26 | Kursumangat

14 3 4
                                    

Jangan lupa vote, biar semangat update, Luv! Selamat membaca!

·⁠·✧☬✧⁠⁠·⁠·

“Apang kisah maka halimunan nang karindangan lawan manusia?” ujar seseorang di ambang pintu, bersama Malige di belakangnya. - Bagaimana ceritanya sehingga halimunan yang tergila-gila dengan manusia? -

Bola mata Amaryllis membulat sempurna, saat itu juga mendorong Nala dan menjauhi tempat tidur. Seketika si pria tua mengucapkan kursumangat (ucapan ketika ada yang terkejut). Jantung Ryllis berdetak kencang. Tak kuasa menahan malu, tetapi penasaran siapa yang menegurnya. Logat Bahasa Banjar pria tua itu kental, walau begitu, ia kemudian bercakap bersama Nala menggunakan bahasa campuran—nasional dan daerah–seperti halnya orang lain kebanyakan.

“Saya sudah bilang kemarin, benar tidak?” ujar Malige menyombongkan diri, sebab terkaannya selama ini tidak meleset, temannya memang suka pada perempuan itu. Sampai sekarang, ular tangkalaluk ini tidak berubah, untungnya ia tidak menyalakan siaran langsung seperti dulu.

Pria itu tampak memeriksa luka di tubuh Nala. Ryllis pun pelan-pelan bertanya kepada lelaki di sampingnya. Kemudian dijelaskan kalau itulah Dava, sosok sesepuh di keluarganya, yang sering dibicarakan dan dicari orang-orang. Namun, Dava merasa telah cukup, lama dirinya pergi tanpa ada yang tahu ke mana.

Sebuah keberuntungan, atau memang sudah diperhitungkan sedari awal olehnya. Sekitar 25 tahun lamanya tak ada jejak, Dava muncul sendiri ketika sangat dibutuhkan.

“Bagaimana, Kai?” Malige bertanya dengan sopan.

“Racunnya sudah saya netralkan.” Menaruh kedua tangan di belakang. Menatap lamat luka sepanjang lebih 2,5 kilan (jengkal) tangan orang dewasa. 

“Lalu bekas lukanya?” Mulai sembrono, sebab sang kakek hendak melangkah, ia was-was takut kembali ditinggalkan. Begitu sulit bertemu, selama ini Dava hanya menemui Syagari—adik perempuan Malige–setahun sekali di tempat tertentu, sedangkan dirinya seakan dibuang.

“Nasibnya sudah terukir. Kalau ada obatnya, sudah sejak kejadian dulu saya pakai.” Memejam erat, sampai keningnya semakin berkerut.

Nala segera membuka suara, “Saya berterimakasih sebesar-besarnya atas kedatanganmu, Tuan. Jika berkenan, saya hendak menanyakan sesuatu yang mungkin engkau ketahui.”

Dava berbalik dan memberi hormat kepada lelaki di atas tempat tidur itu. “Saya yang rendah ini menghadap Jantung Wakshuda.”

Semuanya terkejut, begitu asing sebutan macam itu dan sedikit lucu bagi Nala yang tak terbiasa dengan perhormatan serta gelar. Kemudian, Dava menjelaskan kalau itulah panggilan untuk sosok yang diberikan anugerah oleh Raja Lituhayu Krastala, raja pertama Kerajaan Nadīkrastala, atas permohonan Raja Irang karena ketidaksanggupan dirinya membunuh istrinya serta Ghayatri.

Kisah beberapa ratus tahun lalu, hanya diketahui orang-orang yang tersisa dari pembantaian masa itu.

Ketika ajal hendak menjemput, Irang hanya bisa tersenyum sambil mengusap kepala putri yang ia sayang. Wajah penuh kemurkaan, dendam, terasa tersalurkan melalui keris sakti yang tertanam di dada. Sempat ia katakan bahwa dirinya teramat mengetahui kalau Ghayatri tak berniat demikian.

Dari sirat tatapan gemetarnya, air mata yang terus luruh tapi tak melunturkan percikan cairan merah kental di wajahnya. Keinginan membunuh, haus darah, berasal dari kekuatan Dusht. Apabila kekuatan hitam tersebut berhasil menguasai dunia, maka semua akan berada dalam kehancuran. Lituhayu mendengar permohonan keturunannya yang sengsara, lalu mengirimkan kekuatan besar kepada keturunan terpilih, dan memberikan gelar ‘Jantung Wakshuda’.

WakshudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang