35 | Dilamar

1 0 0
                                    

Hai! Jangan lupa vote, biar semangat update, Luv! Selamat membaca!

·⁠·✧☬✧⁠⁠·⁠·

Tawa pelan terdengar, memunculkan rona sedih di wajah Yehezkiel. “Kamu gak percaya, ya?”

“Iyalah, kita baru kenal seminggu.”

“Itu artinya kamu gak tau apa-apa soal aku. Kenapa langsung menyimpulkan aku berbohong?” cetus Kiel, tapi tidak mengubah kepercayaan perempuan di sampingnya.

Peka dong, aku gak suka sama kamu, batin Ryllis, bukan karena lelaki itu buruk atau apa, tapi permasalahan ada pada dirinya yang sudah menutup hati terhadap orang-orang dan tidak percaya diri.

Namun, pantang mundur. Dua minggu setelah kepulangan Amaryllis ke Indonesia, siang hari Yehezkiel mendadak bertamu sambil membawa mahar serta kedua orangtuanya. Ya, ia datang melamar. Dalam keadaan syok, Ryllis mencari-cari alasan agar bisa mengundur waktu, tidak mungkin dirinya langsung menolak orang yang datang baik-baik. Itu tindakan tak beretika sama sekali.

Sekarang, ia harus memikirkan cara mengatasi hal itu. Keputusannya akan dipintai besok pagi. Tapi lebih cepat lebih baik, agar mereka tak terlalu lama menunggu. Jika ia bilang belum siap menikah, maka Kiel—tipe laki-laki tak kenal kata menyerah–akan terus mencari celah, serta merta dirinya pernah bilang bahwa tidak suka dipermainkan, yang mengartikan ingin hubungan serius.

Ia menuai karma atas rasa tak enak menolak, andai sedari awal pasti tak serumit ini.

Ketika mantap untuk berbicara empat mata saja dengan Kiel, dirinya pun keluar dari kamar. Namun, sosok itu, serta dua orang dewasa yang berwajah lembut, tidak ada di ruang tamu. Suara obrolan masuk ke telinganya, dari arah luar, taman samping rumah. Hampir tiba di sana, entah kenapa Amaryllis merasa mereka tengah memperdebatkan tentang dirinya menggunakan bahasa daerah.

Ia pun menyalakan mode jangan ganggu di ponsel, mematikan suara media, lalu membuka laman penerjemah bahasa. Sambil menetralkan detak jantung, ia menekan tombol mik di layar, otomatis neural network memproses kalimat yang terdeteksi. Tak lama, muncul hasil alih bahasa.

Di sana tertulis, sesuatu yang melukai hatinya. Tapi ia sangat mengerti bahwa ucapan mereka tidak salah sedikit pun, ia cacat, lemah, dan sering jatuh sakit, mau bagaimana masa depan lelaki yang menikahinya? Seperti itulah kira-kira perdebatan mereka. Sedangkan Yehezkiel berusaha membela Amaryllis dengan berkata ia mencintai perempuan itu dan menerima apa adanya.

Namun, apalah arti cinta? Sedalam apa dan berapa lama perasaan itu akan menjaga atau menjamin ikatan? Bagaimana jika ... yang Yehezkiel rasakan tak lebih dari kagum yang sumir dan dangkal. Dibuang, diabaikan, ditatap bagaikan barang bekas, adalah pandangan paling mengerikan di dunia ini teruntuk para janda atau setiap wanita yang telah hilang hal-hal pertamanya.

Amaryllis tidak bisa membayangkan seberapa hancur kehidupannya apabila dikembalikan kepada walinya.

Mengapa? Padahal mereka bukan pulang selepas mengobral liang pada pria-pria bajingan di luar sana. Mengapa? Sehina itukah ... orang yang tidak dapat mempertahankan rumah tangganya? Semua alasan perceraian tidak selalu berpunca pada wanitanya. Tak dapat memberi keturunan, ekonomi keluarga menurun, dan beragam hal lain ... dilimpahkan kepada mereka.

Amaryllis takut menghadapi pernikahan yang tak menjanjikan. Terlebih orangtua lelaki itu jelas-jelas tidak merestui, merasa perjuangan datang ke negara tetangga sangat sia-sia, Ryllis sama sekali tak menarik perhatian mereka.

WakshudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang