"Mr. Berg, kami sekeluarga menyambut anda dengan sederhana. Maafkan kami, jika ada yang tidak enak untuk dipandang." Miguel tersenyum dengan lebar.
Colby menatap semua orang, pandangannya berhenti ke arah Florin. "Putrimu yang lain?" tanya Colby dengan nada seolah mereka benar-benar asing.
Florin beruntung tidak menunjukkan kalau dia mengenal Colby. Entah apa yang akan dia lakukan kalau sampai Colby menolak menyatakan mereka saling mengenal. Bukankah itu akan mempermalukannya?
Miguel menatap putrinya dan terkekeh kecil. "Ya. Gadis bungsu kami."
"Kami mengadopsinya saat dia masih sangat kecil. Dia menyedihkan saat itu, kami terpaksa mengambilnya dan menjadikannya bagian dari keluarga." Si nyonya menepuk pundak suaminya. "Karena suamiku tidak tega melihatnya, dia membawanya kembali."
Colby mengangguk pelan. Tapi jelas menemukan luka di wajah Florin saat dia mendengar perkataan si nyonya. Tampaknya gadis cantik dengan rambut terang itu tidak pernah terbiasa pada ucapannya.
Pelan Colby menekan sesuatu di telinganya, membiarkan siapa pun yang mendengar di seberang sana, mendengar dengan lebih baik.
"Apa yang kau katakan? Jangan membuat segalanya menjadi rumit," bisik si suami.
Wanita itu menatap suaminya dengan kesal. Dia kemudian menatap Florin. "Masih tidak menyapa? Dia adalah rekan bisnis penting bagi papapmu. Sapa dengan benar."
Florin mendekat dan mengulurkan tangan. "Halo, Col—"
Colby yang mendengar panggilan itu memberikan pandangan sedikit agak dalam. Karena Florin hampir menyebut namanya dan Colby tidak akan punya pilihan selain mengatakan mereka saling mengenal. Tapi jelas tidak akan mengatakan kalau Tristan juga mengenal. Itu hanya akan membuat mereka yang menginginkan hubungan bisnis dengan bosnya akan memanfaatkannya.
"Mr. Berg. Saya menyambut anda di sini."
"Sopan sekali, Nona Muda. Saya juga senang bisa bertemu dengan anda di sini."
Florin menekan tangannya pada jabatan tangan mereka. Sengaja membuat pria itu kesakitan oleh genggamannya, meski jelas itu tidak berpengaruh sama sekali. Tapi wajahnya yang kesal dan remasannya yang kuat sudah cukup membuat Colby tahu kalau Florin marah karena dipermainkan. Colby harusnya mengatakan kalau dia akan datang, mereka bertemu beberapa saat tadi dan tidak ada kata-kata kalau mereka akan bertemu. Jelas dia dipermainkan, bukan?
Travis berdeham membuat tangan dua orang yang bersatu itu terlepas. Colby mengulum senyuman karena siksaan tidak seberapa dari tangan itu akhirnya terlepas. Travis sendiri segera menggantikan jabatan Florin dengan tangannya.
"Mr. Berg, saya Travis Ho. Kita bertemu sekitar beberapa minggu yang lalu. Saya ikut dengan calon ayah mertua saya ke proyek Nilam. Apa anda mengingatnya?"
Colby menatap sesaat. "Tidak ingat."
Travis tersenyum agak canggung. Itu membuat dia ditarik oleh Frieda dan diberikan pandangan kalau Travis tidak dapat diandalkan. Seolah pria harus dikenali pada pandangan pertama. Itu akan membuat dia puas.
Tapi tidak kenalnya Travis malah membuat Frieda memberikan pandangan membunuhnya.
Florin sendiri menggaruk kepalanya dengan gerakan tidak yakin. Kenapa mereka semua begitu menghormati Colby? Lalu bagaimana pandangan mereka saat tahu perlakuan Florin pada Colby. Yang lebih seperti seorang teman dan tidak ada rasa hormat sama sekali.
"Tuan Besar, makanan sudah siap," ucap pelayan yang datang menghadap.
Miguel segera menyodorkan tangannya memberikan jalan pada Colby. "Silakan, Mr. Berg. Kami menyiapkan makanan seadanya." Miguel membawa Colby ke ruang makan. Dia menyedikan kursi di bagian kepalannya pada pria itu tapi Colby menahan tangan Miguel yang akan menarikkan kursi untuknya.
"Kau kepala keluarganya. Duduklah di mana kau biasanya duduk. Aku tidak suka mengambil tempat orang lain."
"Tapi, Mr. Berg ...."
"Duduklah, Mr. Sampson. Jangan membuat aku tidak nyaman."
Mendengarnya Miguel merasakan ancaman yang cukup mengganggu, itu membuat dia buru-buru mengangguk dan segera duduk di kursi yang tadinya disediakan untuk tamu pentingnya. Kemudian dia sendiri mempersilakan Colby duduk di dekatnya.
Colby mendorong kursi itu dan menatap Florin yang masih berdiri. Menunggu sampai ada kursi yang bisa dia duduki tanpa harus merasa tidak nyaman. "Nona Muda, silakan ...."
Florin yang mendengarnya terkejut. Itu membuat dia menatap Colby dengan penuh kesal. Kursi itu dia tidak menginginkannya. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian semua orang. Tapi jelas Colby sepertinya sengaja melakukannya. Karena saat Florin menatapnya dengan ancaman, pria itu tidak bergeming. Malah memberikan anggukan untuknya segera duduk di sana.
"Flo, duduk. Mr. Berg sudah mendorongkan kursi untukmu. Harusnya berterima kasih, kenapa berdiri diam di sana?" Miguel angkat suara.
Florin dengan enggan segera bergerak ke arah kursi yang masih dipegang Colby. Dia duduk dan mendongak, menemukan senyuman di wajah yang tidak buruk itu. Colby memiliki wajah yang berbentuk bulat tapi jelas tampan. Meski itu tidak dapat dibandingkan dengan bosnya sendiri. Tapi Colby lebih seperti sosok yang biasanya akan sering bersikap lucu.
Setelah membantu Florin duduk, Colby segera duduk di samping Florin. Di depan mereka ada di nyonya dan anak perempuannya. Oh, menantunya juga di sana sedang menatap Colby seolah Colby melakukan kesalahan. Yang tentu saja saat Colby menatap Travis, dia langsung mengalihkan pandangannya.
Frieda dan mamanya juga saling menatap. Memberikan gerakan atas bagaimana Florin begitu menarik perhatian Colby. Mereka tidak tahu Florin dekat dengan seseorang, mereka tidak pernah memperhatikannya. Dan jika itu adalah Colby, maka si nyonya dan putrinya jelas tidak akan bisa tenang.
Colby mulai mengambil makanan. Merapikannya ke piring dan menatap pada Florin. Dia mengambil piring kosong Florin dan menggantikannya dengan piringnya yang terisi.
"Apa yang kau lakukan ..." Florin menatap semua orang yang memandangnya. Dia berdeham. " ... Mr. Berg?"
***
Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di akuSampai jumpa mingdep 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep With Bastard (KAM)
RomansaLima tahun memperjuangkan pria yang begitu dikaguminya, Florin Sampson harus menerima kenyataan bahwa pria itu lebih memilih kakaknya sebagai istri. Dirinya yang hanya anak adopsi tidak memiliki cara untuk protes pada keadaan yang membawa sesak di d...