Bab 4 ~ Terjebak Dalam Persahabatan

207 101 10
                                    

Happy Reading!

Cahaya dan kerlab-kerlib bintang yang begitu terang ikut menyertai warna kebahagiaan pada diri Albert malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya dan kerlab-kerlib bintang yang begitu terang ikut menyertai warna kebahagiaan pada diri Albert malam ini. Ia terus memandangi bulan dan bintang dari balkon kamarnya sambil memegang selembar kertas yang sudah berlukiskan sosok gadis berambut panjang didalamnya. Ia sangat hobi dengan melukis jika apapun yang terbenak didalam pikirannya.

Di atas meja tempat ia duduk saat ini ternyata sudah bertumpuk banyak lembaran kertas yang sudah terlukis indah didalamnya. Hingga akhirnya menyadarkan ia dengan kedatangan sosok pria paruh baya ke dalam kamar.

Pria itu memandangi semua kertas yang bertumpukan disana sampai ia pun ikut duduk disebelah Albert. Satu lembar kertas ia ambil dan memandangi lukisan itu dengan tatapan mendalam dan menimbulkan senyuman tipis dari bibirnya.

"Ini adalah lukisan yang paling indah dari beberapa lukisan yang pernah papa lihat selama ini" ucapnya membuat Albert tersenyum dan tersipu malu. Pria itu adalah Vano, kepala keluarga yang memiliki marga Alvarendra.

"Apalagi melihat orang yang ada dilukisan ini secara langsung, bulan dan bintang bisa saja kalah dengan kecantikannya" sambungnya lagi kini membuat Albert terdiam dan bingung dengan menatap datar mata milik Vano.

Vano menolehkan pandangannya dari lukisan pada kertas yang ia pegang, dan menatap wajah putranya itu. "Tidak ada salahnya untuk kamu coba jujur dengan perasaan kamu yang sebenarnya kepada Queen" cetusnya.

"Papa tau?" tanya Albert mengerutkan keningnya.

"Darah papa mengalir didalam tubuh kamu, jadi apapun yang kamu rasain pasti bisa papa rasain juga. Saat kamu menatap mata Queen, papa bisa tau arti dari tatapan mata kamu" timpal Vano.

Bayangannya terlintas pada saat Albert dan Azallea masih berusia 10 tahun. Disaat keluarga Alvarendra yang tengah berkunjung ke istana Veronica pada waktu itu. Vano mengamati anak-anaknya disana sedang asyik bermain dan bercanda tawa di taman Veronica, ia melihat pandangan mata Albert yang tidak bisa lepas dari wajah Azallea sedetik pun. Bahkan senyumannya begitu lebar jika didekat gadis itu. Sejak saat itulah Vano menyadari perasaan Albert yang sesungguhnya pada Azallea.

Vano mengelus pundak milik Albert dengan memberikan senyuman hangat dari bibirnya sebelum berdiri dan pergi dari sana. Albert hanya diam membisu dengan ucapan Vano tadi, pandangan kosongnya masih menuju pada lukisan-lukisan di atas meja.

Sementara itu, ada seorang gadis pula dengan berpakaian baju tidur berwarna putih yang sedang menelungkup diatas ranjang besar dan nyaman didalam kamarnya sambil membaca buku novel. Kedatangan sosok wanita paruh baya disana pula menyadarkannya dari kefokusannya.

"Hai, ma" sapanya. Ia adalah Jennifer yang merupakan sosok ibu cantik dengan keparasan wajahnya yang begitu kelihatan masih sangat muda.

Jennifer ikut duduk diatas ranjang milik anaknya sembari mengelus lembut puncak kepala gadis itu, dan tidak lupa pula memberikan sedikit senyuman manis yang berasal dari bibirnya. Gadis itu bangun dari telungkupnya dan melingkarkan kedua tangannya dipinggang Jennifer.

3A PROBLEM'S [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang