Abian ingin menyerah sekarang juga.
"Kamu adalah bukti perselingkuhan Ariesta. Kamu bayi dari perbuatan hina. Langkah hidupmu itu, selalu saya kutuk agar tak ada bahagia." Atmadja masih menatapnya dengan tajam. Matanya juga terlihat merah akibat meminum alkohol.
Abian tak berani menatap kedua mata Atmadja. Ia mengerti kehadirannya adalah kesalahan yang seharusnya digugurkan sejak dalam kandungan.
Ia juga merasa bersalah pada Atmadja karena perbuatan ibunya. Ia benar-benar merasa bersalah.
"M-maaf, Tuan," ucapnya dengan rasa gemetar.
"Maaf karena wanita yang melahirkan saya berselingkuh lalu tiba-tiba membunuh dirinya sendiri."
"Kamu ingin saya memaafkan?" tanya Atmadja sambil menaikkan satu alisnya.
Abian mengangguk. Memangnya siapa manusia yang tak ingin dimaafkan?
"Bunuh dirimu sendiri di depan mata saya, dengan begitu saya akan memaafkanmu sekaligus perbuatan ibumu."
Abian terkejut mendengar penuturan itu. Spontan ia melebarkan matanya menatap Atmadja.
Elang yang masih setia mendengarkan mereka berdua merasa biasa saja. Hatinya mati, ia sudah terlalu membenci anak haram hasil perselingkuhan seperti Abian.
Abian Atharrazka. Perusak keluarga harmonisnya.
Mulut Abian terbuka kecil. Ia bingung ingin mengatakan apa. Bunuh diri? Itu adalah hal yang dibenci Tuhan.
Seharam apapun perbuatan yang ibunya lakukan, Abian tetap tak ingin melanggar aturan yang sudah diciptakan Tuhan untuk seluruh umatnya.
Abian tak ingin lancang terhadap Tuhannya.
Ibunya yang melakukan dosa, dan Abian tak tahu menahu tentang itu. Ia hanya seorang anak yang lahir tanpa tahu takdirnya akan seperti apa.
"Kenapa diam? Kamu takut mati?" tanya Atmadja menyadarkan Abian.
Abian masih membeku. Ia mencoba menetralkan napas dan perasannya. Keberanian menjawab Atmadja tiba-tiba melintas di jiwanya. "Saya takut Tuhan, bukan takut mati," jawabnya setelah menghapus linangan air mata.
"Saya akan mati, tapi tidak dengan bunuh diri. Saya akan mati jika Tuhan sudah menakdirkan itu untuk diri saya sendiri, Tuan," lanjutnya lancar walau masih ada rasa gemetar di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Luka Atharrazka
Fiksi RemajaAbian Atharrazka. Anak yang dipaksa menerima karma dari perbuatan dosa ibu kandungnya. Kekerasan, caci maki, serta banyak hal keji selalu mengelilingi langkah hidupnya. Dia, seolah terlahir hanya untuk menerima rasa sakit. Kakinya sudah tertatih le...