20

246 45 4
                                    

Yang membuat Florin lebih terpana adalah bibirnya yang terasa kering dan ingin melakukan hal yang sama. Jelas bukan pada Travis melainkan pada Tristan. Dan dia hampir menjambak rambutnya sendiri.

Florin menghindar, sebelum dia bersikap gila lagi di depan dua orang itu dan membuat mereka berpikir Florin cemburu. "Aku mau ke kamar mandi dulu. Silakan kalau kalian mau tinggal." Florin setengah berlari pergi.

Frieda yang melihatnya memberikan seringaian keji. Percaya kalau Florin masih menaruh harapan pada Travis. Dia coba membutikannya dan dia menemukan jawabannya. Penghindaran Florin adalah jawabannya.

Travis mendorong Frieda dengan kesal. Dia menggosok bibirnya marah. "Sekali lagi kau melakukannya, aku tidak segan membatalkan kerjasama kita. Camkan itu." Travis mengibaskan tangannya dan pergi. Frieda mengejar dengan kesal.

Frieda pasti akan membuat Travis mencintainya. Lebih besar dari cinta pria itu pada Florin.

Florin sendiri yang ada di kamar mandi luar kamarnya—dia berbagi kamar mandi dengan pelayan— segera memandang ponselnya. Melihat dirinya sendiri di layar hitam itu.

Duduk di atas kloset, Florin menyentuh pipinya dengan kesal. Dia menyangga pipinya dengan kedua tangan berusaha mengenyahkan bayangan Tristan sampai dia menyerah karena pria itu malah semakin melekat di otaknya.

Lalu Florin menyalakan layar ponselnya dan segera mencari gambar-gambar yang bagus. Dia menemukan sebuah kolam yang sama persis dengan kolam pria itu. Dia memakainya sebagai walpaper. Perasaannya lebih baik. Membayangkan itu kolam Tristan, jelas dia lebih baik.

***

Florin hanya tidak menyangka. Bahkan setelah berminggu-minggu dalam kesendiriannya dan tidak lagi bertemu dengan pria itu, dia masih merasakan rindunya. Menyiksa dan jelas bukan sesuatu yang ingin diabaikan. Itu membuat Florin seperti orang yang patah hati karena kekasihnya akan menikah dengan perempuan lain.

Oh, tentu saja semua orang yang tahu kedekatannya dengan Travis akan berpikir kalau Florin memang sedang patah hati karena pernikahan Travis dan Frieda yang semakin dekat.

Hanya dia yang tahu kalau yang membuatnya patah hati adalah pria yang menjadi pria pertamanya. Yang bahkan tidak berusaha muncul di depannya setelah apa yang mereka lewati. Apa sungguh hanya Florin yang merasakannya? Apa hanya Florin yang gila oleh rindu yang dia sendiri tidak tahu sebabnya?

Sampai detik ini dia mempertanyakan apa yang membuat dia merindukan Tristan. Apakah sentuhannya? Cara sikap menjengkelkannya? Atau kekakayaannya? Florin sama sekali tidak menemukan jawabannya. Dia berusaha mencari dan dia tidak menemukannya. Itu membuat dia lebih frustasi.

"Flo?"

Florin yang sudah meraih sepeda dan akan menaikinya segera mengurungkan niatnya. Dia berbalik dan memandang Miguel. Ayah angkatnya. "Ya, Papa?"

"Hari ini jangan pulang terlambat. Akan ada tamu penting. Aku mengatakan kalau aku memiliki dua putri jadi kau harus hadir. Dan kalau pun kau terlambat, karena kau memang ceroboh dan pelupa, jangan lupa untuk lewat samping. Jangan lewat depan."

Florin mengangguk mengerti. Lagipula dia memang jarang lewat depan. Biasanya dia lewat samping. Untuk memudahkannya bertindak semau hatinya. Dia tidak perlu menjaga sikap dan bersikap sopan yang kadang menggelikan. Karena bahkan tanpa melakukan kesalahan pun dalam sikapnya, nyonya rumah tetap akan memandangnya penuh kebencian. Apalagi sampai dia melakukan kesalahan. Hidupnya bisa naas. Jadi lewat samping lebih mendamaikannya.

Florin naik sepeda dan mengayuhnya. Dia bukan anak kuliah satu-satunya yang mengendarai sepeda ke kampus. Banyak anak-anak yang memakai sepeda. Jadi Florin memang terbiasa dengan sepedanya. Dan kini sepeda itu berhenti di tempat biasa. Jembatan penyebrangan yang menghubungkan jalan ke rumah Florin dan rumah Tristan.

Dia sering berhenti di sini sejak dia tahu kalau dia tidak akan bisa melupakan bajingan mesum itu. Beberapa kali Florin berharap mereka betemu secara tidak sengaja. Florin akan bersikap ramah dan menanyakan kabarnya.

Tapi dalam beberapa minggu ini, Florin melakukannya setiap hari dan tanda-tanda keberadaan Tristan tidak juga dia temukan. Seolah pria itu hanya mimpi. Apakah dia hanya mimpi?

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Sleep With Bastard (KAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang