Chapter ini mungkin agak menyebalkan, tapi tetap enjoy gaes. Selamat membaca ♡
··✧☬✧··
“Pe-perasaan tadi orangnya masih banyak?”
Celingak-celinguk, bergidik ngeri. Bahkan gasing yang baru saja dilempar seorang petanding masih berputar di arena, tapi sekarang tiada seorang pun selain ia dan Nala.
“Ayo.” Mengulurkan tangan.
Ryllis mengerjapkan mata beberapa kali. “Ke mana?”
“Ke mana lagi? Daratan.”
“D-di tengah laut gini? Kamu mau berenang lagi?” Menatap horor, sambil menggelengkan kepala tak setuju.
Tak menunjukkan peringatan apa pun, Naladhipa menyentuh helaian surai kecoklatan di dekat pipi gelap Ryllis, lalu mengapitnya di sela jemari. Tatapannya dingin, sulit diterka meski dalam waktu lama. Ia sama sekali tidak mengurangi rasa heran sosok di depannya. Malahan, tersenyum menyeringai.
Psshh ....
Sedetik, atau bahkan belum sempat, mereka turut menghilang dari atas kapal, bagaikan membaur di udara, atau tersapu deru angin laut yang kencang.
Pergantian pemandangan yang menjadi latar belakang, membuat Ryllis terbelalak. Mencoba menyadarkan diri, mengedipkan mata berkali-kali. Pagar kapal beserta lautan yang ia lihat baru saja, kini menjadi tempat asing penuh benda-benda memukau. Terlebih, semua orang menilik penuh kemurkaan padanya, yang muncul di tengah-tengah meja panjang, tempat orang-orang menaruh dokumen dan buku.
Pada acara rapat koordinasi hari itu.
Wajahnya panas menyengat, terbakar malu. Lalu di ujung sana tampak Naladhipa berdiri terpaku, tangannya tertodong ke depan, masih dalam posisi terakhir mereka bersama-memegangi rambut Ryllis.
“Dari mana manusia ini datang?!” Pria di belakang Ryllis berteriak.
Sambil terkesiap, perempuan itu menoleh dan menemukan Nawasena di samping pria tersebut, alias Raja Ahwanith Krastala. Mahkota emas berpola rumit dan besar bertengger di kepalanya, kursi paling besar dan megah di antara orang-orang terkemuka lain menjadi tempat duduknya. Sosok yang seketika membuat manusia selevel Ryllis gentar meski sekedar bertemu tatap. Apalagi dibentak.
Oleh karena itu, ia pingsan.
Nala berpindah tempat sekejap mata dan langsung menarik tubuh itu hingga berada di atas bahu kiri, kepala dan tangan perempuan itu dibiarkan menjuntai. Seolah-olah menggendong karung beras.
Kemampuan perpindahan tempat. Jarak, ketepatan, lalu seberapa besar benda yang mampu dibawa itu tergantung tingkat energi halimunan. Jika tidak stabil, kemungkinan gagal lebih besar. Oleh karena itu, Nala tidak sadar kalau dirinya sudah di ambang batas, tetap memaksa teleportasi jarak jauh—dari kapal ke istana. Ditambah, dirinya hanya memegang rambut Amaryllis, sehingga hasilnya mereka terpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wakshuda
FantasyAmaryllis memiliki fisik yang tak sekuat orang-orang kebanyakan. Acara liburan yang diiming-imingi kenyamanan beristirahat, usai berhasil menggenggam gelar sarjananya, malah berjalan kacau. Hal-hal rancu bermunculan di hutan buatan tersebut, membua...